Yusmanita, S.Pd.SD

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

THR ADI

Adi, Rama, Dika, dan Anto berjalan beriringan menyusuri jalan sambil bercerita kadang tertawa bersama, kemudian singgah pada setiap rumah tetangga yang pintunya terbuka. Hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang sangat membahagiakan mereka terutama bagi Adi.

“Kawan-kawan, ini sudah hari ketiga kita berlebaran, gimana rasanya capek nggak, tiap hari jalan terus” Rama membuka pembicaraan.

“Capek sih capek, tapi aku suka, banyak kue lezat bisa kita nikmati.” Jawab Dika yang badannya paling gendut diantara mereka berempat.

“Huu, Dika yang ada di kepalamu cuma makanan aja.” Rama menimpali.

“Kalau aku suka lebaran banyak dapat amplop thr, kita pergi ke rumah yang suka ngasih thr aja, aku sudah dapat 150.000 loh.” Anto ikut bicara sambil tangannya membuat gerakan angka yang diucapkannya.

“Ah kau ini Anto sama aja dengan Dika, kita itu berkunjung untuk mempererat silaturrahmi dan saling bermaafan dengan tetangga bukan mencari kue apalagi mengharapkan uang thr, sudah salah itu. Uang thr kalau diberi ya sukur, kalau tidak ya ndak apa-apa kan niatnya silaturrahmi. Begitu kata ustaz Rahmad dan bapakku bilang. Ayo benarkan niat kalian dulu.” Rama kembali berbicara disambut dengan cengiran Dika dan Anto, sedangkan Adi hanya diam mendengarkan percakapan teman-temannya.

Sesampainya di rumah dan mengucapkan salam, Adi masuk ke kamar mengeluarkan uang thr dari sakunya, menyambar handuk langsung menuju kamar mandi. Setelah bersih dan rapi ia pergi ke dapur mendekati bu Lina yang mencuci piring.

“Buk, kalau sudah selesai cuci piring, bantu Adi menghitung uang thr, ya buk.” Sambil duduk di kursi Adi mencomot kerupuk yang berada di atas meja makan.

“Iya.” Jawab ibu sambil meneruskan pekerjaannya.

Mereka mulai menghitung lembaran demi lembaran, hingga yang terakhir.

“Ini, dapet 130.000, di tabung ya. ” bu Lina menyodorkan uang yang telah dihitungnya kepada Adi.

“Buk, sepatu sekolahku tapaknya sudah bolong dan sempit, kaki Adi sakit dibuatnya, ibuk pegang aja uangnya, kalau ibu sudah ndak repot kita ke pasar beli sepatu baru, ya bu.” Mata Adi anak berumur 10 tahun itu nampak berbinar penuh harap. Dibalas bu Lina dengan senyuman dan usapan lembutnya di kepalanya.

*****

Tiga tahun yang lalu.

“Kebakaran, kebakaran.” Terdengar teriakan bersahut-sahutan dan bunyi orang berlarian ke sana ke mari. Semua nampak gelap karena listrik tiba- tiba mati, terdengar pula pekikan dan tangisan. Ali terkaget dari tidurnya yang baru lena, dengan meraba-raba berusaha mencari penerangan dengan senter di hpnya. Ia pun berlari keluar rumah, melihat jalan di depan rumahnya sudah dipenuhi orang.

“Ada apa ? Apa yang terjadi?” Ali mencari jawaban kepada orang di sekitarnya.

“Pasar terbakar. ” Seseorang menjawab sambil jarinya menunjuk ke satu arah

“Pasar? Pasar yang mana?”

“Pasar sayur dan ikan.”

“Ya Allah.” Ali berusaha menerobos kerumunan, ia merangsek ke depan. Ingin mencari tahu lebih banyak, di pikirannya hanya ada tentang kak Lina. Kios sembako kak Lina yang berada di sekitar pasar sayur.

Ali hanya mampu menatap nanar lautan api memerah, membelah gelapnya angkasa. Ratusan kios terbakar di tengah malam tanpa ada barang yang bisa diselamatkan. Pandangan Ali menatap kosong ke depan menerawang, mengingat sang kakak yang baru saja menjalani operasi cesar anak ketiga karena sungsang, dan melihat kiosnya yang sudah menjadi arang.

Pak Alan tersandar ke dinding sambil memejamkan mata setelah mendapatkan telpon dari Ali, adik iparnya. Bibirnya terus mengucapkan istigfar, kemudian cepat - cepat memperbaiki posisinya ketika merasakan gerakan bu Lina.

“Telpon dari siapa bang?”

“Eh ini dari Ali, menanyakan keadaan adek. Abang bilang tak usah risau, adek sudah ditangani dokter dan baik- baik saja” Pak Alan berusaha mengulas senyum, kemudian berusaha mengalihkan arah pembicaraan. Ia takut bila bu Lina tahu hal sebenarnya malah akan memperburuk kondisi sang istri yang beberapa hari yang lalu mengalami sesak napas setelah operasi hingga dirawat kembali di rumah sakit.

***

“Ini cobaan dek, kita harus sabar, Allah takkan memberi cobaan di luar batas kemampuan kita. Di setiap musibah pasti ada hikmah. Di setiap duka ada suka. Di saat kita diberi cobaan seperti ini, Allah beri kebahagiaan yang lain. Lihatlah dek, pandanglah Rara, comelnya dia sama seperti Riri yang sudah bahagia di syurga. Adek bahagiakan diberi kepercayaan seorang anak perempuan lagi?”

Panjang lebar dan sangat hati-hati Pak Alan menjelaskan kepada sang istri. Ini untuk kedua kalinya kios mereka terbakar, artinya mereka harus mulai dari nol lagi.

Bu Lina menatap Rara yang baru berusia 14 hari, menggendong dan menciumnya dengan sayang.

“Iya bang, insyaallah adek ikhlas, semua sudah diatur olehNya. Masih ada harta kita yang paling berharga anak kita Adi dan Rara.”

“Alhamdulillah.” Pak Alan bersyukur dan bernapas lega istrinya bisa menerima dengan ikhlas, sambil menatap Adi anak pertama mereka, bermain di halaman rumah.

Pak Alan mulai berdagang kembali dengan modal barang dari kepercayaan tokeh tempatnya biasa mengambil barang. Pak Alan bersyukur karena tokeh tersebut masih mempercayainya, dan para pelanggan masih berbelanja di tempatnya walaupun sekarang hanya beratap terpal untuk menghalangi panas dan hujan.

*****

Adi menenteng kantong plastik berisi sepatu hitam dengan bahagia. Sepatu impiannya sudah di dapat tanpa harus merepotkan orang tuanya. Bu Lina ikut bahagia melihat wajah sulungnya

“Terima kasih Ya Allah, atas semua karuniaMu.”

Ucapan syukurnya sambil memandang Adi berjalan menggandeng adiknya. Kedua anaknya, Adi dan Rara pun seakan mengerti kesulitan orang tua mereka. Walaupun terjadi perubahan mencolok dalam kehidupan hampir 180 derjat sejak kebakaran itu. Adi tak pernah meminta yang merepotkan orang tuanya, begitu pula Rara, selalu anteng bermain sendiri ketika sang ibu sedang repot mengerjakan tugas sebagai ibu rumah tangga.

*****

“Rama, walaupun aku malu mengakuinya, tapi aku sama seperti Anto, mengharap uang amplop thr, untuk membeli sepatu ini. Semoga yang memberi diberi kesehatan dan rezki yang berlimpah, aamiin.”

*****

Meral, 130421

#H102 T105

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waduh jadi ga nih THR Adi diberikan? Lebarannya keburu lewat he..he..

14 May
Balas

jadi Pak guru, terimakasih sudah mampir, sukses selalu

15 May

Cerita yang keren... Lanjutken..

15 May
Balas

Terimakasih Pak, semoga sukses dan sehat selalu

15 May

Belum dapat THR nich dari sobat... xixixi

15 May
Balas

Sama kita ....

15 May



search

New Post