Kabar Baik yang Tertunda

Oleh Yusnimar Nora

Beberapa minggu ini rahmat Allah tak berhenti mengalir. Kami yang berada di daerah tadah hujan, bersyukur. Sebelumnya, kami selalu membeli air. Alhamdulillah, sekarang kelebihan air.

Empat hari yang lalu, Permataku menelepon. Aku yang kehabisan pulsa, tidak bisa menelepon balik. Aku pun mengatakan bahwa aku akan menelepon nanti setelah isi pulsa. Namun, pulang sekolah dalam keadaan basah kuyup walaupun dengan jas hujan, membuatku tidak bisa membeli pulsa.

Besoknya, Permataku menelepon lagi dan minta aku menelepon balik. Aku malu untuk mengatakan belum beli pulsa, tapi suasana yang hiruk-pikuk membuat sang Permata menutup teleponnya. Belum sempat bicara.

Besoknya, Permataku menelepon lagi dan aku telah ada pulsa. Namun, saat itu aku sedang menjadi MC pada acara Khatam Iqra'. Akhirnya belum bisa bicara banyak.

"Nantilah, Mi. Rame kali, ndak terdengar," ucap Permataku.

Ternyata, selesai acara dan beres-beresnya hampir magrib. Sampai di rumah aku terkapar. Semalam, baru bisa menelepon dengan tenang.

Ternyata kita bersabar bukan hanya karena berita duka atau sedih. Untuk mendengar sebuah berita gembira juga butuh kesabaran. Seperti yang aku alami. Permataku ingin mengabarkan bahwa ia lolos KSN tingkat kota.

Alhamdulillah, Permataku lolos KSN bidang studi Matematika. Selanjutnya, bersiap untuk perjuangan yang lebih berat di tingkat Provinsi. Semoga Allah beri kesempatan dan kesehatan, untuk mendapatkan yang terbaik dengan ridho-Nya.

"Terima kasih, Sayangku. Selamat berjuang di tingkat Provinsi, semoga sukses selalu. Sukses dunia dan akhirat. Amin."

"Tetaplah rendah hati, Sayang. Jangan sombong dan membanggakan diri. Doa kami selalu untukmu."

"Semoga Allah selalu melindungi dan memberkahimu. Membantu dalam setiap kesulitan dan memberi yang terbaik untuk kita dunia akhirat. Amin."

Bukittinggi, 18 Juni 2022.