KACANG LUPA KULITNYA
#Tantangan ke-40
PILKADES
Kalah jadi abu menang jadi arang, begitulah peribahasa yang sudah melekat pada diri kita.
Hari ini tanggal 23 Februari 2020 di Kabupaten Karawang sedang berlangsung pesta demokrasi. Pemilihan kepala desa yang diselenggarakan secara serentak.
Hujan turun sejak semalam. Tiada hentinya, banyak yang memprediksi pemilihan akan ditunda dengan waktu yang belum ditentukan. Karena hujan merata di setiap wilayah desa yang ada di kabupaten tapi tak menyurutkan mereka berbondong-bondong pergi ke tempat pilkades walaupun tanah becek bahkan ada yang banjir sampai sebatas lutut di tempat pemilihannya.
Mereka saling bergantian menuju ke bilik suara dengan pilihannya masing-masing. Mereka secara bergerombol ada yang berpayung, berhujan-hujan, bahkan ada juga yang menjinjing sandal mereka. Demi suksesnya pilkades mereka rela berjibaku dengan air hujan.
Dari pengamatan yang terlihat mereka sangat senang bisa memberikan hak suara kepada calon pilihannya yang mereka anggap bisa memimpin desa dengan amanah, dan dapat dipercaya. mereka bersuka ria jajan, ngobrol-ngobrol di pinggir jalan tempat yang dianggap bagus untuk bersantai. Sambil menantikan para calon mereka turun dari atas panggung kehormatan.
Pukul 14.30. batas waktu yang telah disepakati dan para pemilih selesai, para calon turun dari panggung dengan para pengiring dan para pendukung masing-masing. Dengan meriahnya mereka sepanjang jalan bersorak-sorai. Ada calon yang digendong ketika turun dari panggung, ada juga yang naik kuda, dan ada juga yang biasa saja. Bergantung kepada para pendukung.
Setelah penghitungan usai, para calon dan pendukung pasti gembira bila dapat peringkat pertama. Bagaimana peringkat selanjutnya? Karena ingin jadi orang nomor satu di desa itu tidak sedikit materi yang dikeluarkan oleh calon. Dari pertama pendaftaran sampai ke hari H bukan waktu yang sedikit. Para pendukung keluar masuk rumah, makan, minum, dan lainnya biasanya sudah terbiasa, mendagangkan para kerabat, tetangga pada calon. Agar dipercaya mereka tak sedikit minta imbalan untuk mencoblos atau memilih mereka. Hal itulah yang tidak dapat dihilangkan, itu merupakan karakter yang yang menempel pada diri masyarakat. Yang menganggap kapan lagi kita makan rizkinya Pa Kades kalau bukan sekarang. Karena kalau sudah jadi kades mana ingat pada kita yang mendukungnya. Ah pasti mereka seperti kacang lupa kulitnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar