Yunita Kirnawati

Guru SMA Negeri 1 Tanjungpinang Kepulauan Riau...

Selengkapnya
Navigasi Web

Gegara Minyak Goreng

"Bu, buruan. Gak usah pake dandan! Nanti keburu habis", suara pak Karto terdengar nyaring ke rumahku yang berbatas dinding saja.

Dari kamar terdengar suara bu Karto menggerutu. Aku penasaran. Mereka mau kemana ya? Hehehe kepoku muncul.

Suami istri Karto adalah tetangga sebelah rumahku. Hampir semua aktifitas bersuara lantang terdengar ke rumahku demikian juga sebaliknya.

"Belum kelar juga toh, Bu? Pakai bedak berapa lapis?", suara pak Karto terdengar mulai gusar.

Sekitar lima belas menit kemudian pasutri itu meninggalkan rumah. Melihat dandanannya aku berkesimpulan keluarga Karto akan menghadiri undangan.

"Eh, mbak Santi. Lagi santai? Pasti sedang menulis buku. Kalau sudah jadi, jangan lupa kabari ya. Saya pingin baca", kata bu Karto sambil melangkah ke mobilnya.

"Eh iya, Bu. Kebetulan lagi libur, jadi ada kesempatan melanjutkan buku berikutnya. Oh baik, Bu. Nanti saya kabari kalau bukunya sudah selesai", responku sambil tersenyum.

Tin..tin.. pak Karto mulai tak sabar menunggu istrinya.

"Iya, sebentar toh, Pak. Ih, gak sabar amat ya", respon bu Karto.

Aku tersenyum melihat mereka berdua. Pasangan yang sudah membina rumah tangga selama dua puluh tahun itu selalu tampil kocak meski kadang seperti Tom dan Jerry.

Tiga jam kemudian kulihat mobil pak Karto pulang. Wajah keduanya nampak bersungut-sungut. Pasti sesuatu telah terjadi pikirku sambil tetap menulis.

"Apa kata bapak? Ibu bandel sih! Tidak mau dikasih tahu. Dibilang gak perlu dandan eh malah dandan seperti mau kondangan. Kan jadi lama. Akhirnya kita gak kebagian. Coba gimana ibu masak?", pak Karto ngomel.

"Bapak sih! Ngajak perginya dadakan", balas bu Karto.

"Dadakan gimana? Ibu aja yang dandannya kelamaan", pak Karto tidak kalah ketus.

Konsentrasi menulisku terganggu. Aku terpaksa mencuri dengar apa yang mereka ributkan. Ternyata minyak goreng menjadi penyebab huru-hara itu.

Pak Karto mendengar ada operasi pasar. Harga minyak goreng kemasan dijual seharga sebelum langka. Dia segera menyuruh istrinya bersiap-siap. Karena bu Karto dandan kelamaan, sesampai di pasar, mereka hanya mendapat zonk. Operasi pasar sudah selesai. Sepanjang jalan pulang pak Karto tidak henti-hentinya mengomeli istrinya.

Bu Karto pun mengomel membela diri. Akhirnya terjadilah seperti apa yg kulihat, mereka turun dari mobil dengan wajah manyun dan bersungut-sungut.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya buk, ya semoga pak Karto dan Bu Karto tetap sabarrrr

26 Mar
Balas

Terima kasih, Bu. Salam.

27 Mar



search

New Post