Yunik Ekowati

Si sulung dari empat bersaudara cewek semua. Lahir di Sragen di bulan Juni, suka mencoba hal baru dan suka tantangan. Menggembala kambing sambil membaca buku ad...

Selengkapnya
Navigasi Web
PEYE RA PEYE TETEP PD
“PEYE RA PEYE TETEP PD”

PEYE RA PEYE TETEP PD

“PEYE RA PEYE TETEP PD”

Tantangan 365, hari ke-22

Di dunia seni pertunjukan istilah “peye” sudah sangat biasa terdengan, bahkan hampir setiap hari teman-teman selalu berkata “sesuk jadwale peye” maknanya adalah besuk jawalnya ada job manggung atau tanggapan. Dalam bahasa Jawa kata “peye” mempunyai arti payu, mendapat job tanggapan bahasa kerennya konser atau mendapat undangan manggung dengan upah yang sudah disepakati. Seperti para artis terkenal di tv sering menyebutnya konser atau peye. Bahasa peye lebih sering digunakan bagi kalangan seniman daerah, saya juga tidak tahu sejarahnya bagaimana.

Tiba-tiba saja begitu masuk di dunia seni pertunjukkan selalu mendengar kata peye. Mungkin artis keren dunia seperti Beyonce Knowles akan semakin keren ketika dalam wawancaranya mengatakan, “besuk saya ada jadwal PEYE…” waw…keren bingit terdengar di telinga. Biarlah fenomena dan misteri kata peye tetap menjadi identitas kami para seniman daerah. Tanggal 1 Januari 2022 bertempat di Delam Resto Semarang, saya mendapat undangan untuk ikut membantu memandu acara pernikahan.

Sehari sebelumnya saya menanyakan konsep acara dan tamu yang datang kira-kira bagaimana, prepare seperti biasanya ketika ada undangan mirip-mirip peye he…he…supaya terdengar agak gimana. Souvenir yang jauh-jauh hari pesan ke saya, sekitar tiga bulan yang lalu supaya dibuatkan masker dari bahan kain broklat. Sesuai pesanan sudah selesai saya buatkan, saya tidak tahu mungkin karena dadakan atau bagaiman baru malam sebelum hari H di beri tahu untuk membantu memandu acara pernikahan.

Sempat dalam hati ingin menolak, tetapi karena masih ada hubungan saudara, agak perkewuh alias gak enak hati. Apalagi setelah dijelaskan konsep acaranya menurut beliau yang punya hajad sederhana, hanya mengundang keluarga besar dan teman dekat, saya agak ayem dan tenang. Jam tujuh pagi saya sudah sampai dilokasi, meski acara dimulai pukul sembilan. Untuk memastikan lokasi dan suasana saya berkeliling di tempat acara. Ternyat masih sangat sepi, karena acara tidak diadakan di rumah kediaman mempelai.

Rasa kaget sempat menghantui, ternyata ada padi-padi atau panggung pengantin yang lumayan besar, padahal bayangan saya jika konsepnya sederhana hanya tempat duduk ada beberapa kursi tamu undangan dan keluarga. Tambah kaget lagi saya mengamati ada deretan aneka macam jenis makanan prasmanan. Berarti kata “sederhana” bagi seseorang, belum tentu sama artinya atau maksudnya dengan orang lain atau yang diajak berbicara.

Baiklah, harus tetap santai dan tenang bisikan dalam hati mengatakan begitu, he…he..pertanda ada rasa dg-dig dug. Tak lama kemudian yang punya hajad datang, menyampaikan ke saya bahwa nanti menggunakan bahasa nasional saja karena besannya dari Jawa Barat. Nanti jika menggunakan bahasa Jawa dikhawatirkan malah tidak mudeng artinya. Tambah saya terheran-heran, contekan kata-kata indah yang saya buat semalam dengan bahasa Jawa kromo inggil nasibnya bagaimana.

Dalam hati saya melompat kegirangan, Alkhamdulillah…artinya dari segi bahasa saya tidak harus membuka contekan tetap pede melihat dan memandang seluruh tamu yang hadir hee..hee..Jujur meskipun saya di lahirkan dan keturunan Jawa, tetapi jika menggunakan bahasa Jawa kromo inggil masih harus banyak belajar. Kebetulan ada hiburan soslo organ penyanyi dua orang cowok dan cewek, serta satu player. Saat penyanyi sedang makan siang, supaya suasana tetap hidup saya berusaha menghibur diri dengan meminta izin ke mas player mengiringi lagu “Sotya”.

Acara demi acara berlalu dan selesai hingga pukul tiga sore, saya mohon pamit kepada yang punya hajad. Saya tidak tahu bagaimana ceritanya, tiba-tiba di bagasi mobil sudah ada beraneka macam makanan dan buah, serta souvenir atau hampers. Inikah yang namanya peye? Sudahlah tidak perlu dipermasalahkan “Peye ra peye tetep PD” artinya tanggapan atau tidak, tetap percaya diri. Yang terpenting dapat pengalaman dan ilmu. Yeesss…it’ oke wae he…

Beberapa hari di artikel sebelumnya ada salah satu teman, beliau adalah pak @Tyo Setyo memberi usul di kolom komentar facebook "Kreatif". Menyarankan besuk menulis judul “Peye Ra Peye Seng Penting PD” mbak. Langsung saat itu juga saya tulis tentang materi Peye alias ada job yang beberapa hari yang lalu di Delman Resto Semarang. Maturnuwun untuk saran judulnya yang seksi nggih pak &Tyo Setyo he..he..Jangan lupa besuk Peye yang di Blora di ekspose juga ya pak.

Pastinya saya bersyukur atas segalanya, seperti dalam ajaran yang saya ikuti di Permadani (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia) cabang Mijen Semarang, bahwa harus bisa “nguru-nguri budhaya lan nambah paseduluran” artinya melestarikan budaya leluhur dan menambah persaudaraan kepada siapapun dan memandang status. Salam Budaya Nusantara.

Istana ku 22 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen ulasannya mbak. Sukses selalu

22 Jan
Balas

Amin....makasih pak Burhan, semoga sukses selalu. Salam literasi

22 Jan



search

New Post