Yunita Kirnawati

Guru SMA Negeri 1 Tanjungpinang Kepulauan Riau...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kisah Orang Kaya Baru (OKB)

Hari ke-765

#TantanganGurusiana

Kamis, 17 Februari 2022

Pak Karta merupakan orang terpandang di desaku. Namanya mendadak tenar setelah menjual tanah warisan untuk dibangun pertambangan batubara oleh investor asing. Rumah pak Karta yang tadinya beralas tanah berdinding gedek langsung berubah menjadi permanen tiga tingkat lengkap dengan kolam renang. Di halaman rumah dibuat garasi yang lumayan besar. Empat atau lima mobil muat di dalamnya.

Malam jumat lalu pak Karta mengadakan doa selamat. Dia mengundang seluruh warga kampung. Para warga menyambut gembira karena ingin ikut merasakan kegembiraan keluarga Karta dan ademnya rumah baru bertingkat tiga itu.

Namun, uang ternyata bisa mengubah kepribadian seseorang. Pak Karta yang dulunya ramah, sekarang pongah. Dia tidak mau duduk berdekatan dengan warga yang berpakaian (yang menurutnya) kurang pantas. Dia tidak segan-segan menyuruh orang tersebut keluar dari pekarangan rumahnya. Bu Karta pun tidak kurang pongahnya. Dia memamerkan perhiasan-perhiasannya dan mengatakan di kampung itu tidak ada yang bisa menyaingi kekayaannya. Para tamu satu persatu meninggalkan rumah mewah itu dengan perasaan kecewa. Ternyata syukuran yang dimaksud pak Karta dan istrinya tidak lain dari ajang pamer kekayaan, kemewahan, dan kesombongan. Beruntung ibu dan bapakku tidak kesana karena ada pengajian rutin di langgar kampung sebelah.

Keesokan harinya ketika aku berangkat kerja dan melewati rumah pak Karta, nampak Alphard merah keluar dari garasi rumah mewah itu. Bu Karta duduk di belakang setir ditemani seorang laki-laki muda. Ternyata dia instruktur kursus mobil. Dengan gaya bagai selebritis, bu Karta sekali-sekali memperbaiki letak kaca mata hitam dan mematut-matutnya di kaca spion.

Cepreeeeet! Aku terkejut menyadari baju kerja dan mukaku basah. Uh! Nyetir belum bisa udah sok-sokan. Aku kesal karena tidak mungkin berangkat kerja dengan pakaian basah kuyup. Namun, balik ke rumah juga tidak mungkin. Waktu tinggal 25 menit lagi. Aku bisa terlambat jika pulang mengganti baju baru berangkat lagi. Sejenak kuterpaku.

Belum habis kuterpaku dalam kesalku, mobil itu berhenti. Wajah bu Karta tersembul dari balik kaca. Sambil menurunkan kacamata hitamnya dia berkata, “Dek, Jalan tuh lihat-lihat. Gara-gara kamu jalan sembrono, mobil saya kotor kena becek. Huh! Dasar miskin!”. Kemudian dia mengegas mobilnya. Sekali lagi, bajuku kecipratan air kotor.

‘Ya tuhan, mengapa aku harus bertemu makhluk begini pagi-pagi?’, batinku.

Aku tetap berangkat dengan pakaian basah dan lumayan kotor itu. Gampanglah, nanti juga kering sendiri. Meski penumpang angkot melihatku sambil berbisik dan tersenyum, aku cuek saja, tidak ambil pusing dengan gibahan mereka.

Sesampai di tempat kerja, teman-teman menertawaiku, cuaca cerah tetapi bajuku kuyup. Aku ikut tertawa karena lucu juga kalau dipikir-pikir. Setelah kuceritakan kronologisnya, teman-temanku malah mengumpat si Orang kaya Baru itu. Namun, kuajak mereka untuk tidak ikut-ikutan berbuat dosa dengan mengumpat pelaku itu.

“Sudahlah. Biar Allah yang membalasnya. Yok kita kerja”, ujarku. Dan kami pun larut dengan padatnya aktifitas hari itu.

Tanpa terasa jam pulang sudah tiba. Dengan gembira kami meninggalkan tempat kerja. Dewi yang kasihan melihat baju kotorku kering di badan menawarkan diri mengantarku pulang. Dengan senang hati kuterima tawarannya. Lumayan irit ongkos, tidak pakai menunggu lama pula.

Sesampai di ujung jalan menuju rumahku, motor Dewi disuruh berhenti oleh beberapa orang. Aku tidak kenal mereka tetapi kuikuti perintahnya. Sepertinya mereka orang baik, bukan begal. Jalanan padat. Bahkan motor pun tidak bisa lewat saking padatnya. Tumben dan aneh. Ada apa?

Dewi minta maaf tidak bisa mengantarku sampai ke depan rumah. Aku pun maklum. Dia pamit dan aku pun melangkah perlahan sambil melihat kiri dan kanan mencari jawaban.

Ternyata keramaian itu berasal dari rumah pak Karta. Jalan becek tadi pagi sudah kering tetapi dipenuhi banyak mobil. Barangkali itu mobil-mobil relasi pak Karta atau siapa lah. Aku tak peduli.

Ketika melewati rumah mewah itu, kulihat ada bendera putih. Lho, siapa yang meninggal? Perasaan tadi rumah itu sepi-sepi saja. Sekarang tiba-tiba ramai dipenuhi orang-orang yang sangat asing bagiku. Nampaknya bukan orang kampung sini.

“Bu, siapa yang meninggal di rumah pak Karta?”, tanyaku pada ibu ketika sampai di rumah.

Tenggorokanku haus sekali. Kebetulan di meja terhidang sepiring pisang goreng ditemani oleh satu teko teh hangat. Tanpa babibu, kuserbu langsung.

“Hmm, pelan-pelan. Nanti keselak”, ibu mengingatkanku.

"Iya... iya. Habis goreng pisangnya enak sih", jawabku sekenanya

“Bu Karta tadi kecelakaan”, lanjut ibu membuatku keselak beneran.

Kuteguk air teh banyak-banyak padahal lumayan panas.

“Maksud ibu?”, tanyaku terbelalak.

“Siang tadi bu Karta nyetir kurang hati-hati. Dia masih belajar tapi sudah berani ngebut. Apesnya ada sapi lepas dan lari ke jalan. Karena ngebut, bu Karta tidak bisa menguasai kendaraannya. Dia menghindari sapi tetapi malah nabrak pembatas jalan. Mobil terguling-guling. Kata saksi mata berguling tiga kali. Bu Karta meninggal di tempat”, ujar ibu.

Lututku lemas mendengar cerita ibu. Ingatanku melayang ke beberapa jam lalu saat aku berangkat kerja.dan saat aku mengatakan Allah yang akan membalas perlakuan bu Karta ketika kawanku mengumpat kelakuan wanita itu.

Betapa singkatnya hidup di dunia. Tiada satu orang pun bisa mengira kapan ajal tiba. Jika ajal tiba, tiada yang dibawa selain amal perbuatan. Harta benda dan keluarga semua tinggal di dunia.

Semoga kisah ini memberi ibrah bagi kita semua.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jika ajal tiba, tiada yang bisa dibawa selain amal perbuatan, mantap tulisannya, sukses selalu bu Yunita

17 Feb
Balas

Terima kasih atas kunjungan bu Zuyyinah. Salam literasi.

17 Feb

Semoga menjadi pengingat kita agar tak mendewakan harta dan berperangai kurang mulia. Sukses selalu Bu

18 Feb
Balas

Kisah yang sangat menyedihkan, semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini

18 Feb
Balas

Kisah yang memberi pencerahan. Salam sukses Bi

18 Feb
Balas

Semoga kisah ini memberi ibrah bagi kita semua...aamiin ya Allah

17 Feb
Balas

Terima kasih, pak Sis.

17 Feb

Kisah yang luar biasa, Semoga selalu sehat dan sukses Bunda Yunita.

18 Feb
Balas



search

New Post