Pertama kali terbesit ingin menjadi penulis saat patah hati. Menulis rasa adalah hal yang paling menarik dan bisa secara spontan dilakukan. Menulis pun adalah healing untuk mengobati luka hati dan meluruskan kusutnya syaraf di otak. Ada pepatah yang mengatakan, "Jika kamu bukan anak raja maka menulislah".

Aku bukanlah anak presiden meski punya impian untuk anakku jadi pemimpin. Nama Aldebaran sengaja kupilihkan yang merupakan nama bintang paling terang di langit malam. Aldebaran adalah bintang maharaksasa biru. Selain memberinya nama yang bermakna tinggi, aku hanya bisa berdoa agar harapan dan impian melangit ini bisa terwujud.

Setidaknya saat aku akhirnya bisa menulis buku pertama, dan berhak ikut kegiatan TNGP (Temu Nasional Guru Penulis) 2022, Aldebaran bintangku telah menemaniku keliling Jakarta. Puncak acara TNGP adalah mengunjungi destinasi ikonik Jakarta. Dari Bogor kami ke stasiun kereta api menuju Jakarta lalu naik grab ke JCC (Jakarta Convention Centre. Esoknya kami ke Kantor Kemendikbudristek, Perpustakaan Nasional lalu ke Monas dan selanjutnya naik kereta listrik ke Kota Tua. Sempat juga jalan kaki mencari stasiun Busway karena hari Minggu banyak jalan ditutup untuk Car Free Day.

Derai keringat tak terasa melainkan rasa bahagia membuncah seakan aku menyelam dan menemukan mutiara. Sebuah makna cinta, patah hati, perjuangan, penderitaan, harapan dan impian adalah hidangan dari Sang Pencipta untuk dinikmati sebagai menu terbaik dan terunik bila varian bumbunya beraneka ragam.

Ada saatnya berjuang dan bekerja keras bahkan menahan sakit lagi perih, ada saatnya bersantai dan menulis kembali kenangan yang dapat menyulut semangat baru.