#tantanganGurusiana

#ke-21

Berburu dollar Singaparna eh Singapura Berburu ke padang datar mendapat rusa belang kaki. Berburu dollar ke Singaparna yang di dapat sop kaki. Pantun di atas sebagai pengantar tulisan tantangan hari ini. Dalam WA salah satu temanku Bu Hj. Titin menulis, "Jam 11 mau nuker ringgit, ada yg mau barengan gk ya Bu Ibu cantiik." [4/2 10:12] Yuningsih Lestari: Mau sama2 euy, kalau nitip nggak bisa tranfer dari bjb ke bank lain [4/2 10:12] Yuningsih Lestari: Hrs lewat bjb terus [4/2 10:14] Bu HJ. TITIN M: Bu Hj kapan bisanya ntar saya temenin gpp. [4/2 10:15] Yuningsih Lestari: Sekarang ge bisa sih, sampai di sana jam berapa? [4/2 10:15] Bu HJ. TITIN M: Jam brp Neng Nova? [4/2 10:18] Bu HJ. TITIN M: Bentar lg neng nova mau otw, nyamper aku dulu ke rmhku, trs B Hj Septa mau ikut 😀 [4/2 10:20] Yuningsih Lestari: Hayu nunggu di mana? [4/2 10:22] Bu HJ. TITIN M: Enaknya di mana Bu Hj. Mau di KCP, di rumahku ato di rmh Hj Septa? Biar naruh motornya enak. Ato Bu Hj naik apa? [4/2 10:41] Yuningsih Lestari: Naik motor sama anak [4/2 10:43] Bu HJ. TITIN M: Ok. Mangga terserah Bu Hj mau nunggu di mn? Di rmhku, rmh Bu Hj Septa ato KCP? [4/2 10:48] Bu HJ. TITIN M: Ikutan ngadem. Hahaa Daripada nanti, kuputuskan untuk berangkat hari ini, karena dari rumah ke money changer kira- kira 25Km. Berbeda dengan Bu Hj. Titin rumahnya di kota mau kapanpun dia deket. Dari sekolah aku ijin untuk pergi, pulang dulu ke rumah untuk ganti baju. Sesampai di rumah anak keduaku lagi mandi. "Bang mau ke mana hari ini?" Itu panggilan anak keduaku. "Nggak ke mana-mana." Jawabnya. "Mamah pinjam motor mau ke Karawang." "Bareng abang aja Mah." "Oh kalau begitu ayolah." Sahutku. Jam sebelas berangkat, sudah janjian dengan bu haji di rumahnya. Dengan sahabat cantikku dari Tegalwaru yang rumahnya berbalik arah denganku. Antara utara dan selatan. Kucari alamat sampai berputar dua kali, perumahan gitu lho. Dengan bantuan googlemaps yang baik hati dan petunjuk kabel sutet akhirnya kutemukan rumah bu haji, tertanya si cantik sudah menunggu di sana. Dengan suguhan air es rasa melon dan makan kari ayamnya yang lezat kutemukan penghilang rasa capek yang mantap dan aduhai. Selesai makan kumandang adzanpun menggema, kami bertiga sholat, lalu kami berangkat menuju rumah Bu Hj. Septa yang jalannya berliku banyak rintangan portal sebagai keamanan perumahan, berbeda dengan di kampungku. Berjalan, berkelok, mundur akhirnya kutemukan juga rumah itu. Kami bertiga tidak mampir langsung berangkat menuju money changer. Sampai di sana bingung juga, "Mau nuker berapa? Mau beli apa? Siapa yang mau dibelikan? Aku berpikir tujuh keliling. Ah, bagaimana nanti kalau lebih ya, dijual lagi" Sambil berjalan ke luar berjalan menuju mobil, masih belum puas menukar uangnya, pengennya banyak. Kami bertiga nyebrang jalan hanya Bu Hj. Titin yang belakangan menyebrang dan berseru "Aduh ternyata sahabat-sahabatku tetap cantik-cantik walau hari sudah senja!" Semua tertawa. Terimakasih kepada Bu Hj. Titin, atas makannya, Bu Hj. Septa atas kebersamaanya, dan De Nova atas jemputannya, tak lupa mereka yang selalu sabar berkawan dengan orang yang sudah sedikit pikun.