yusna affandi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berita Cerdas dan Kecerdasan Pembacanya
https://image.shutterstock.com/z/stock-vector-fake-fraud-scam-hoax-rubber-stamps-149902340.jpg

Berita Cerdas dan Kecerdasan Pembacanya

Beberapa hari yang lalu, melalui twitter, Prof Mahfudz M.D membantah headline sebuah berita di media online. Media tersebut termasuk salah satu media terbesar di Indonesia. Jadi bisa dikatakan, berita tersebut memiliki dampak yang luar biasa terhadap pembacanya. Prof Mahfudz pun mencuit bahwa yang disampaikan oleh media tersebut adalah super-hoax.

Kalau di klik link yang tertulis disana dan masuk ke web media yang menampilkan berita tersebut terlihat bahwa memang berita itu berisikan wawancara dengan Prof Mahfudz mengenai hak angket atas KPK. Menurut Prof. Mahfudz sendiri bahwa dia mengeluarkan pernyataan bahwa “ Hak Angket DPR atas KPK Tak Berujung”, namun didalam berita itu ditulis “ Hak Angket DPR atas KPK bisa berujung pemakzulan presiden”.

Hal itulah yang membuat prof mahfudz, yang notabene adalah pakar hukum tata negara, merasa bahwa pernyataannya telah disalahterjemahkan. Sehingga dia menyanggah dan menyebut berita tersebut super hoax. Berita tersebut dianggap bisa menimbulkan kegaduhan. Setelah dikonfirmasi, media tersebut meminta maaf dan mengganti judul serta captionnya. Dan menurut Prof. Mahfudz masalah tersebut sudah clear dan tidak perlu diperpanjang lagi.

Sebagai pembaca, kita bisa saja mudah terpengaruh dengan hanya judul berita. Belum sampai ke dalam inti beritanya, belum sampai tuntas baca beritanya kita kadang sudah menjudge isi berita tersebut. Si pembuat berita pun juga tidak peduli dengan ekstrimnya judul, dampaknya juga, yang penting berita yang disharekan dapat diklik dan mendapat respon dari pembaca. Dengan begitu media tersebut merasa laku dan mendapatkan keuntungan sponsor.

Dan lagi sebagai pembaca kita dimudahkan dengan kolom komentar yang ada dalam media sosial. Keuntungan ini memang hanya untuk media online, sedangkan media cetak tidak memiliki kolom komentar setelah berita. Diatas kolom komentar terdapat link judul berita yang bisa di klik dan hanya diberikan sebuah gambar yang memprovokasi. Kita kadang tidak perlu membaca seluruhnya, dan langsung memberikan komentar di kolom komentar. Setelah itu beragumen dengan komentator lainnya yang kadang juga tidak tahu permasalahan sebenarnya. Yang ini biasanya banyak di Facebook. Facebook pun merasa senang karena traffic kunjungan website nya meningkat dan mendatangkan banyak iklan sponsor juga.

Bahayanya adalah kegaduhan di media social bisa memunculkan kegaduhan di dunia nyata. Media social cenderung memprovokasi, cenderung membuat orang menjadi emosi, dan bisa menimbulkan kegaduhan sebenarnya di masyarakat. Ada orang saling melaporkan pencemaran nama baik, hate speech, dan lain-lain ke polisi, yang berawal dari sebuah cuitan di twitter. Ada yang mengajak kopi darat dan saling beradu jotos, tapi kadang-kadang ada yang hanya berdiskusi hingga berlarut-larut. Tak ketemu solusinya bahkan malah membuat permusuhan berlanjut. Dan kalau dipikir matang-matang, ujung-ujungnya semuanya rugi. Tidak produktif dan manfaat. Yang senang yang memiliki media dan web, semuanya beruntung.

Membaca berita sebenarnya juga sangat membutuhkan tidak hanya sebuah kecerdasan tetapi juga keterbukaan hati dan pikiran. Cerdas dalam artian bahwa pembaca sanggup mencerna kata-kata yang ada dalam berita dan menafsirkan dengan benar. Kata-kata dalam berita perlu dicerna dengan benar karena sang pembuat berita bisa jadi memberikan opini dan pandangannya juga dalam berita tersebut, dengan kata lain ada sisi subjektifnya. Pembaca juga perlu cerdas dalam menafsirkan kata-kata dalam berita tersebut. Bisa jadi makna sebuah kata dipakai untuk maksud lain. Makna sebuah kata untuk ini namun oleh sang pembuat berita dipakai untuk memaknai itu, dengan tujuan bisa memantik sisi emosional pembaca. Lebih argumentatif dan mempengaruhi, istilahnya ada penggiringan opini.

Sedangkan dengan keterbukaan hati dan pikiran akan meredam sisi emosional. Pembaca berita yang emosional akan menjadi-jadi jika sampai titik terakhir isi berita cenderung provokatif. Sehingga pembaca berita akan lupa diri dan diliputi sikap emosional. Namun bila pembaca berita terbuka pikiran dan hatinya, hal tersebut akan teratasi. Pembaca berita tidak akan emosional karena hati dan pikirannya netral. Tidak terpengatuh dengan isi berita, dan menganggap isi berita sebagai pengetahuan dan wawasan semata.

Kita, sebagai masyarakat yang dijejali banyak media, tidak bisa menghindar dari derasnya arus informasi melalui berbagai macam media. Kita pun tidak bisa menggugat pemerintah untuk menghentikan dan mengembargo media massa, lebih lebih media sosial. Yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan wawasan kita terhadap berbagai informasi, banyak membaca, dan meningkatkan kemampuan analisa kita terhadap berita tersebut. Dengan cara seperti itu maka hal negative dari sebuah berita akan terhindar.

Kemampuan yang perlu juga ditingkatkan adalah kemampuan tabbayun. Kemampuan untuk mengcross cek dengan cepat dan tepat tentang berita yang telah tersebar. Kemampuan ini diperlukan untuk mengungkap apakah berita tersebut benar atau tidak, dan untungnya kita memliki media yang cepat dan bisa ditanggapi oleh yang bersangkutan, jadi kita bisa memutus rantai persebaran berita tidak benar tersebut sekaligus mengkonfirmasinya.

Saya pun masih ingat benar ketika ada sebuah mengejutkan mengenai meninggalnya tokoh nasional. Entah itu disengaja atau ada tujuan tertentu, yang pasti berita tersebut sangat tidak bertanggung jawab. Memang benar tokoh tersebut ketika diberitakan meninggal sedang berada di rumah sakit dan dirawat disana. Rasanya kok ganjal dengan diberitakan meninggal. Saya coba klarifikasi melalui beberapa media, facebook, twitter, dan web dimana tokoh ini biasa berkontibrusi dengan artikelnya, dan terlihat tidak ada berita apa-apa. Saya pun coba telpon ke rumah sakit tersebut, dan mendapatkan jawaban yang membenarkan bahwa berita itu tidak benar.

Dan kesimpulannya adalah untuk bisa menjadi cerdas membaca berita harus curiga dan penasaran selanjutnya banyak bertanya, kemudian menyimpulkan. Dan kita pun bisa mendapatkan berita yang cerdas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wow, keren. ulasannya lengkap, renyah dan bergizi. saya suka banget analisanya. terima kasih sudah berbagi

08 May
Balas

terimakasih pak Leck Murman

08 May

Informatif pak Yus...agar kita menjadi pembaca yang cerdas, dan dapat bertanggung jawab pada tiap komentar yang kita utarakan.

09 May
Balas



search

New Post