Hanya Ibu Rumah Tangga (H-807)
#TantanganGurusiana hari ke-807
Kamis, 31 Maret 2022
Suatu pagi di sebuah komplek perumahan
“Bu Sri, sedang apa toh, Bu? Gak ke pasar?”, sapa bu Wati ketika melewati rumah tentangganya.
“Ndak, Bu. Hari ini ndak ke pasar. Ada pesanan kue 500 kotak untuk hajatan di rumah pak RT”, Jawab bu Sri.
“Lha, Tania kan ada, Bu. Masak ndak bantu-bantu ibunya?”, bu wati mulai kepo.
“Tania sedang persiapan Seminar Proposal, Bu. Biarlah dia fokus dulu”, jawab bu Sri sambil tersenyum.
“Wealah, bu Sri. Anak jangan dimanja, apalagi anak perempuan. Masak iya tega melihat ibunya kerja sendiri”, bu Wati nampak belum puas dengan jawaban bu Sri.
“Maaf, Bu. Saya tinggal ke belakang ya. Mau nyiapin bahan-bahan dulu, takut kesiangan”, ujar bu Sri sambil berlalu.
Bu Sri tidak mau menanggapi lebih jauh lagi. Dia tidak ingin hatinya terluka mendengar kalimat bu Wati.
Beberapa bulan kemudian
“Bu... ibu dimana?”, suara Tania terdengar melengking dari ruang tamu.
“Ada apa, Nak? Kamu kenapa?”, jawab bu Sri sambil berlari dari dapur.
Tania pun berlari ke arah ibunya. Dia bersujud mencium kaki sang ibu.
“Bangun, Nak. Kenapa? Sidangmu bagaimana?”, bu Sri makin gusar.
“Ibu, terima kasih atas doa dan dukungan ibu untuk Tania. Tania lulus sidang. Skripsi Tania dapat A,” ujar Tania sambil memeluk erat ibunya.
“Alhamdulillah, Nak. Ibu bersyukur sidangmu dimudahkan dan mendapat nilai sangat memuaskan”, jawab sang ibu.
Tidak sulit bagi Tania mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Sebuah perusahaan minyak asing segera merekrut Tania karena dia bisa memberikan jawaban-jawaban yang mengesankan para penguji di saat tes. Tania beruntung karena setahun bekerja di perusahaan tersebut, dia diberi kesempatan melanjutkan S2 (sesuai bidang pekerjaannya) dengan biaya ditanggung perusahaan
Lima tahun sudah Tania menjalani kehidupan sebagai pegawai yang super sibuk. Dia sering dikirim mengikuti berbagai pelatihan. Kemampuan berkomunikasi Tania yang bagus membuat karirnya cepat menanjak.
Seiring waktu Tania ditakdirkan bertemu jodohnya di sebuah perjalanan tugas. Dia bertemu pria itu ketika sama-sama mengikuti pelatihan ketenagakerjaan. Singkat cerita Tania dipinang oleh sang arjuna.
Di tahun ke tujuh masa kerjanya, Tania memutuskan mengundurkan diri. Selain kondisi kehamilan, Dia ingin fokus mengurus rumah tangga. Meski banyak orang menyayangkan keputusan Tania meninggalkan posisi yang sudah bagus dan gaji yang lumayan tinggi, Tania tetap pada keputusannya.
Suatu hari Tania pulang ke rumah orang tuanya bersama anaknya yang sudah berusia lima tahun dan suaminya. Ketika sedang duduk di pekarangan rumah, bu Wati dan teman-teman arisannya kebetulan lewat. Bu Wati mampir dan ikut duduk bercengkrama.
“Nak Tania masih kerja di perusahaan minyak itu, kan? “, tanya bu wati langsung ke pokok cerita.
“Tidak, Bu. Saya sudah beberapa tahun ini di rumah saja, mengasuh anak,” jawab Tania.
“Lho, kok memutuskan jadi ibu tumah tangga saja? Sayang udah capek kuliah tinggi-tinggi”, jawab bu wati.
Bu Sri yang baru saja dari halaman belakang bersama sang cucu nampak kurang senang dengan pertanyaan bu Wati. Namun, Tania bisa menjawab dengan bijak. Dengan kode melalui pandangan mata, dia mengisyaratkan bu Sri untuk tidak menjawab
“Bu Wati, mohon maaf. Saya tidak bermaksud mengajari ibu. Ilmu saya tidak ada apa-apanya dibandingkan orang tua yang sepantaran ibu saya. Menurut saya, mengurus rumah tangga itu adalah dedikasi. Saya tidak mau mengerjakannya setangah-setengah. Saya tidak mau mengurus rumah tangga disambil dengan pekerjaan kantor, nanti hasilnya tidak maksimal. Untuk menjawab pertanyaan ibu ‘mengapa harus sekolah tinggi-tinggi?’, tidak ada salah dengan sekolah tinggi kan, Bu? Makin banyak kita mendapat ilmu, makin terbuka cara pandang kita”, pungkas Tania.
“Nak Tania tidak menyesal jika statusnya hanya seorang ibu rumah tangga?”, bu Wati masih penasaran.
“Alhamdulillah tidak, Bu. Ibu rumah tangga pekerjaannya berat. Waktu 24 jam pun kadang tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan. Maka saya memilih sebagai full timer saja”, jawab Tania.
“Ya ampun, nak Tania. Jika semua perempuan seperti nak Tania, pasti tidak akan pernah terjadi perang dunia”, seloroh bu Wati.
“Ibu bisa saja. Yok, Bu dimakan goreng pisangnya. Nanti keburu dingin”, kata Tania.
---
Pesan moral kisah di atas; Jangan menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga. Banyak orang hebat di negeri ini yang lahir dari seorang ibu rumah tangga. Jangan pandang sebelah mata pekerjaan ibu rumah tangga karena mengurus rumah tangga tidak mudah. Banyak kejadian di luar sana ibu rumah tangga mengakhiri hidupnya karena depresi. Dia merasa tidak dihargai dan tidak didukung oleh orang-orang di sekelilingnya. Dia merasa sendiri mengelola rumah tangga dengan segala permasalahannya.
Kepada sahabat saya yang memiliki pekerjaan Ibu Rumah Tangga, Anda hebat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar