#Tantangan ke-53

#Cerpen

Pelajaran Berharga

Setiap kali melewati toko babah, Anwar bocah kecil pemungut plastik bekas itu selalu melirik sebuah etalase. Dalam etalase itu tersimpan sepasang sepatu bermerk terkenal yang ingin dimilki oleh Anwar. Harganya tak pantas dimilikinya karena sangat mahal menurut kantong baju Anwar. Tapi Anwar ingin sekali membeli sepatu itu.

Dalam pikirannya aku pasti akan sehebat Andik Firmansyah sang idola. Aku pasti bisa. Aku pasti mampu.

Anwar setiap sore sehabis mungut barang bekas yang tercecer di depan pertokoan ia rajin berlatih di tempat kosong sekitar rumah kumuh yang ia tinggali. Dengan anak sebayanya selalu berlatih yang kadang-kadang ibarat seorang pelatih yang selalu mengajari teman-temannya cara menendang atau cara menangkap bola.

Suatu pagi Anwar sengaja tidak memungut sampah, Anwar berpakaian bagus dan berdandan perlente, dengan rambut yang tersisir rapih, kaos oblong dan celana bersaku yang layak pakai untuk mengunjungi toko mewah itu. Setelah berpamitan pada neneknya Anwar berangkat dengan berjalan kaki seperti biasa memungut sampah.

Para pengunjung belum begitu banyak dan masih sepi. Hanya ada beberapa pemuda saja yang melihat-lihat etalasi tempat dipajangnya berbagai macam sepatu. Kali ini Si Babah tidak mengusir Anwar, tidak seperti biasa kalau Anwar berpakaian kotor. Tapi Si Babah mempersilakan dan bertanya layaknya pedagang yang ramah.

“Ada yang bisa saya bantu?” Pelayan toko menawarkan barang pada semua para pengunjung kecuali pada Anwar. Anwar langsung nyelonong menuju pada etalase yang menyimpan tempat sepatu yang berwarna oren yang sudah lama ia impikan. “Ada yang perlu saya bantu?” Tanya pelayan yang satunya mengagetkan lamunannya. Anwar hanya tersenyum sambil mengerutkan dahinya, dalam pikrannya ia menghitung-hitung uang yang ada di saku celananya, uang itu sudah ia tabung selama tiga bulan sisa yang diberikan pada neneknya.

#Bersambung