Hj. Yuningsih Lestari

Hj. Yuningsih Lestari dilahirkan di Karawang tahun 1962, pada bulan Maret 1984 diangkat sebagai guru Bahasa Indonesia di SMPN 1 Tempuran Kabupaten Karaw...

Selengkapnya
Navigasi Web
KADO UNTUK  BUNDA

KADO UNTUK BUNDA

#Tantangan ke-51

cerpen

Kado Untuk Mamah

Setelah pelaksanaan shalat sunat idulfitri selesai dilanjutkan dengan khotbah tentang hari raya yang isinya tentang perayaan yang intinya kita harus selalu bersyukur kepada Allah yang selalu menguji umatnya, yang diakhiri dengan bersilaturahim dengan sesama terutama dengan orang tua yakni ayah dan ibu.

Seminggu setelah Hari Raya Idulfitri emak dan bapak kedatangan bapak kepala desa yang memberitahukan bahwa ibu  sudah ada khabar akan pulang bulan depan. Dan  Aditia sudah masuk kembali sekolah, ia setiap hari selalu belajar karena akan menghadapi kejuaraan siswa berprestasi tingkat kabupaten. Aditia sangat gembira banyak cerita yang akan diceritakan pada ibu, tentang sekolah, teman-teman, bapak serta emak. Yang paling utama ingin memberikan piala kejuaraan untuk ibu.

Pada tanggal yang sudah ditentukan kepulangan ibu, bersamaan dengan itu pagi harinya Aditia mengikuti lomba di tingkat kabupaten, terpaksa Aditia tidak dapat menyambut kedatangan ibu,”Bapak, dengan rasa rendah hati mohon maaf Adit tak bisa jemput ibu, tapi akan Adit persembahkan sebuah piala untuk ibu!’ kata Adit pada bapaknya ketika keduanya akan berangkat.

“Tak apalah Nak, bapak doakan mudah-mudahan kau dapat juara, mungkin nanti ibu akan tersenyum bahagia.” Jawab bapak.

“Terimakasih, Pak! Mak!” Kata Adit sambil mencium tangan keduanya.

Keduanya berangkat bersama di persimpangan jalan mereka berpisah, Aditia bergegas berangkat ke sekolah dengan bekal hasil penjualan ayamnya yang dibagi dua untuk bapak dan Aditia itu sendiri. Bapak berangkat ke kota tempat PT yang memberangkatkan dengan bapak kepala desa, sedangkan Aditia dengan ibu kepala sekolah dan ibu wali kelasnya.

Aditia berjibaku dengan soal yang dihadapinya, sedangkan bapaknya selalu memikirkan istrinya pasti membawa uang banyak karena hampir lima tahun tak pernah dikirimkan kepadanya atau anaknya.

Jam dua belas tiba di Jakarta sampai pada sebuah kantor di mana keberangkatan istrinya itu. Sesampai di sana hati gundah bercampur bahagia akan bertemu sang istri, tapi betapa kagetnya keadaan istrinya yang kurus kering, matanya cekung, kulitnya pucat tak seperti waktu keberangkatan ke sana, dan tak seperti orang-orang yang pulang dari sana. Istrinya merangkul sambil menangis “Maafkan saya Pak!” “Tak apalah kau pulang selamat juga bapak, ema dan anak kita bahagia.”

Mereka berangkulan melepas rasa kangen. “Sekali lagi maafkan saya yang maksa untuk berangkat ke sana ternyata!” “Yah nanti kita bercerita di rumah saja, pasti banyak waktu.” Merekapun langsung pulang.

 

Setibanya di rumah para tetangga sudah ramai berkumpul menyambut kedatangan ibunya Aditia, mereka menyambut dan menyalaminya, walau tatapan para tetangga itu agak aneh, dan ada tanda tanya dalam hati mereka masing-masing. Setelah agak lama tetangga pada bubar karena tak selayaknya orang-orang yang baru pulang jadi TKW, disuguhi korma, cokelat, mainan khas arab atau sajadah sekedar oleh-oleh buat tetangga, ini tak ada hanya disuguhi air putih saja.

Aditia merasa canggung melihat ibunya yang agak beda ketika awal keberangkatan, badannya tinggi berisi, cantik, dan putih. Kini terlihat kurus hanya kulit pembalut daging saja. ibunya memeluk Aditia dengan rasa bahagia dan terharu, “Sayang, ini mamah, maafkan mamah tak bisa membagiakannu Nak!” Aditia hanya mengangguk sambil menangis tak berkata apa-apa. “Mamah hanya bisa pulang tanpa oleh-oleh untukmu Nak! Mamah hanya ingin bertemu denganmu, ternyata kau cakep sekali!” Aditia tetap menangis tersedu-sedu, setelah reda Aditia berkata, “Tak apalah Mah, yang penting kita semua berkumpul bersama, makan tak makan kita kumpul, kasihan emak sudah tua dan bapak tak ada yang memasak.”  Setelah itu terdengar suara emak dari dapur “Ayo kita makan hari sudah sore! Makan seadanya, mungkin kamu sudah kangen masakan kampung!” Mereka berempat merasa bahagia sudah berkumpul bersama.

Tiga hari setelah mengikuti perlombaan siswa berprestasi dalam upacara hari Senin ibu kepala sekolah mengumumkan bahwa Aditia berhak mendapat juara pertama lomba siswa berprestasi tingkat kabupaten, kita harus bangga mempunyai siswa seperti Aditia dan berhak mengikuti lomba ke tingkat provinsi. Semua siswa bersorak menandakan bahagia. Keesokan harinya Aditia diundang ke kabupaten untuk menerima penghargaan berupa piala dan uang binaan.

Dengan hati yang berbunga-bunga dan bahagia Aditia berlari pulang ke rumahnya, Aditia akan mempersembahkan piala buat mamah yang lima tahun baru bertemu. Sesampainya di rumah Aditia kaget karena banyak orang berkerumun di rumahnya, dari halaman rumah sudah berteriak “Mamah ini piala untuk mamah! Ini uang untuk mamah berobat!” Tapi apalah daya mamahnya sudah terbujur kaku, karena sejak kedatangan dari luar negeri ia  sakit. “Mamah ini kado buat mamah, persembahan dari Adit, bawalah kenangan ini sampai ke surga! ” Rintih Adit sambil mendekap 

#Tamat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedihnya, ditinggalkan oleh orang yang selalu ditunggu 2

06 Mar
Balas



search

New Post