Menolak Menjadi Tamu Allah
Siang hari yang terik, Ramlan berjalan menyusuri gang demi gang menjajakan ember plastik. Bulan ini target penjualan Ramlan harus tercapai. Jika tidak, dia tidak mendapat bonus lebaran. Terbayang betapa kecewa wajah anak-anaknya jika Ramlan mudik tidak membawa apa-apa.
Cuaca siang itu membuat Ramlan bermandikan keringat. Ditambah lagi ember-ember yang dia junjung membuat badannya makin berkuah. Meski demikian, Ramlan tetap menjalankan ibadah puasanya. Tidak sedikit pun terlintas dalam ingatan Ramlan untuk membatalkan puasanya.
Ketika Ramlan memasuki sebuah komplek perumahan, dia tercengeng melihat sekelompok pemuda duduk merokok dan minum kopi di pos kamling. Ramlan tidak mau berburuk sangka. Bisa jadi mereka non muslim, pikirnya.
Cuaca yang makin terik membuat Ramlan lelah. Dia duduk tidak jauh dari pos kamling.
"Mas, di sini aja duduknya. Di sana panas," ujar salah satu pemuda di pos.
"Ndak apa, Mas. Saya di sini saja," tolak Ramlan dengan sopan.
Tidak beberapa lama kemudian azan Ashar berkumandang. Ramlan segera berdiri untuk ke mesjid. Dia menitipkan dagangannya pada para pemuda tersebut.
"Maaf, Mas. Bukannya gak mau dititipin. Kami juga mau ke mesjid," kata pemuda yang berbadan besar tinggi.
"Oh, Maaf. Saya kira mas-mas non muslim," ujar Ramlan tidak enak hati.
"Hahahahahah. Jack sedang datang bulan, Mas," ujar si tinggi besar yang ternyata bernama Bagus.
"Asem! Kamu tuh yang datang bulan. Puasa kok cuma pembuka dan penutup," jawab Jack.
"Maaf, Mas-mas. Bukan saya lancang. Apa yang menyebabkan mas-mas ndak mau puasa? Cuma sekali setahun toh?" tanya Ramlan.
Tiga pemuda itu menjawab dengan berbagai macam alasan yang terkesan mengolok-olok hikmah puasa.
Ramlan membatin dan merasa sedih melihat tiga pemuda itu. Fisik mereka sempurna, hidup mereka berkecukupan, badan mereka sehat tetapi mengapa tidak menunaikan ibadah Ramadan ini dengan sempurna. Allah mengundang mereka untuk menyempurnakan iman di bulan suci tetapi mengapa mereka menolak? Atau kah mereka tidak dipilih Allah untuk menyempurnakan amal ibadahnya di bulan yang penuh maghfirah ini?
Lamunan Ramlan buyar karena seseorang menepuk bahunya.
"Gak jadi ke mesjid, Mas? Sini saya jagain jualannya. Saya ntar aja deh shalatnya di rumah," ujar Jack.
"Terima kasih, Mas. Titip jualan saya, ya. Ndak lama kok. Saya izin shalat Ashar dulu,"ujar Ramlan sopan.
Demikianlah kisah orang yang menolak menjadi tamu Allah.
Semoga bermanfaat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar