Yupriana Asis, M.Pd

I'm a teacher, that's why I'm happy...

Selengkapnya
Navigasi Web

MERDEKA BELAJAR ATAU MENDERITA BELAJAR

Sudahkah kita menciptakan suasana belajar yang membuat siswa merdeka belajar atau malah membuat siswa menderita belajar. Pertanyaan inilah yang menjadi tantangan buat para guru dalam mengajar di era kurikulum merdeka.

Pemateri Day-3 diklat "Mewujudkan Pembelajaran Menyenangkan dengan Kurikulum Merdeka" Rizqy Rahmat Hani, M. Pd. memulai paparan materinya dengan memberikan contoh seorang pegawai Indomaret yang viral di tiktok karena fasih berbahasa Jepang. Vania tidak lolos untuk kuliah bahasa Jepang namun karena keinginannya begitu kuat maka ia pun belajar secara autodidak. Tujuannya adalah ingin mampu berbahasa Jepang dengan fasih dan impiannya nanti bisa bekerja di Jepang. Motivasi yang kuat membuatnya terus mencari cara untuk mencapai tujuannya. Ia belajar setiap hari melalui animie bahkan mencari teman yang kuliah bahasa Jepang untuk membantunya semakin fasih. Saat pandemi Vania bercakap sendiri depan cermin. Intinya segala tantangan dan hambatan dapat diatasinya karena sudah tahu akan tujannya dan yakin untuk meraihnya.

Demikianlah seorang yang merdeka belajar. Ia memiliki tujuan dan terus berkomitmen sehingga akan terus mencari cara untuk mencapai tujuannya. Ketika Vania dipuji tentang kemampuannya, ia mampu merefleksi tetang pencapaiannya. Apa yang sudah ia capai dan apa yang belum dicapai.

Keseruan penyajian materi dari Rizqy Rahmat adalah selalu meminta peserta untuk memilih jawaban ya dengan skor 5 dan tidak dengan skor 0 untuk kasus-kasus yang dibahas atau pernyataan-pertanyaan yang berkaitan dengan kurikulum merdeka. Rizqy memberikan contoh kasus guru A, guru B dan guru C. Guru A seorang guru yang memaksakan keinginan tanpa memberikan choice atau pilihan pada siswa. Suara siswa tidak diperhatikan sehingga siswa merasa terpaksa belajar. Guru B mengajar dengan menyenangkan dan seru namun tidak sesuai dengan kebutuhan siswa. Lalu menggunakan aplikasi untuk merangking hasil belajar siswa dan memberi hadiah pada tiga peringkat teratas. Motivasi belajar karena ingin mendapat hadiah bukanlah ciri merdeka belajar. Guru C sebelum mengajar mengadakan kuis dan diskusi untuk mengetahui kondisi awal muridnya. Ia lalu memberikan pembelajaran bermakna, guru selalu memberikan umpan balik. Assesmen untuk mengukur ketercapaian berupa assesmen kinerja. Tak lupa guru memberikan feed back dan refleksi. Maka contoh guru ketiga inilah yang mampu menumbuhkan suasana belajar yang merdeka buat para siswa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

bagus bu ulasannya...merdeka atau menderita he he

10 Jan
Balas

Salam literasi

10 Jan



search

New Post