Yupriana Asis, M.Pd

I'm a teacher, that's why I'm happy...

Selengkapnya
Navigasi Web
PETUALANG PERADABAN JUARA SAINS KREATIF

PETUALANG PERADABAN JUARA SAINS KREATIF

Siswa-siswa yang terobsesi lomba bergengsi bisa dikatakan siswa-siswa gila. Ya, siswa-siswa yang gila belajar. Bahkan sebagai guru kamu tak mampu menghentikannya. Mungkin saja kamu ingin melarangnya dengan alasan tertentu namun mereka tak pernah berhenti. Mereka sudah tuhu arah yang dituju, bagaimana cara meraihnya dan bagaimana menaklukan seluruh tantangan yang datang menghadang.

 

Mereka menamakan diri Petualang Peradaban. Para pemimpi yang terinspirasi dari buku karangan Andre Hirata yaitu "Laskar Pelangi". Tak masalah punya sekolah yang minim fasilitas, yang mereka punya adalah kualitas. Sumber daya manusia handal sesungguhnya adalah petualang yang punya mimpi merubah peradaban. Bukan sekedar merubah diri menjadi lebih kuat tapi mengukir sejarah prestasi di level tertinggi. 

 

Di kelas Petualang Peradaban ini telah banyak siswa yang mengikuti lomba dan menjadi juara bidang Bahasa Inggeris atau menjadi Duta. Akan tetapi mereka tak pernah puas. Mereka pun tahu kalau dana sekolah terbatas, sehingga ada istilah 'Ngepet'. Sepakat hadiah lomba tidak dihabiskan tapi dipakai untuk biaya lomba berikutnya. Kemenangan satu orang dianggap kemenangan bersama sehingga hadiahnya milik bersama dan dikelola untuk kepentingan bersama. Rasanya sulit mendapatkan siswa yang memiliki level kesadaran siap berjuang dan rela berkorban seperti ini. Siapa pun yang mengenal kelas Petualang Peradaban akan percaya bahwa dibalik kebersamaan yang solid ada satu kekuatan ajaib tambahan yang datang di saat yang tepat.

 

Saat itu adalah ketika mereka mengikuti lomba Sains Kreatif yang dilaksanakan oleh Koran Fajar dan bekerjasama dengan kementrian. Enam orang siswa mewakili kelasnya menjadi peserta sedangkan sisanya kompak menjadi supporter. Mula-mula mereka mengirimkan essay dengan tema Cyber School, sekolah masa depan impian hingga masuk 4 besar di babak Final. Sekolah yang dilawan adalah sekolah-sekolah bergengsi dan sudah langganan menjadi juara. Tapi bukan Petualang Peradaban namanya kalau mudah menyerah. Mereka tampil memukau saat menjawab soal-soal sains di babak cerdas cermat dan akhirnya mendapatkan skor tertinggi. Inilah lomba paling bergengsi karena sekolah akhirnya dikunjungi oleh utusan dari kementerian Riset dan Teknologi untuk memberikan hadiah uang 10 jt, 2 unit komputer dan internet unlimited selama 3 bulan.

 

Aku melakukan wawancara pada mereka tentang essay kemenangannya itu. Salah seorang dari mereka menjelaskan, "Ketika peserta lain menggambarkan sekolah masa depan sebagai sekolah berbasis digital maka kami menggambarkan sekolah masa depan sebagai sekolah yang menerapkan multiple intelegensi. Siswa-siswa memiliki kecerdasannya masing-masing dan pendidikan yang mereka dapatkan adalah untuk mengasah kecerdasan yang berbeda-beda tersebut. Analoginya, tak boleh mengajar monyet berenang atau ikan melompat. Setiap siswa adalah cerdas dan mampu menjadi terbaik di bidangnya masing-masing". Kejadian ini telah terjadi 15 tahun lalu dan kini menjadi nyata dengan adanya Kurikulum Merdeka. Kurikulum yang akan merubah peradaban bangsa ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post