KEBAHAGIAAN BERGANDA 2
“Perkenalkan bu, ini istri saya Rita dan ini Nana, anak kami.” Amir memperkenalkan keluarganya, setelah mereka duduk di cafe sebelah supermarket.
Amir mulai menceritakan kegiatan yang dilakukannya sekarang. Tentang usaha peternakan ayam potong yang mulai dirintisnya sejak selesai kuliah yang semakin berkembang dan cukup menjanjikan.
“Usaha peternakan ayam potong ini kami rintis berdua di kampung istri, kami teman kuliah bu, di jurusan yang sama, mempunyai hobi dan cita-cita yang sama, tak menyangka malah berjodoh pula.” Amir melirik mesra istrinya.
“Kami membuka usaha dan menetap tinggal di sana karena prospek pasarnya lebih menjanjikan, ke sini menjenguk orang tua saya, sudah seminggu dan lusa insya allah akan pulang.”
“Selama kalian di sini siapa yang mengelola peternakan?”
“Ada delapan pekerja yang menghandlenya, bu.” Jawab Amir.
“Alhamdulillah, ibu ikut senang mendengarnya. Selamat ya, semoga Amir dan Rita semakin sukses.” Bu Tia tulus mengucapkan, sungguh ia tak menyangka Amir siswa yang kemampuan biasa-biasa saja di sekolah, anaknya cenderung minder dan kurang percaya diri kini telah sukses.
“Aamiin, terimakasih banyak ya bu, terimakasih atas semuanya.”
“Ibu yang seharusnya berterimakasih kepada Amir, karena belanjaan ibu sudah dibayarkan.”
“Hehehe yang saya bayarkan tidak seberapa bu, karena motivasi dari ibulah saya bisa sukses seperti ini.” Jawab Amir.
“Ada beberapa ucapan ibu yang saya ingat dan membekas sampai sekarang.”
***
Ia mulai mengulang kisah belasan tahun yang lalu, ketika bu Tia menjadi wali kelasnya. Membuat bu Tia ikut mengenangnya.
“ Rantai makanan merupakan proses makan dan dimakan yang terjadi pada makhluk hidup secara linier untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kehadiran rantai makanan merupakan wujud keseimbangan dari alam semesta. Rusaknya rantai makanan akan menyebabkan kerusakan ekosistem yang ada. Jadi, rantai makanan ini menjadi bagian dari ekosistem yang tidak bisa dipisahkan. Nah sama dengan manusia sebagai mahkluk sosial, kita saling membutuhkan dan saling ketergantungan, bila ada salah satu yang kurang akan terganggulah yang lain.”
“Contoh, seorang guru untuk mengajar siswanya memerlukan energi, energi di dapat dari makanan, padi menjadi beras dan sayuran yang ditanam oleh petani, juga memerlukan ikan yang ditangkap oleh nelayan, semua barang tersebut dibeli guru dari beberapa orang pedagang. Seorang guru juga memerlukan pakaian, dimulai dari petani yang menanam kapas, lalul dipintal menjadi benang, ditenun menjadi kain oleh buruh pabrik tekstil kemudian diolah menjadi baju oleh penjahit.”
“Nah dari satu contoh ini saja seorang guru membutuhkann banyak bantuan dari orang lain. Dari petani, nelayan, pedagang, pekerja pabrik sampai penjahit. Bayangkan bila salah satunya tidak ada, misalnya tak ada petani yang menanam padi, apa yang terjadi? ”
“Guru akan kesulitan mengajar karena tak ada beras yang dihasilkan dari petani yang menanam padi. Bagaimana ia mau mendidik siswa sedangkan perutnya sendiri kelaparan? Atau tidak ada yang mau kerja di pabrik untuk menghasilkan kain, atau tidak ada yang mau jadi penjahit, bayangkan sulitnya untuk memiliki selembar baju.”
“Jadi inti dari pelajaran ini sebagai makhluk sosial kita saling membutuhkan, saling ketergantungan, jadi jangan malu yang ayahnya menjadi petani, nelayan, maupun yang bekerja sebagai buruh bangunan dan lain sebagainya. Karena mereka mempunyai peran masing-masing agar roda kehidupan ini berjalan sebagaimana mestinya.”
“Hanya ibu pinta, belajarlah sungguh-sungguh, kalaupun kalian mengikuti jejak orang tuamu, kalian harus selangkah di depan mereka. Maksudnya begini, si A ayahnya petani dan ingin menjadi petani juga, A belajarlah ilmu-ilmu pertanian sehingga hasil pertaniannya melimpah ruah. Atau B, ayahnya pekerja bangunan, bila ingin mengikuti jejaknya belajarlah ilmu tentang bangunan sehingga si B bisa menjadi seorang arsitek, yang membuat ekonomi kalian menjadi lebih baik. Apalagi kalau kalian bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain itu lebih bagus lagi.”
***
“Sejak itulah saya belajar bersungguh-sungguh, saya percaya saya mampu dan bisa seperti yang selalu ibu katakan, ketika saya gagal melaksanakan tugas yang ibu berikan, hanya saya harus lebih meyakinkan diri sendiri dan itu telah terbukti sekarang.” Amir tersenyum.
****
Setelah hampir setengah jam ngobrol, bu Tia pamit karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus disiapkan. Bu Tia mengendarai motornya dengan wajah sumringah. Bahagia karena mantan siswanya sudah sukses menggapai cita-citanya dan hidup mapan. Bertambah bahagia karena semua barang yang ia butuhkan telah dapat dan uang di dompetnya tetap utuh. Alhamdulillah.
*****
Meral, Selasa 110521
#H100 T103
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa
Terimakasih apresiasinya bunda, semoga sehat dan sukses selalu