Yupriana Asis, M.Pd

I'm a teacher, that's why I'm happy...

Selengkapnya
Navigasi Web

QUANTUM TEACHING DI ERA KURIKULUM MERDEKA

Sudah beberapa kali aku melihat video di Tiktok yang nampaknya lucu karena membandingkan gaya guru-guru sejak kurikulum KTSP, K-13 sampai Kurikulum Merdeka. Pada era KTSP Nampak guru hanya membawa buku, lalu di K13 guru-guru sudah harus bawa laptop selanjutnya di kurikulum merdeka sudah bawa buku, laptop ditambah lagi dengan speaker segede koper. Kelihatannya ribet sekali.

Faktanya memang dalam kurikulum merdeka diharapkan siswa merasa nyaman dan antusias belajar. Ide mengajar dengan Ice Breaking semakin marak apalagi di era sosmed yang sudah semakin luas. Selain untuk menghibur para viewer, sosmed kini menjadi tempat menyimpan dokumentasi berbagai kegiatan. Dengan melihat kegiatan guru-guru lainnya maka kita dapat terinspirasi melakukan hal yang sama bila tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Ice Breaking terbukti mampu memecahkan kebosanan setelah serius mengikuti pembahasan materi.

Sebelum kurikulum merdeka sebenarnya pembelajaran seperti ini telah ada yaitu pada pendekatan Quantum Teaching. Saya termasuk guru yang memilih Pendekatan Quantum Teaching dipadu dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Maka komplitlah keseruan pembelajaran bila guru mampu menerapkan unsur-unsur Quantum Teaching dengan kompetisi kelompok yang diakhiri dengan penghargaan kelompok. Saya masih ingat waktu itu dosen pembimbingku ragu bila saya memilih Quantum Teaching. Alasannya karena QT butuh banyak factor yang harus dipenuhi agar suasana kelas menjadi nyaman. Dengan memakai kata pendekatan maka hanya beberapa factor yang mampu saya penuhi.

Lalu hari ini saya menyaksikan sebuah kegiatan pembelajaran bahasa Inggeris dari sebuah lembaga kursus. Metode mengajar meriah yang dilakukan tentu bernuansa QT. Siswa-siswa secara berkelompok dipandu melakukan aktifitas melalui permainan dan pertandingan yang seru sambil menggunakan bahasa Inggeris. Setiap kali siswa sangat ribut karena memang sedang bermain sambil belajar maka segera akan tenang bila sang mentor berseru sambil melakukan gerakan. “keep silent, please!”,kata mentor. Lalu dijawab oleh siswa-siswa, “keep silent, sssst”, sambil meletakkan telunjuk di depan bibir. Akhirnya mereka diam sendiri dan mentor dapat melanjutkan materi ataupun instruksi. Hasil pembelajaran dengan bermain siswa lebih percayadiri dan lebih kreatif berkolaborasi untuk kemenangan teamnya. Tak sadar mereka sedang menggunakan bahasa yang selama ini mungkin saja mereka hindari.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post