PELANGI DI BALIK AWAN 2
“Jadi juga kuliahnya?”
“Ingat lho Sari biaya kuliah itu mahal, wong untuk sehari-hari aja ibukmu kadang masih kurang.” Ucapan mbak Cahya adiknya mbak Ratri meninggalkan luka di hati Sari.
“Iya mbak, Sari mau coba dulu,”
“Heeh, jangan coba-coba kalau gagal uangnya tak bisa balik lagi, apalagi jurusan yang diambil Bahasa Indonesia sudah pasaran itu. Lihat di sekeliling kita banyak yang sudah kuliah tapi jadi pengangguran juga, ngabisin uang aja, jadi mending cari kerja sudah jelas dapat membantu meringankan beban bapakmu.” Mbak Cahya kembali menimpali.
***
“Eh Sari mau kuliah? Untuk makan aja susah, kadang ngutang sana sini, ini mengkhayal mau kuliah pula, tak mikir orang tuanya miskin,” suara bude Ita terdengar nyaring dari rumah sebelah.
“Jadi anak itu mikir, bapak cuma buruh bangunan serabutan, adik-adiknya masih kecil, bantu cari kerjalah. Ini malah mau kuliah, makin merepotkan,”
“Bu, jangan bicara seperti itu. Kan bagus Sari mau kuliah, siapa tahu berhasil dapat kerja yang baik, bisa membantu adik-adiknya nanti,” Mbak Ratri menimpali ucapan ibunya.
“Ah, Itu tuh Toni contohnya, apa? Dibela- belain kuliah, sampe jual tanah, nyatanya jadi buruh juga kayak bapaknya,”
“Pengalaman orang di sekeliling kita tak dijadikan pelajaran sama Paklekmu,” bude Ita masih juga nyerocos.
“Sudah bu, tak enak kalau didengar paklek Yanto dan bulek Wati.” Mbak Ratri menggelengkan kepala melihat sikap ibunya, dan berlalu menuju ruang tamu.
Sari yang berada di kamarnya tepat bersebelahan dengan rumah bude Ita, hanya mendengarkan sembari tak berhenti-henti mengucap istigfar untuk menetralkan hatinya.
“Sabar Sari, ingat pesan bulek Ani, ini baru permulaan, kau pasti kuat,” Sari menyemangati dirinya sendiri.
***
Segala persiapan, pendaftaran untuk kuliah dilalui Sari dengan lancar, ia berusaha belajar giat dan dan akhirnya dapat menyelesaikan kuliahnya tepat waktu walaupun banyak aral melintang, cibiran dan cemeehan masih sering terdengar, terutama dari mbak Cahya dan bude Ita. Setelah beberapa bulan wisuda hanya di rumah, bulan yang lalu dia diterima sebagai tenaga pengajar di salah satu SMP swasta di daerahnya.
***
Sari bangkit dari tempat tidur, mengambil buku tabungan pertama, saksi bisu awal segala perjuangannya. Tergiang kembali ucapan bulek Ani setelah membukakan rekening tabungan atas namanya.
“Untuk sementara buku ini bulek pegang, bulek sudah bicara sama bapakmu tentang kelanjutan sekolahmu, dan beliau sudah setuju. Mulai sekarang bapak akan menabung untuk biaya kuliah nanti. Bulek dan paklek akan membantu sebisanya.”
“Tapi Sari harus ingat, kita bukan berasal dari keluarga berkecukupan jadi belajarlah hidup sederhana, akan banyak halangan yang menanti malah dari keluarga sendiri, jadikan itu motivasi untuk maju.”
“Bila ada rasa ingin menyerah kalah, pandanglah wajah lelah bapakmu, berjanjilah untuk membuatnya berharga dan bangga, hingga pengorbanan yang telah dilakukannya tidak sia-sia belaka.”
Sari mengusap buku tabungan sambil bergumam, “Terimakasih banyak bulek, pelangi perjuangan ini telah berpendar indah.”
*****
Selesai
Meral, Sabtu080521
#H97T100
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Belajar untuk hidup sederhana. Itu juga saya terapkan ke anak-anak. Salam sukses.
Cerpennya Keren Menewen Bunda
Alhamdulillah... akhirnya...bisa juga kuliah.. dengan tekad yang kuat..pasti ada jalan...cerpen yang keren.. salam semangat Bunda cantik.
Mantap cerpennya bunda
Keren bunda, ceritanya menginspirasi...salam sukses ya bunda...
Keren ceritanya.Halangan dari orang lain justru menjadi pelecut semangst meraih sukses. Salam sehat, sukses selalu
Cerpen yang mengharukan, sarat pembelajaran. Sukses selalu buat Bunda.
Keren bun ceritanya. Sukses selalu
Bila ada rasa ingin menyerah kalah, pandanglah wajah lelah bapakmu, berjanjilah untuk membuatnya berharga dan bangga, hingga pengorbanan yang telah dilakukannya tidak sia-sia belaka. Pesan Bulek Sari yang mendalam sebagai penyemangat. Keren abis ceritanya Bu Yusmanita. Salam sukses dan sehat selalu.
Cerpen yang menarik bunda. Sukses selalu
Terinspirasi dalam dirikah, sobat?
Menurut sobat?
maasyaaAllah...keren bund.. cerita yang menarik sukses selalu
alhamdulilah, terimakasih apresiasinya bunda, semoga sehat dan sukses selalu