WAJAH SAGUSABU KU

( Refleksi 2 hari di Kelas menulis Angkatan Ke-2 Kab. Bireuen )

Hari ke-2 di Kelas Pelatihan menulis buku Satu Guru Satu Buku ( SAGUSABU ) Kabupaten Bireuen 2017. Saat ini menunjukkan pukul 13. 50 WIB. Celutukan pak Zainuddin selaku Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan “ wajahnya sudah pada kuyu “ . Ah yang benar nich. Langsung dengan tindakan mengambil HP, membuka icon kamera, mengambil fasilitas selfie, kupandang wajahku.

Aha……… benar juga tuch celutukan pak Ketua….posisi pipi kanan kiri sudah mulai menurun membentuk kurva melengkung ke bawah. Kening juga sudah membentuk garis-garis yang lurus namun tidak beraturan.

Pergerakan mata sudah mulai berkedip dengan frekuensi yang cukup sering. Sesekali pipi kanan tampak naik ke atas karena terpaksa di desak oleh topangan tangan kanan. Kini giliran pipi kiri yang tanpa sengaja di desak posisinya oleh tangan kiri si pemilik wajah.

Namun, dari semua bagian-bagian wajah yang aku sebutkan tadi, untuk hidung masih tidak berubah bentuk dan posisinya. Bibir, walaupun bentuknya tidak berubah, namun posisinya berubah-berubah, kadang dikulum oleh si pemilik wajah, kadang disimpul menyatu untuk kemudian di bawa ke depan membentuk bulat runcing.

Senyum yang selama ini selalu setia menyertai wajahku, untuk beberapa hari ini, sepertinya jarang terlihat, padahal oleh teman-teman, saya dijuluki dengan si pemilik senyum yang paling manis. Yah…. Pelatihan menulis buku SAGUSABU telah merenggut julukan itu dari ku. Tapi …….mumpung teman-teman yang menjuluki ku dengan si pemilik senyum yang paling maniz tidak berada di samping ku saat ini, jadi mereka tidak melihat wajahku tanpa senyum manisku itu.

Tinggal satu lagi yang masih terus setia menemani wajah “ serius “ ku. Kacamata…. Ini benda sudah dari tahun 2012 sampai dengan sekarang tidak pernah alpa bersama ku….teman-teman yang lain, sudah beberapa kali berganti kacamata. Mulai dari ganti merek sampai dengan ganti gagang. Tapi untuk kacamata yang satu ini setianya luar biasa. Mau pemiliknya dalam kondisi wajah yang sumringah, wajah yang susah memikirkan selesainya penulisan SAGUSABU, tu kacamata untuk kesetiaannya tiada duanya.

Mudah-mudahan kondisi wajah ini tidak terbawa sampai di rumah. Aku takut, suami dan anak-anakku ikut tertular. Aha …SAGUSABU