TAKUT (20)
Takut (3)
Oleh Yusnimar Nora
Kemudian ia kembali lagi ke kamarnya. Ia merasa sangat lemah. Ia meraba semua nadinya dan ..., tidak terasa apa-apa. Dia mulai cemas. Ia menekan bagian perutnya yang biasa berdetak, tetap tidak bergerak. Ia pun berdoa.
"Ya Allah, jangan sekarang. Anak-anakku masih kecil, mereka masih membutuhkan aku. Ya Allah, tugasku belum selesai, ibadahku masih sangat kurang. Jangan sekarang, Ya Allah."
Kristal bening mulai menganak sungai. Netranya mulai menyipit dan perih. Ia tidak berniat lagi untuk memejamkannya. Takut. Takut tidak akan bisa membukanya lagi. Ia belum siap. Belum siap dalam segala hal, walaupun sebenarnya siap tak siap ia harus terima. Ia beristighfar dan terus istighfar hingga akhirnya sang Surya datang menyapa.
Kemilaunya memberi semangat baru kepada semesta. Semoga ia juga mendapatkan kembali semangatnya. Ia kemudian mandi dan bersiap menunaikan tugas. Ah, ia terkejut saat memandang wajahnya di cermin.
Wajahnya sembab, matanya bengkak, dan hidungnya memerah. Ia coba tersenyum, alangkah menyedihkan keadaannya. Ia kembali tersadar dan takut. Takut karena belum siap.
Bukittinggi, 10 Juli 2022.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Astaghfirullaahal 'azhiim.