KADO UNTUK BUNDA
#Tantangan ke-50
cerpen
Kado untuk Bunda
Gema takbir berkumandang di sebuah suarau yang dekat dengan rumahnya, Aditia hanya takbiran sebentar saja karena sudah mengantuk dan Aditia pun pulang. Sesampainya di rumah Aditia mendapatkan emaknya sedang memasak di dapur.
“Mak, masak apa lebaran sekarang?” tanya Aditia sambil mendekati ema yang sedang masak di depan tungku tua.
“Biasa Nak, ayam kesanganmu terpaksa emak sembelih” jawabnya sambil mengaduk-ngaduk masakan dalam tungku apinya.
“ Ya Emak, ayam itu kan buat aku bekal nanti bila ikut perlombaan ke kota Mak!” seru Aditia.
“Kan masih ada anaknya yang beberapa bulan lagi juga pada gede, Nak!” ema menjawab dengan agak memelas.
“Oh, ya Mak tak apalah, yang penting kita besok bisa berlebaran kayak orang-orang ya, Mak!” sambil memeluk ema yang sudah renta.
“Ya, sudahlah Kau tidur saja Nak! Hari sudah malam takut besok kesiangan ke mesjid.”
“Oh iya, terimakasih Mak!” sambil melompat ke dipan beralas tikar sebagai tempat melepas kepenatan siang.
Sebelum tidur Aditia memikirkan perkataan ibu guru di sekolahnya, bahwa ia dapat juara pertama siswa berprestasi tingkat kecamatan, yang nanti setelah lebaran mewakili kecamatan ke tingkat kabupaten. Ia sangat bangga dan bahagia ketika ibu guru membawa berita itu. Teman-temannyapun bersorak tepuk tangan bahagia sambil memeluknya. Aditia memang pantas dapat juara karena selain pandai ia taat beribadah, suka membantu teman-temanya yang kesulitan belajar, rajin bekerja, dan juga tidak sombong walaupun pandai.
Rasa bahagianya itu ia ceritakan pada bapaknya, ia sangat bahagia dan terharu mendengar anaknya walau hidup serba kekurangan tapi selalu semangat dalam belajar dan dapat juara juga. Kamu harus berhasil, jangan seperti bapak yang tiap hari kuli buruh pada para tetangga untuk menghidupi Aditia dan ibunya.akan tetapi Aditia tidak boleh sombong dan harus tetap rendah hati, itu pesan dari bapaknya.
Keberangkatan ibunya menjadi TKW itu atas permintaannya, dalam benaknya ingin hidup lebih maju seperti para tetangganya yang sudah berada di sana, hidup bahagia kalau pulang bawa uang banyak, bisa membangun rumah, dan membeli peralatan rumah yang mewah. Jika pulang jalan-jalan ke kota beserta keluarganya. Tapi tak demikian bagi keluarga Aditia, sejak keberangkatannya belum pernah mengirim uang sepeserpun, keluarga mereka tak pernah bertanya kepada aparat desa atau ke PT yang memberangkatkannya karena tak punya uang dan hanya memberitahukan tak ada kontak. Tetapi Aditia selalu berdoa atas kesehatan dan keselamatan ibunya yang selalu dirindukannya. Tak lama kemudian Aditia tertidur pulas.
Dalam lelap tidurnya terdengar suara azan shubuh, Aditia terbangun langsung mengambil handuk dan bergegas menuju tempat mandi yang berada di luar rumah sederahananya, di sana sudah ada emaknya yang sedang membersihkanperalatan dapur bekas masaknya tadi malam.
“Sudah bangun Nak?” tanya emak Aditia.
“Nanti Adit pergi ke mesjid duluan ya, Mak!” “ Ya hati-hati di jalan, tapi sebelum ke mesjid disunatkan sarapan dulu, makanannya sudah emak siapkan di dapur.” Kata emak.
Setelah sarapan Aditia berpakaian koko putih, kain sarung tahun kemarin pemberian uwaknya yang tinggal di kampung sebelah, masih cukup dan selalu disimpan rapi, dipakai apabila ada acara keagamaan saja. Aditia duduk berjajar dengan temannya yang sebagian besar sudah berada di sana. Mereka berpakaian bagus-bagus dan rapih, sambil bercengkrama saling bertukar cerita pengalaman selama bulan Ramadhan.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjuut
Next Buu...
Menarik sekali,apa kesudahan kisah sang ayah yang jadi TKW,ya?
Sangat menarik...