Definisi Sayang Anak
Hari ke-425
#TantanganGurusiana
Ahad, 14 Maret 2021
Kata ‘Sayang Anak’ memiliki definisi beragam. Mencari tolak ukurnya agak rumit karena tiap orang tua memiliki standar masing-masing dalam memaknai kata tersebut.
Orang Minang zaman dahulu memiliki prinsip ‘Sayang anak dilacuti, sayang kampuang ditinggakan’. Pepatah ini bermakna anak tidak boleh dimanja karena kelak anak harus bisa berdiri di atas kakinya sendiri, tidak melulu berada di bawah ketiak dan bayang-bayang orang tua. Sehingga sebagian besar orang tua di sana melepaskan anaknya menuntut ilmu kemana pun mereka mau. Sekolah jauh dari orang tua dengan biaya hidup secukupnya. Kemana-mana naik kendaraan umum.
Hingga sekarang sebagian masyarakatnya masih memegang prinsip itu. Mohon maaf, tulisan ini tidak bermaksud mencetuskan isu SARA. Diambil contoh masyarakat Minang karena dari kecil saya melihat langsung bagaimana para orang tua mendidik anak-anak mereka. Saya rasa suku lain di negeri ini tentu ada juga yang menerapkan prinsip serupa.
Taraf ekonomi yang makin baik menimbulkan pergeseran nilai. Orang tua memberikan berbagai fasilitas pada anak-anak dengan berbagai tujuan, seperti; diberi fasilitas kendaraan agar anak tidak terlambat ke sekolah atau ke kampus, diberi fasilitas ponsel agar anak mendapat info langsung terkait pembelajaran atau hal penting lainnya (tidak perlu melalui telepon rumah atau ponsel orang tua).
Namun, hal yang perlu dikaji ulang oleh para orang tua adalah memberi fasilitas kendaraan pada anak yang masih di bawah umur. Tidak sedikit kejadian berujung maut melibatkan anak-anak tersebut. Bisa jadi si anak yang kena malang atau bisa jadi dia yang menyebabkan nyawa orang melayang.
Beberapa tahun silam, Dul anak salah satu pesohor negeri ini mengalami kecelakaan di jalan raya yang menewaskan 7 orang. Kala itu dia masih berusia 13 tahun. Kemudian kira-kira dua tahun yang lalu beredar video seorang bocah kelas satu SMP terlindas truk ketika mengendarai motor keluar dari gang rumahnya. Nampak jelas dalam video tersebut kakinya tidak bisa menginjak gear dengan baik karena badannya terlalu kecil.
Hari ini dunia maya dikejutkan oleh berita sebuah mobil Avanza menyeruduk gerai Indomaret di kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pengendaranya baru saja berbelanja di gerai tersebut. Dia salah menginjak pedal. Ketika mobil baru menyala, dia bermaksud menginjak rem ternyata terinjak gas. Dari kejadian itu satu orang di gerai tersebut meninggal. Mirisnya, mobil itu dikendarai oleh bocah berusia 15 tahun. Dia dengan dua temannya yang juga sebaya berada dalam mobil tersebut.
Hikmah yang dapat kita petik dari kejadian-kejadian di atas adalah, orang tua perlu berkali-kali mempertimbangkan pemberian fasilitas kendaraan pada anak-anak yang belum cukup umur karena mereka masih labil. Selain itu postur tubuh juga merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan kendaraan. Jangan sampai kakinya belum cukup untuk menyentuh pedal, dia sudah dibiarkan mengendarai kendaraan. Membiarkan anak-anak di bawah umur berkendara di jalan raya, menurut saya bukanlah wujud rasa sayang. Hal itu justru membahayakan nyawanya. Jangan sampai menyesal di belakang hari. Menangis darah sekalipun, nyawa yang telah hilang tidak akan bisa kembali.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sepakat ibu semoga sebagai orang tua bijak dalam bertindak
Terima kasih audah berkunjung, Bu.