Yuniar Widati

Guru Bahasa Inggris MTs Negeri 3 Magelang yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan. Sangat suka membaca dan masih terus belajar menulis. Cukup ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tegar (9)

Tegar (9)

#tantanganharike295

#tantangangurusiana

--

“Aku nggak mau, Dek,” kata Elia.

“Coba aja dulu, Mbak. Kenalan dulu. Soal nanti dipikir nanti,” jawab Emma.

Elia menghela nafas panjang. Kali ini Emma ingin mengenalkannya dengan salah satu dosennya. Emma bukan satu-satunya. Ibu dan juga teman-temannya seolah berlomba ingin mengenalkannya dengan seseorang. Sementara Elia sendiri belum begitu tertarik untuk menjalin hubungan dengan siapa pun lagi. Saat ini.

“Dek, saat ini aku belum ingin mikir tentang itu.”

“Lalu kapan Mbak El mau mulai mikir tentang itu? Hafshah sudah lima tahun. Carikan dia Bapak,” kata Emma.

“Dia punya Bapak. Apa masalahnya?” jawab Elia sambil tertawa.

Setelah Hafshah berusia dua tahun, Elia memang mengizinkan anak itu menginap di rumah kakek-neneknya. Gendis dan Indah berhasil meyakinkannya bahwa mereka masih memiliki hak untuk menyayangi anak tersebut. Beberapa kali Elia dikirimi foto kedekatan Faiz dengan anaknya itu. Walaupun sedikit terlambat, Elia sudah merasa sangat bersyukur.

“Itu beda, Mbak.” Emma terdengar putus asa.

“Mbak El harus mulai memikirkan kebahagiaan Mbak El sendiri. Ayolah, move on. Lupakan masa lalu,” lanjutnya.

“Hei, aku sudah move on. Apalagi Faiz sudah menikah lagi. Ini bukan masalah move on atau tidak,” jawab Elia sedikit meninggi.

Tidak sampai setahun sejak perpisahan dengannya, Faiz memang langsung menikah lagi. Elia memang tidak diundang, tetapi Indah memberitahunya. Elia merasa ikut senang. Barangkali ini memang yang diinginkan oleh mantan suaminya itu.

Emma sedikit menyesal dengan kata-katanya tadi. Sesungguhnya dia tahu persis jika masalah Elia bukan karena dia tidak bisa melupakan mantan suaminya itu. Hal yang jauh lebih dalam dan tak mudah dilupakan oleh Elia tentu saja trauma akan kepedihan yang dirasakannya selama pernikahannya dahulu.

“Maafkan aku, Mbak,” kata Emma lirih.

Elia menghela nafas panjang. Digenggamnya tangan Emma. Dia ingin menunjukkan bahwa dia tidak marah.

“Untuk orang sepertiku, Dek, menjalin hubungan baru tentu tidak semudah dahulu. Ada satu lubang besar yang tidak mudah diterima semua orang. Jika pun kedua belah pihak saling menerima, belum tentu keluarganya menerima. Dan itu salah satu yang membuatku masih belum siap,” kata Elia kemudian.

Emma mengangguk. Memang demikian kenyataannya. Tidak semua keluarga calon suami bisa mudah menerima janda, apalagi karena cerai hidup.

“Baiklah. Sebenarnya, aku tidak perlu kamu pikirkan. Karena saat ini yang lebih penting adalah kamu,” lanjut Elia.

Emma terlihat tersipu. Sepertinya dugaan Elia benar.

“Mau cerita?” tanya Elia.

Emma menghela nafas panjang. Dia masih mengumpulkan sedikit keberanian untuk bercerita pada kakaknya itu. Elia menunggu dengan sabar.

“Sebenarnya, Mas Mishbah sudah mengutarakan niatnya untuk datang melamar dengan orang tuanya,” kata Emma malu-malu.

“Masyaallah, itu berita yang bagus sekali, Dek,” jawab Elia antusias.

“Sudah bilang Ibu?” lanjutnya.

“Belum. Aku masih ragu-ragu,” jawab Emma.

“Eh, kenapa?”

“Aku …, eh. Pikirku … Anu …” Emma menjawab terpatah-patah.

“Apa?”

“Anu, aku sebenarnya lebih nyaman kalau Mbak El menikah dulu,” katanya kemudian.

Elia tergelak mendengar jawaban Emma yang lugu. Ternyata Emma mendorong-dorong dia untuk segera menikah lagi karena dia sebenarnya juga sudah dilamar oleh teman dekatnya itu.

“Dek, aku sudah menikah. Jika saat ini aku terpaksa sendiri, kamu tidak perlu khawatir dengan ‘kepercayaan’ soal melangkahi,” jawab Elia kemudian di sela-sela tawanya.

“Lalu aku harus bagaimana?”

“Nanti kalau Ibu dan Hafshah sudah pulang, kutemani matur Ibu. Insyaallah Ibu sama sepertiku. Kami sudah cukup mengenal Mishbah.”

Emma memandang mata Elia mencoba meyakinkan diri. Elia menganggukkan kepalanya kuat-kuat untuk menunjukkan dukungannya pada adik kesayangannya itu.

--

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Elia masih trauma, sementara Emma sudah ada yang ingin melamarnya. Mantap Bu Yuniar ceritanya. Sukses selalu. Salam literasi.

01 Jan
Balas

Iyes, betul Bunda. Emma jadi ragu-ragu. Terima kasih apresiasinya. Salam sukses kembali.

01 Jan

Keren, Bu Yuniar..... Sukses selalu ya...

02 Jan
Balas

Terima kasih apresiasinya, Bunda. Salam sukses kembali.

02 Jan

Keren bu... Semoga Alia lekas sembuh

02 Jan
Balas

Iya, Bu. Dan bersiap menghadapi hidup yang baru.

02 Jan

Elia masih trauma, semoga bahagia ya. Sehat dan sukses selalu bucantik

02 Jan
Balas

Iya, Bu. Semoga bisa bertemu tambatan hati yang baru, hehehe... Salam sehat dan sukses kembali, Bunda.

02 Jan

Semakin asyik dan seru... Keren Bu. Tetap semangat. Semoga selalu sehat. Salam sukses dan salam literasi

01 Jan
Balas

Terima kasih Pak. Insyaallah selalu semangat. salam sukses kembali.

01 Jan

semakin keren bu... lanjut salam sukses selalu

02 Jan
Balas

Sukses selalu ya Bu dan salam literasi

02 Jan
Balas

Terima kasih dan salam sukses kembali.

02 Jan

Keren cerpennya Bu, sukses selalu untuk

02 Jan
Balas

Terima kasih apresiasinya, Pak. Salam sukses kembali.

02 Jan

Semakin seru ceritanya. Keren, Bu. Sehat dan sukses selalu...

02 Jan
Balas

Terima kasih apresiasinya, Bu. salam sehat dan sukses kembali.

02 Jan

Setelah adeknya Emma.. bisa jadi nanti Elia mendapatkan jodohnya... Keren Bun... semakin menarik... Sukses selalu Bun

02 Jan
Balas

Bisa jadi. Semoga saja Bunda, hehehe... Salam sukses kembali.

02 Jan

cerpennya makin seru Bu, ditunggu lanjutannya

02 Jan
Balas

Terima kasih apresiasinya, Bu. Siap lanjutkan.

02 Jan

Ketegaran Elia benar-benar luar biasa. Dia masih belum mau membuka hati dgn laki-laki lain. Dia tdk mau sakit hati lagi. Semoga Misbach berjodoh dgn Emma... Ditunggu kelanjutannya Bunda.

02 Jan
Balas

Semoga segera bertemu dengan calon yang lebih baik.

02 Jan

Mantap jiwa. Lanjut Bu

01 Jan
Balas

Siap Bu Umi.

01 Jan

Alia Masih trauma pada pernikahannya... keren ceritanya Bu...

01 Jan
Balas

Iya, Bu. Itu yang susah disembuhkan.

01 Jan

Makin keren kisahnya ibu cantik... Sukses selalu buat ibu yang hebat... Salam santun

02 Jan
Balas

Terima kasih, Bunda. salam sukses kembali.

02 Jan

Semakin menarik dan penasaran dengan kelanjutannya. Sukses selalu buat ibu dan salam literasi.

02 Jan
Balas

Siap lanjutkan, Pak. Salam sukses kembali.

02 Jan

Kisahnya apik, Bu. Kedekatan keluarga masih terjaga. Lanjut,Bu. Salam sukses.

02 Jan
Balas

Terima kasih Bu Cicik. Siap lanjutkan. Salam sukses kembali.

02 Jan

Mantap Bu Yuniar. Sukses selalu..

01 Jan
Balas

Barakallah Bu Alin. Salam sukses kembali.

01 Jan

Keren , semoga Elia mau membuka hati demi anaknya

02 Jan
Balas

Insyaallah segera ada orang baik yang hadir dalam hidup Elia...

02 Jan

Keren , semoga Elia mau membuka hati demi anaknya

02 Jan
Balas

Keren dan sukses selalu bu

01 Jan
Balas

Terima kasih apresiasinya, Bu. Salam sukses kembali.

02 Jan

Wah telat baca sy .. he..he ...sukses bunda

03 Jan
Balas

Bagus bu ceritanya. salam kenal!

01 Jan
Balas

Salam kenal kembali, Bunda. Semoga semakin terjalin silaturahmi yang menyenangkan.

01 Jan

Keren habis, lanjut

02 Jan
Balas

Siap lanjutkan, Pak.

02 Jan

Keren mbak Yuni. Elia sepertinya mau menerima tawaran Emma. Kita tunggu cerita berikutnya. Mantap mbak.

01 Jan
Balas

Siap.

02 Jan

Semoga Alia lekas terbebas dari raimanya. Sukses slalu bunda

01 Jan
Balas

Aamiin... salam sukses kembali.

01 Jan



search

New Post