Yunita Purnamasari

Anak-anak bukan miniatur orang dewasa. Berusaha mengajar dengan strategi "bahagia"....

Selengkapnya
Navigasi Web
Layang-layang Majid

Layang-layang Majid

Seperti biasa sore itu di komplek perumahan Griya Chandramas, anak-anak mulai bermain di jalanan. Anak-anak perempuan banyak yang bermain sepeda. Anak-anak usia TK sedang bermain lari-larian dan anak laki-laki usia SD bermain layang-layang. Majid, Dani dan Nofal bermain layang-layang. Mereka kelas 4 SD. Masing-masing membawa layangan yang berwarna-warni. Layangan Majid berwarna merah, milik Dani warna biru dan milik Nofal berwarna putih. Mereka membelinya kemarin di depan pintu masuk perumahan.

Baru kali ini mereka bermain layangan. Biasanya setiap sore mereka selalu bermain bola. Majid kesulitan menarik benang agar layangannya bisa terbang ke atas. Sementara Dani dan Nofal terlihat sedang menggulung benang di pinggir jalan. Ini pertamakalinya mereka bermain layangan di komplek perumahan.

“Aku kesulitan menaikkan layangan ini ke atas. Bagamana caranya ya?” gerutu Dani pada Nofal. “Ya aku juga kesulitan Dan. Saat aku panjangkan benangnya dan berusaha aku menaikkan layangannya tapi tidak juga naik, bahkan aku sedikit berlari agar benang ini kencang, tapi tidak juga layangan ini bisa naik ke atas” jelas Nofal.

“Hai teman-teman ayo sini!” teriak Majid dari kejauhan. Majid hampir berhasil menaikkan layangannya ke atas. Layangan Majid telah setinggi pohon palem milik Pak Eko.

“Lihat itu Majid!, ayo kita kesana!” ajak Nofal pada Dani. Mereka berjalan mendekati Majid. “Bagamana kau bisa menaikkan layanganmu Majid? Kau hebat!” tanya Dani sekaligus memuji Majid. “Iya Majid, ayo ajari kami!” pinta Nofal.

Tangan Majid bergerak-gerak menggoyangkan benang layangan agar layangan tidak turun ke bawah. Angin yang cukup kencang sore itu membuat layangan Majid semakin menari-nari di angkasa. Majid, Dani dan Nofal berteriak girang. Mereka senang bisa melihat layangan berkibar ke kanan dan ke kiri mengikuti arah angin.

“Dani, ayo pegang benangku ini dan tarik layangannya perlahan ya! Kau harus mencobanya!” seru Majid. Mereka bergantian sampai tak terasa waktu menjelang petang. Layangan Majid masih terus menari mengikuti arah angin.

“Layanganku bisa naik ke atas karena tadi aku minta bantuan pada Dina adikku sebelum ia main sepeda. Dina kusuruh memegang layanganku sambil tangannya ke atas mirip seperti orang yang bawa poster saat demo di jalanan itu loh” Majid menjelaskan pada kedua sahabatnya. Nofal dan Dani manggut-manggut tanda setuju. Mereka jadi sadar kenapa sejak tadi layangannya tidak bisa naik, ternyata karena tidak ada yang membantu memegang layangan.

“Maklum ya Dan, kita selama ini tidak pernah main layangan jadi tidak tahu cara menaikkan layangan ke atas.” Kata Nofal. “Aku juga baru kali ini kok main layangan, tadi aku coba-coba saja minta bantuan ke Dina, eh ternyata berhasil” tambah Majid sambil terus menarik benang mempertahankan ketinggian layangan.

“Aku punya ide, bagaimana jika kita ikat saja benang layangan ini ke pohon palem Pak Eko? Agar besok pagi kita bisa bermain lagi. Khan kita tak perlu lagi susah-susah menaikkan layangan seperti tadi” usul Nofal. “Iya aku setuju! Besok khan hari Minggu. Kita bisa bermain mulai pagi.” Tambah Dani. “Baiklah kita coba yuk” kata Majid yang menyetujui usul kedua temannya. Mulailah mereka berusaha mengikatkan benang layangan ke pohon palem. Kaleng benang diletakkan dibawah pohon. Dan layangan tetap menari di angkasa mengikuti kemana angin bergerak. Mereka bertiga pulang ke rumah masing-masing.

Paginya, mereka berkumpul lagi di jalanan seperti biasa. Nofal dan Dani membawa layangan mereka sementara Majid hanya membawa botol air minum. Majid berbadan lebih gemuk dari kedua sahabatnya, sehingga ia sering kehausan dan selalu ingin minum air putih.

“Loh, kemana layanganmu Jid?” teriak Nofal kaget setelah mereka telah tiba di depan rumah pak Eko. Pada batang pohon palem pak Eko tak ada benang layangan yang dililitkan. Layangan Majid hilang.

“Kalian sih ingin layangan itu tetap di sini.” Protes Majid. Ya sudah kalau begitu kita tanyakan saja pada Pak Eko. “Assalamualaikum...” teriak ketiganya di depan rumah Pak Eko.

“Waalaikumsalam...oh Majid, Nofal dan Dani ya. Pasti kalian akan mengambil layangan merah kemarin ya?” jawab Pak Eko. “Betul pak” jawab ketiganya bersamaan.

“Duduklah sini anak-anak” pinta Pak Eko mengajak anak-anak duduk di lantai terasnya. Majid melihat layangan merah miliknya di meja teras pak Eko, tapi Ia tak berani mengambilnya.

“Pulang kerja kemarin sore saya kaget saat akan masuk ke dalam rumah tiba-tiba ada sesuatu yang menyangkut di sepeda motor saya. Setelah saya turun dari sepeda motor dan memeriksanya ternyata benang panjang yang ujungnya dari pohon palem. Lalu saya ambil benangnya dan saya cari layangannya ternyata ada diatas teras itu” kata pak Eko sambil menunujuk ke bagian atas terasnya. Kalau bapak kalian mengetahui hal ini pasti kalian akan mendapat amarah dan nasehat. Pak Eko kenal baik dengan semua bapak kalian loh” tambahnya kemudian.

Majid, Dani dan Nofal tak berani bicara. Mereka ketakutan. Mereka menunggu kalimat apalagi yang akan disampaikan oleh pak Eko. Pak Eko melanjutkan “Untungnya benang ini mengenai sepeda motor saya, nah jika mengenai leher saya bagaimana coba?”

“Maafkan kami Pak” akhirnya Majid membuka suara. “Iya Pak Eko tolong maafkan kami” pinta Nofal dan diikuti Dani. “Maksud kami kemarin agar pagi ini kami tidak kesulitan menaikkan layangan itu Pak” tambah Dani.

“Saya dulu juga senang main layangan. Main layangan itu saat banyak angin. Dan saya tidak pernah mengikatkan layangan ke pohon seperti yang kalian lakukan ini. Layangan kalian kehilangan kendali sehingga turun dengan sendirinya dan benangnya itu mengenai sepeda motor saya. Ini coba lihat “ Pak Eko menjelaskan kembali sambil memperlihatkan posisi benang di sepeda motornya yang belum diambilnya sejak kemarin. Sengaja Pak Eko ingin memperlihatkan kepada Majid dan teman-temannya.

“Ini layangannya dan bermainlah di lapangan jangan dipinggir jalan sangat berbahaya jika ada kendaraan yang lewat. Apalagi di perumahan kita ini jalannya sempit. Saya bangga pada kalian walaupun sekarang banyak anak yang senang main game di handphone tapi kalian masih semangat bermain layangan” saran Pak Eko.

“Terima kasih Pak Eko, kami akan pergi ke jalan Cesna yang ada lapangannya untuk bermain layangan di sana” kata Majid. “Kami juga tidak akan mengikatkan layangan ke pohon lagi pak” janji Dani. “Iya Pak kami janji akan bermain yang tidak membahayakan orang lain dan diri kami” kata Nofal menambahkan. Lalu ketiganya pamit pulang dan berjalan ke jalan Cesna yang terletak dibelakang rumah Pak Eko.

Mereka bersyukur ternyata Pak Eko tidak marah dan memberi pelajaran yang berharga sehingga tidak akan mengulangi lagi mengikat layangan ke pohon manapun. Tak terasa sudah sampai di lapangan jalan Cesna. Segera mereka saling membantu menaikkan layangan. Kali ini layangan warna biru milik Dani yang akan diterbangkan ke atas. Majid memegang layangan ke atas dan Dani menarik benangnya, Nofal memberi semangat pada Dani. Mereka bergembira akhirnya layangan warna biru bisa juga berkibar di angkasa. Lalu giliran layangan warna putih milik Nofal yang dipegangi dan tak lama layangan milik Nofal juga berkibar di angkasa. Mereka bertiga bahagia. Majid menyambungkan benang yang putus dan setelah rapi ia meminta tolong pada anak yang ada di sekitar lapangan untuk membantunya memegangi layangannya agar layangan warna merah juga bisa terbang di angkasa mengikuti teman-temannya. Kini ketiga layang-layang itu telah menari-nari dengan lincah di angkasa. Tanpa mereka sadari Pak Eko telah berada di lapangan dan mengambil foto mereka yang sedang asyik bermain layangan sambil Pak Eko mengacungkan jempolnya dan tersenyum bangga.

Selesai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah carpennya mengingatkan saya kecil suka bermain layang-layang, bedanya kita membuatnya sendiri dari plastik bekas/kertas wajik

07 Jan
Balas

Terima kasih Pak Mulya, saya terinspirasi anak-anak di perumahan kami.

07 Jan
Balas



search

New Post