Pepàtah usang ini tak pernah lekang oleh waktu. Meski waktu berlalu, zaman berganti nasihat dalam bentuk pepatah ini tetap ada hingga saat ini.

Pepatah ini mengajarkan agar kita berberhati-hati menggunakan lisan. Bagaimana pun perasaan kurang suka kita terhadap orang, atau keadaan yang kurang layak, agar disampaikan dengan santun dan sesuai kaidah yang berlaku, tidak boleh arogan. Arogansi menyebabkan diri celaka, seperti yang dialami oleh seorang bule bermulut lemes baru-baru ini.

Beredar sebuah video yang memperlihatkan kondisi di sebuah pesawat. Nampak seorang pria berkulit putih duduk persis di belakang Mike Tyson, sang petinju legendaris. Sang pria tak henti-hentinya mengeluarkan kata-kata yang menurut Tyson kurang pantas. Awalnya Tyson tetap tersenyum. Namun, hal ini membuat sang pria makin menjadi-jadi. Dia malah mencondongkan badannya ke depan (ke arah kepala Tyson) dan tetap mengoceh. Dalam video tersebut terdengar suara pria lain (si perekam) berkomentar sambil tertawa melihat kelakuan temannya.

Selang beberapa saat Tyson berdiri dan memutar badan ke belakang. Dia melepaskan bogemnya beberapa kali ke wajah si pria. Ketika itu video terhenti. Sejurus kemudian video nyala kembali dan memperlihatkan kondisi pelipis si pria yang terluka.

Menurut saksi yang duduk di sekitar Tyson, awalnya sang Legend tetap tersenyum mendengar ocehan si pria di belakangnya tetapi makin dibiarkan dia makin membuat Tyson tidak nyaman, dan terjadilah insiden tersebut.

Dari kejadian ini dapat ditarik hikmah bahwa tidak selamanya ocehan kita menjadi hiburan bagi orang lain, bisa jadi membuat telinga orang menjadi sakit dan menjadi terganggu.