Yuniar Widati

Guru Bahasa Inggris MTs Negeri 3 Magelang yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan. Sangat suka membaca dan masih terus belajar menulis. Cukup ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Wanita Tangguh
Foto: Koleksi Pribadi

Wanita Tangguh

#tantanganharike339

#tantangangurusiana

--

Kisah ini masih berkaitan dengan kisah sebelumnya. Namun saya bukan tokoh utamanya. Jadi peran saya adalah sebagai pihak ketiga. Meskipun demikian, tetap sangat berkesan bagi saya, dan tentu saja bagi yang bersangkutan.

Saya berangkat umroh tidak bersama suami, melainkan dengan teman-teman di madrasah. Ada Bu Puji yang berangkat bersama ayah, ibu, dan ayah mertuanya, kemudian ada Bu Ruroh bersama putrinya. Sementara Bu Umaroh, yang berangkat adalah Ibu dan Ibu mertuanya. Walau warga senior, beliau-beliau adalah teman perjalanan yang asyik dan menyenangkan. Ketika saya berurai air mata mengingat Ibu dan Bapak saya yang tidak bisa saya damping, Ibu sudah meninggal dan Bapak sudah sepuh, bersama beliau-beliau saya merasa lebih tenang.

Pada hari ketiga, kami melaksanakan umroh dengan miqat dari Masjid Aisyah di Tan’im. Perjalanan berangkat yang aman tenteram dan damai tentu tidak membayangkan jika hari itu akan terjadi sesuatu yang istimewa. Saya bertiga bersama Bu Ruroh dan putrinya. Sementara Bu Puji membersamai ibunya. Namun ketika kami diminta untuk masuk ke bus yang akan membawa kami kembali ke Masjidil Haram, kami mendengar rebut-ribut namun tidak tahu persis apa yang terjadi. Yang saya tahu hanya Ibunya Bu Puji terlihat sendirian sambil menangis. Bapak tentu saja tidak bisa membersamai karena terpisah dengan rombongan Ibu-ibu. Akhirnya saya menggandeng Ibu. Sepanjang perjalanan menuju masjidil Haram hingga tawaf dan Sa’I Ibu tak henti-henti menangis sambil menggenggam tangan saya erat-erat. Beliau tidak bicara apa-apa sehingga saya juga tidak berani bertanya.

Umroh hari itu berakhir menjelang Dzuhur sehingga kami langsung salat sekalian. Selesai salat, barulah Bu Puji muncul. Wajahnya terlihat tegang dan kelelahan. Tangis Ibu semakin menjadi. Mungkin karena perasaan tegang, Ibu malah memarahi Bu Puji walau saya tahu persis beliau sebenarnya sangat khawatir. Bu Puji diam saja dimarahi oleh Ibu. Bahkan dalam perjalanan kembali ke hotel, Ibu langsung menggandeng tangan Bapak dan meninggalkan Bu Puji dan saya.

Saya dan Bu Puji berjalan di belakang Bapak dan Ibu menuju hotel kembali. Dalam perjalanan itu, barulah Bu Puji bercerita bahwa tadi di dalam Masjid Aisyah, sebelum melaksanakan salat dua rakaat, ada seorang wanita yang mencopet tas yang dibawa Bu Puji. Dasarnya Bu Puji dalah wanita tangguh, istri anggota TNI yang pemberani, dia tak ada takut-takutnya mempertahankan tasnya dan memegangi kencang tangan pelaku. Pelaku yang wajahnya terlihat dari wilayah Asia Selatan yang tinggi besar sama sekali tak membuat dia jeri. Wanita itu sempat mencakar Bu Puji, namun Bu Puji pantang menyerah.

Melihat keributan itu, petugas masjid membawa mereka berdua ke kantor pengurus masjid. Untung ada petugas dari pihak biro yang melihat dan akhirnya menemani Bu Puji ke kantor pengurus masjid. Jika tidak tentu saja Bu Puji akan kapiran karena dia tidak bisa bahasa Arab sama seperti saya, hahaha …

Karena ini kasus pencopetan, maka pengurus masjid membawa urusan ini ke kantor polisi setempat. Aduh, repot sekali urusannya. Untung masalah bisa selesai dengan bukti rekaman CCTV dan dengan bantuan Mas Habibi, pendamping kami. Malahan Bu Puji mendapat hadiah 150 SAR dari pengurus masjid karena memang pencopet ini sering beraksi dan mengganggu kenyamanan ibadah para pengunjung.

Selesai urusan, langsung Bu Puji dan Mas Habibi mengejar rombongan dengan taksi. Tentu saja mereka sudah ketinggalan cukup jauh. Akhirnya Mas Habibi meminta Bu Puji untuk ngebut. Jadi Bu Puji melaksanakan tawaf dan sai dengan kecepatan dua kali lipat dari pelaksanaan biasa. Itulah sebabnya tadi pertama kali saya melihat wajah Bu Puji merah seperti kepiting rebus. Ternyata diajak marathon sama Mas Habibi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang luar biasa... Sukses selalu

15 Feb
Balas

Salam sukses kembali, Pak.

15 Feb

Pencopet terlalu berani. Nanti tentunya hukumannya ada. Bu Puji sungguh perempuan tangguh. Pengalaman tak terlupakan, penuh hikmah. Sukses selalu Bu Yuniar. Salam literasi.

15 Feb
Balas

Leres bu. Klo saya paling cuma diam saja, hahaha...

15 Feb

Wah, tegang juga ya. Alhamdulillah Allah memberi kemudahan. Keren ceritanya, bu

15 Feb
Balas

Tidak banyak perempuan setangguh Bu Puji

15 Feb
Balas

Wah, jarang, Bu. saya saja mbayanginnya nggak berani. Secara badan kalah jauh. Nyali juga seuprit, hihihi...

15 Feb

Pengalaman yang berkesan.Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS.

15 Feb
Balas

Benar.. Bu Puji memang perempuan tangguh. Sehat, bahagia dan sukses selalu bu cantik

14 Feb
Balas

Salam sehat dan sukses kembali, Bu.

15 Feb

luar biasa bun... semoga saya juga bisa ke sana... salam sukses selalu

15 Feb
Balas

Aamiin. Semoga disegerakan.

15 Feb

Keren Bu, luar biasa kisahnya, sukses selalu untuk Ibu

15 Feb
Balas

Terima kasih Bapak.

15 Feb

Melaksanakan tawaf dan sai dengan kecepatan dua kali lipat dari pelaksanaan biasa. Benar-benar wanita tangguh. Semoga sehat dan sukses selalu buat Ibu Yuniar Widati

15 Feb
Balas

Beneran, Pak. Badannya sih kecil, tapi tangguh banget. Mungkin biasa diajak lari sama suaminya yang Pak Tentara, hahaha...

15 Feb

Keren bu

14 Feb
Balas

Tak terlupakan, hihihi...

15 Feb

Masya Allah, ternyata ada kisah seperti ini. Bu Puji sungguh seorang wanita tangguh dan pemberani. Syukurlah sikap Bu Puji sangat membantu pengurus masjid. Semoga pencurinya jera.

15 Feb
Balas

Aamiin. Belum tak ceritain ya, Bu, hehehe...

15 Feb

Luar biasa sekali bu. Mantab deh. Perempuan itu memang tangguh. Sukses selalu dan salam literasi.

15 Feb
Balas

Kalau kepepet biasanya kekuatannya muncul. The power of kepepet, hahaha...

15 Feb

Perjalanan relegius ya bun

15 Feb
Balas

Iya betul Bu.

15 Feb

Bayangkan capeknya Bu Puji. Kisah yg menarik, Bu. Salam sukses.

14 Feb
Balas

Betul, Bu. Capek dan tegang.

15 Feb

Pengalaman yang menegangkan bagi Bu Fuji, tulisannya bagus Bunda, salam sukses selalu

15 Feb
Balas

Benar.. Bu Puji memang perempuan tangguh. Sehat, bahagia dan sukses selalu bu cantik

14 Feb
Balas

Klo saya ya paling diam saja, Bu, hehehe...

15 Feb

Saya serasa ikut terlibat di dalam.cerita tersebut. Barakallah bu Puji. Semoga semua sehat wal afiat. Senantiasa mendapat hidayah. Sukses untuk bunda

15 Feb
Balas

Aamiin. Barakallah, Bu Ririn.

15 Feb

Hebat Bu Puji...Peristiwa yang susah untuk dilupakan ya Bun...Selalu menarik ulasannya...sukses selalu bunda

15 Feb
Balas

betul sekali, Bu. Unforgettable.

15 Feb

Cerita umroh yang tiada habisnya selalu rindu ingin kembali dan kembali lagi k sana...sukses selalu bun dengan karyanya

15 Feb
Balas

Hihihi... Semoga pembaca tidak bosan.

15 Feb

Ulasannya mantap bunda. Sukses slalu

15 Feb
Balas

Salam sukses kembali.

15 Feb

Wahhhh.... jadi ikut tegang bu. Syukurlah akhirnya masalah terselesaikan .... mantap bu

16 Feb
Balas



search

New Post