Yunita Kwartarani M.Pd

Saya adalah guru biasa yang menyukai dunia tulis menulis. Bagi saya menulis adalah menghidupkan hati. Menulis mampu meninggalkan kenangan untuk anak saya maupun...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lost Generation

Lost Generation

Oleh Yunita Kwartarni

Guru SDI Al Ikhlas Cipete

Jakarta Selatan

Sejak kepergian sahabat saya menghadap Illahi, semangat menulis saya di media sosial ikut terkubur bersama jasadnya. Saya tenggelam dalam duka. Tetapi hari ini saya tergelitik untuk menulis. Pagi ini saya baru mulai mengajar via zoom. Saya beruntung karena anak-anak di sekolah kami bisa terus belajar dengan gurunya via zoom. Pandemi tak mengahalangi kami untuk membangun pola belajar.

Saat saya sedang mengajar, terdengar aak-anak di depan rumah yang lumayan berisik. Saya buka pintu dan menanyakan mengapat tidak sekolah. Mereka serentak menjawab, sudah selesai sekolahnya, sudah di kasih tugas dan dikirim lwat GF. Saya langsung melihat jam, baru pukul 08.30, belajar sudah selesai, bahkan sebagain anak-anak itu belum mandi. Belajar macam apa ini? Hampir 2 tahun pandemi, jika belajarnya seperti ini terus, wajar dikatakan “Lost Generation”

Lalu saya tanya ke beberapa guru yang mengajar di sekolah milik pemerintah, jawabannya, anak didik kami tak mungkin google meet setiap hari, hp aja nggak punya, pake punya orang tua. Harusnya dengan keadaan seperti itu, dicari cara dong agar tak hilang hak mereka sebagai siswa. “sekolah ibu anak-anak orang berada, bayarannya mahal, wajar kalo ibu ngajar mati-matian” hai... hallo...sekolah negeri memang gratis, tapi gaji bapak ibu guru kan tidak gratis, bahkan tunjangan pendidikan bapak ibu guru di sekolah pemerintah jauh lebih besar daripada kami guru swasta, harusnya bapak ibu guru lebih mati-matian....Perbandingan bapak dan ibu guru ke kami tidak apple to apple.

Saya lihat di media sosial, sebagain besar guru sekolah milik pemerintah mengikuti kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK) mulai dari level 1 sampai level setinggi monas, bahan ada yang mau ikut tesnya minta doa dari warganet di akun media sosialnya. Setelah lulus dan mendapatkan sertifikat, untuk apa ilmunya? Apakah bermanfaat untuk peserta didik? Atau hanya menunjukkan jati diri di medsos sertifikatnya dan mengatakan saya lulus PembaTIK level sekian.....

Coba bapak ibu survei, berapa banyak yang tak punya HP.Pasca idul fitri, banyak anak-anak yang membeli HP baru, bukan untuk belajar, tapi untuk nge-games...Bapak ibu guru di sekolah pemerintah, mendapatkan RPP dari para pengawas, lengkap banget loh isinya, saya pernah lihat, walau tak saya gunakan karena berbeda dengan pola di sekolah saya. Tapi pelakanaan pembelajaran RPP dari pengawas, di tangan bapak/ibu guru tidak sesuai, RPP hanya untu disimpan yang jika ada pemerikasaan bapak ibu tinggal mengatakan dan menujukkan, saya punya loh RPP.

Saya sedih sebagai pendidik, bagaimana membangun pola belajar untuk anak didik di sekolah milik pemerintah? Pelatihan mengajar banyak diikuti, tapi sertifikat hanya untuk bahan penilaian bahkan ajang pengungkapan jati diri dalam mencari followers dan ada yang sertifikatnya diakui secara international.... Pak, Bu, tiap sertifikat ada pertanggungjawaban moralnya dimata Tuhan. Ini fenomena pendidikan di Jakarta yang merupakan Ibukota Negara, bagaimana di tempat lain? Ngeri saya membayangannya.

Yuk, Pak dan Bu guru, sebelum terlambat, cari cara agar anak didik kita di jam belajar tidak berkeliaran bahkan duduk depan rumah sambil pegang HP dan main games, masih belum terlambat untuk membuat mereka cinta belajar....Ingat, mereka santai belajar karena kita santai mengajar.....Salam semangat untuk semua pendidik di Indonesia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post