Yunik Ekowati

Si sulung dari empat bersaudara cewek semua. Lahir di Sragen di bulan Juni, suka mencoba hal baru dan suka tantangan. Menggembala kambing sambil membaca buku ad...

Selengkapnya
Navigasi Web
PROPERTI KIPAS SEDANG IN
PROPERTI KIPAS SEDANG IN

PROPERTI KIPAS SEDANG IN

PROPERTI KIPAS SEDANG IN

#66

Undangan di kirim oleh salah satu teman sekantor saya, datang seminggu yang lalu. Tetapi, secara lisan sudah menyampaikan sejak akhir bulan Februari kemarin. Sambil mengecek agenda kegiatan apa yang sudah terekap, kebetulan di tanggal yang sama masih kosong. Sehingga saya menyanggupi undnagan tersebut. Undangan itu adalah kesiapan menjadi juri perlomban tari, di salah satu sekolah besar di Semarang.

Berangkat tepat pukul enam pagi, saya memperkirakan satu jam perjalanan. Dengan pertimabangan macet di jalan, ternyata jalanan hari Sabtu pagi tadi lancar jaya. Sehingga berangkat pukul enam lebih dua menit pagi sampai di lokasi pukul enam lebih lima puluh delapan menit. Cukuplah untuk prepare dan survey ruangan. Saya berada tepat di depan sekolahan terebut, besar luas dan megah. Arsitek Belanda sangat jelas tergambar, konon kabarnya memang dulunya masa penjajahan Belanda bangunan ini adalah panti asuhan besar.

Pintu utama masuk dengan penjagaan satpam yang ketat, halaman parkir sangat luas dengan pohon berumur puluhan tahun mungkin ada yang seratusan tahun. Terlihat dari kulit dan besarnya tekstur pohon, serta batang dan ranting serta daunnya yang lebat. Begitu masuk parkiran, langsung terasa adem. Padahal cuaca pagi itu cerah, ketika siang panasnya minta ampun. Masuk kedalam pintu gerbang utama naik tangga, ada lobbi untuk absen kehadiran yang sudah di sambut oleh pantia.

Kemudian ada lorong persimpangan empat lorong. Saya belok ke kiri menuju ruang transit juri. Lanjut menuju lorong utama, dari jalan utama tadi, naik tangga lagi menuju lorong dan gedung atas. Di bagian gedung atau bangunan yang beriktnya, kalau diperhatikan semakin kebelakang semakin naik. Terbukti, selalu ada anak tangga yang naik, sekitar sepuluh anak tangga. Bagian tengah ada lapangan lumayan luas, bagian kanan kiri lapangan ruang kelas-kelas. Khas dengan bangunan Belanda, yaitu banyak cendela besar dan panang, lantainya masih berwarna gak krem usang mungkin karena usia ratusan tahun.

Ruang lomba tari tepat berada di tengah-tengan, lantai bawah untuk kategori putri dan lantai atas untuk kategori putra. Aula dan bangunan baru, karena ciri khas arsitek Belanda sudah tak nampak lagi pada bangunan ini. Ada enam belas karya tari, masing-masing tarian terdiri dari delapan penari. Total untuk penampil tari, terdapat jumlah penari putri adalah seratus dua puluh anak. Lumayan banyak, dan anak-anak yang lucu periang, penuh dengan kepolosan. Tapi semangat menarinya luar biasa.

Properti yang di pakai dalam menari, pada lomba kali ini sangat beragam. Ada di antaranya; sampur, kentongan, kain, dakon, topeng, tongkat, dan kipas. Paling banyak adalah kipas, sempat saya menghiting properti kipas dalam penampilan ada enam penampil. Rupanya properti kipas sedang in. Kipasnya jenis yang besar dan lebar, dengan ujungujungnya ada kain yang tersisa menjuntai, saat di megarkan atau di tutup mengeluarka bunyi ‘sreet’sehingga mengundang perhatian. Cukup satu kata ‘keren’.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post