SELAKSA KASIH IBU
#Tantangan ke-42 Gurusiana
Selaksa Kasih Ibu
CERPEN BAGIAN 1
#Tantangan ke-42 Gurusiana
Selaksa Kasih Ibu
CERPEN
Sarah memandang kalimat yang tertulis dalam handphonku. Ia membaca berkali-kali. Batinnya galau. “Kak, ibu sakit!” Aadiknya menyuruh Sarah pulang. Banyak pertanyaan yang menghampiri pikiran sarah . Benarkah itu? Perasaan ibu masih sehat, dan baik- baik saja, ketika semalam ia telpon.
Setelah ditinggal ayah dua tahun yang lalu ibu yang menggantikan peran ayahnya, mengurus ternak dan sawah peninggalan ayah. Karena ibu masih menyekolahkan adikku yang bungsu. Sedangkan Sarah terpaksa meninggalkan kampung halaman yang sangat ia cintai. Kampung yang pernah ia tinggali selama dua puluh lima tahun. Bukanlah waktu yang sedikit. Tapi apalah daya Sarah ingin menenangkan pikiran yang selama ini bersarang pada hati kecilnya.
Sarah meninggalkan tempat yang jauh dari kampung halamannya hanya sebagai guru honor. Bukan tak ada di tempatnya pekerjaan itu. Sarah hanya ingin jauh dari bisikan para tetangga yang kadang usil tentang kehidupannya.
“Ibu maafkan aku dalam hatiku.” Air mataku mengalir perlahan. Kuusap jangan sampai ada yang tahu tentang perasaannya. Ibu kos juga jangan pernah tahu tentang hidupku.
Kubalas WA dari adikku. “Ya, sayang nanti kalau kakak punya uang dan ada waktu.” Adikku tak menjawab, mungkin sudah bosan dengan alasan-alasan itu.
Seminggu setelah ada berita itu, tanpa memberitahukan adiknya sarah mengemas pakaian-pakaian yang akan dibawanya selama seminggu. Setelah ibu kepala sekolah memberi ijin seminggu untuk pulang menengok ibu. Masih terngiang di kepalaku “Mumpung ibumu masih ada Bu, tengok dulu, nanti kalau sudah sembuh baru kembali ke sini, biar ibu yang mengajar kelas. “ Sarah amat bahagia dan senang mendapat ibu kepala sekolah yang baik walau sarah hanya guru honor. Tapi ia sangat bijak dan santun dalam menghadapi segala masalah yang ada di sekolah.
Jam empat sore Sarah diantar anak ibu kos yang masih SMA ke terminal, untuk menumpang bus yang berangkat malam hari. Dari tempat kos ke terminal agak jauh juga. Sarah sengaja berangkat sore agar sampai rumah waktu subuh. Dari terminal ke rumah tiga kali ganti kendaraan yang terakhir pasti naik ojeg. Dalam perjalanan Sarah selalu membayangkan ibu, adiknya, dan perasaannya yang terkoyak, aku harus kuat. Apapun yang terjadi demi ibu dan adiknya.
Sampai berganti kendaraan beberapa kalipun tak ada rasa rasa kantuk yang mendera mataku. Tak terasa waktu begitu cepat jam lima subuh sudah berada di depan pintu pagar Sarah baru tersadar inilah rumahku. Terbayang dalam pikiran Sarah ibu pasti lemah berbaring di atas ranjang tuanya. Atau sedang sembahyang subuh dengan badan telentang. Hatiku was-was. Kutengok ke dalam pagar, ternyata ada mobil baru terparkir di depan rumah yang tak berbagasi. Mobil siapa itu? Muncul pertanyaan dalam benakku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren..
Keren.. Penuh kejutan lanjut ibu
Mantap bu
Mantap bu