Perjalanan dinas alias Dinas Luar itu biasanya menyenangkan. Bisa dimanfaatkan untuk stress healing. Namun, tidak demikian halnya dengan saya. 

Hari ini saya dipaksa untuk melakukan Dinas Luar padahal saya tidak pernah menginginkannya. Begini kisahnya...

Selama mengikuti tantangan menulis MediaGuru, saya selalu patuh pada rambu-rambu lalu lintas, tidak pernah sekali pun melanggar. 

Namun, tak ada gading yang tak retak. Tanpa sengaja dan tanpa disadari saya melakukan pelanggaran. Padahal saya sudah sangat berhati-hati. Ndilalah, kejadian juga dan parahnya sadarnya telat.  

Pagi ini setelah selesai mengajar jam pertama, saya buka WA, melihat ada info terkini atau tidak. Saya terkejut mengetahui kontak wa saya dikeluarkan oleh bapak CEO dari sebuah grup. Lho, ada apa ini? Saya telusuri ke atas ternyata tadi malam link tulisan saya terkirim ke grup tersebut. Oh my god!

Baper?! Iyes lah.

Apa mau dikata? Nasi sudah jadi bubur ayam.

Selagi dalam kegalauan, saya melihat sebuah chat yang berbunyi, "Bunda, segera hapus link tulisannya".

Pesan itu masuk pukul 7.10 WIB tadi pagi. Sayang sekali, jam tersebut saya sudah sibuk dengan kegiatan di kelas. Peringatan tersebut baru terbaca setelah saya dipaksa Dinas Luar.

Tanpa babibu, saya membalas pesan tersebut dengan mengucapkan terima kasih pada bunda tersebut.  Eh! Saya keliru lagi. Ternyata beliau adalah pakde Blangkon. Waduh! Muncul rasa tidak enak. Udah berbuat kesalahan dua kali. Hmmm.

Alhamdulillah pakde Blangkon menerima permohonan maaf saya. 

Saya merenung, mimpi apa ya tadi malam kok bisa begini kejadiannya? Oh saya ingat! Tadi malam mimpi aneh. Di sebuah tempat entah dimana, majelis guru sekolah saya mengadakan kegiatan. Peserta kegiatan berjumlah kira-kira seratusan. Semua diberi baju seragam. Giliran saya dicuekin. Semua pakai seragam, saya dibiarkan sendiri. Saya sedih tetapi tidak ada satu teman pun yang berempati, setidaknya bertanya atau apa lah. 

Hehehe ada-ada saja cocokloginya. Mimpi hiasan tidur. Jangan diyakini sebagai sebuah kebenaran.