Hj. Yuningsih Lestari

Hj. Yuningsih Lestari dilahirkan di Karawang tahun 1962, pada bulan Maret 1984 diangkat sebagai guru Bahasa Indonesia di SMPN 1 Tempuran Kabupaten Karaw...

Selengkapnya
Navigasi Web

MIMPI ANAK DESA

#Tantangan Ke-57

#Cerpen

MIMPI ANAK DESA

Nenekku bisa menghidupi aku cucu satu-satunya yang dibesarkan dari usiaku lima tahun. Tak pernah mengeluh walau hanya mengolah sawah sedikit peninggalan almarhum kakek. Sedangkan cucu dari ibu tiriku hanya bisa bertemu setahun sekali kalau hari lebaran saja. Mereka hidup mewah berbeda dengan aku adan nenekku. Hanya pas-pasan walau ayah suka mengirim biaya hidupku pemberian dari istrinya yang seorang pengusaha di kota.

Aku tak dapat merasakan nikmatnya hidup dengan rasa kasih sayang ibu, setidaknya aku ingin mengenal wajah ibu yang ayu bukan hanya dalam foto saja.

Sekali waktu aku diajak ayah tinggal bersama ayah di kota, tapi aku menolaknya. Karena dengan alasan ingin menemani nenek. Walau nenek di kampung banyak adik-adiknya yang menyayanginya. Ada alasan yang paling kuat yang selalu tersimpan di dalam hatiku, dan semua orang tak boleh tahu. Seminggu aku dan nenek pernah berlibur di sana. Ibu tiriku tak pernah menyapa aku dan nenek jika ayah tidak di rumah. Makan ditawari makanan sama pembantu sisa kemarin, kecuali kalau ayah ada di rumah. Nenek sering menangis dalam shalatnya. Dari peristiwa itu aku memutuskan untuk hidup di kampung bersama nenek, walau hidup seadanya.

Dalam doa-doaku mungkin ada keajaiban yang datang menghampiriku. “Ya Robb, aku ingin ada keajaiban untukku, pertemukanlah aku dan ibuku walau hanya sekejap. Walau hanya raganya saja, aku ingin mendekap ibu.” “Sudahlah Nak, jangan selalu dipikirkan, sekolah saja yang pintar, biar jadi orang. Biar kita tidak menggantungkan hidup pada orang lain yang selalu mengasihi kita. Kita harus mampu berpijak di atas kaki kita.” Itulah kata-kata nenek yang selalu terngiang di telinga aku.

******

Allah maha tahu dan maha mendengar doa-doaku, tiba saatnya Hari Raya Idul Fitri kedua, banyak orang yang berkerumun di rumah tetanggaku, mereka membicarakan kedatangan seorang ibu muda yang sudah sepuluh tahun merantau baru kembali. Entah di mana merantaunya, belum bercerita banyak. Mereka datang tadi malam pukul sepuluh. Mereka berdua menginap di rumah Pak RT, tetaggaku. Rumahnya terhalang sepuluh .dari tempat tinggalku. Aku tak peduli dengan semua itu.

Sepulang dari makam kakek, aku tak bepergian, tak berselera walaupun teman-temanku mengajak pergi ke danau sekedar refresing di hari raya. Aku tak beselera pengennya istirahat sambil membaca cerpen yang dipinjam dari perpustakaan keliling.

Terlihat dari kaca jendela ada seorang ibu muda berkerudung, tinggi semampai. Kulitnya putih tampak cantik dibalut dengan gamis hitam kerudung merah berbunga, tampak serasi. Di sampingnya berjalan seorang pria sebayanya, terlihat ganteng berkoko biru muda dan berkopyah. Mereka berdua terlihat bersalaman menyiumi nenek dan menangis. Kelihatannya nenek mengajak mereka berdua masuk ke dalam rumah. Aku sedikit menyibakkan gordeng lusuh. Sambil mendengarkan percakapan mereka. Nenek kelihatannya seneng, terdengar sambil tertawa.

Ada kata-kata yang terdengar dari percakapan mereka. “Ma, maafkan Tuti baru datang hari ini mencari Ema, karena Tuti masih trauma Ma!. Tapi sekarang Tuti mencoba untuk kuat Ma, pengen ketemu sama anak.” Ema menjawab dengan kalimat agak terbata-bata. “Ya, maafkan anak ema yang tak punya perasaan, sekali lagi maafkan. Dari perpisahan anakmu yang sekarang jadi sengsara, bukan sengsara tidak makan, ema masih bisa ngasih makan, pakaian. Hanya kasih sayang yang beda, anakmu selalu menanyakan kamu. Ema jawab seadanya doakan saja ibumu agar pulang, ingat kamu” tak kuasa aku menangis sambil telungkup dan ditutupi bantal gulingku. Agar tak terdengar keluar isakankanku.

“Tok.tok tok,” suara pintu kamar ada yang mengetuk. “Indri, buka kamar, ini ada ibumu Nak!” Nenek memanggil dari luar. Aku pura-pura tidur hatiku marah ternyata ibu hidup mewah, dan berkecukupan dari penampilannya dapat ditebak.

Perlahan aku bangun kasihan nenek, walau aku marah besar tapi aku rindu ibu. “Ya, Nek!” aku keluar kamar, lalu menghampiri ibu yang duduk membelakangi aku. “Nih, anakmu sudah besar butuh bimbinganmu, belaianmu, kasih sayangmu, ema sudah tua.” Kata nenek sambil menggandeng aku. Ibuku merangkulku, membelaiku, menyiumiku, sambil menangis. “Maafkan ibumu Nak! Ibumu yang membuat kamu sengsara, maafkan, mulai hari ini ibu tak akan meninggalkanmu, biar ibu yang mengalah.” Ibu menangis. Aku tak sanggup lagi bicara.

Seminggu sudah ibu menemani aku liburan hari raya, mereka berdua dengan temannya selalu membawa aku dan nenek jalan-jalan ke kota. Pas pada hari terakhir liburan ibu memohon padaku. “Neng, mohon maaf teman lelaki yang ibu bawa ke sini itu bukan supir ibu, tapi ia calon suami ibu yang telah menunggu selama lima tahun, ia ingin menikahi ibu, tapi ibu belum menjawabnya, ibu takut gagal lagi seperti ayahmu. Ia seorang duda sama punya anak satu baru berumur sepuluh tahun, istrinya meninggal.” Aku terdiam tak menjawab sepatah katapun. “Ibu takkan kembali ke sana lagi Nak, ibu akan pindah ke sini, mengurusmu, rumah itu akan ibu bangun.” Aku hanya tersenyum. “Bagaimana jawabanmu Nak, kalau setuu ibu akan menerimanya, jika kamu tak setuju kita nanti buka toko bersama di sini.” Aku tak mampu bicara hanya mengangguk tanda setuju.

#Tamat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Syukurlah, berakhir bahagia. Keren, Bun ceritanya

11 Mar
Balas

Berakhir bahagia...

12 Mar
Balas

Ending yang membahagiakan meskipun tetap mengharu biru....

11 Mar
Balas



search

New Post