SRIKANDI UNTUK ARJUNA
Seketika berita itu menjadi viral. Seorang siswa telah begitu berani membuat gambar karikatur kritikan. Gambar orang tercekik lehernya sambil mengangkat kedua belah tangannya. Di tangan kanan memegang tulisan SPP, di tangan kiri tertulis BP3. Saat itu setiap siswa memang dibebankan kedua jenis pembayaran itu sebagai biaya pendidikannya di sekolah. Hampir semua menilainya sebagai siswa yang kurang ajar. Entah mengapa aku adalah guru yang menilai di sisi lain, Arjuna kreatif dan kritis.
Beberapa hari kemudian kudengar berita buruk lagi tentang Arjuna. Dia kena skors akibat membawa radio tape sehingga saat jamkos teman-teman kelasnya ribut mendengarkan musik. Kelas lain yang sedang belajar tentu saja terganggu. Tak ada yang membelanya walaupun dia bukan pelaku keributan utama. Hanya karena radio itu miliknya maka dialah yang kena sanksi. Lagi-lagi hatiku miris mendapati kenyataan bahwa siswa yang kaya potensi, berbakat seni yang tinggi diperlakukan sebagai pelaku kejahatan. Aku melihat dialah mutiara diantara hamparan pasir yang luas.
Aku mencoba melakukan pendekatan khusus pada Arjuna. Latar belakang keluarga cukup terpandang. Didikan orang tua jauh dari otoriter. Dukungan dan fasilitas cukup tersedia. Satu-satunya harapan orangtuanya adalah anaknya sukses di masa depan. "Bapak tak perlu khawatir, Arjuna memiliki banyak kompetensi. Hanya beberapa sikap yang perlu ditangani dengan baik," panjang lebar kujelaskan tentang putranya. Sejak itu orangtuanya mempercayakan aku untuk menjadi Srikandi buat Arjuna. Lalu kembali kesalahpahaman terjadi lebih buruk. Sebagai guru baru, aku tak mampu mengubah paradigma berfikir yang sudah tertanam di dunia pendidikan. Tak pernah kuduga ternyata akhirnya suatu saat ada kurikulum yang sesuai dengan harapanku.
Pendidikan seharusnya fleksibel dan tidak kaku. Kodrat alam dan kodrat zaman perlu diperhatikan. Siswa berada di zaman yang berbeda dengan gurunya. Guru seharusnya tak berhenti belajar bila ingin muridnya serius belajar. Seseorang akan serius belajar bila sesuai kebutuhan. Makin ke sini pilihan siswa makin luas. Bila guru melihat ini sebagai petualangan hidup, maka tantangan akan jadi hiburan.
I'm really happy to be a teacher.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar