Teringat

Oleh Yusnimar Nora

Malam ini Mida dan Habib pergi ke rumah adiknya. Ternyata adik perempuannya sedang pulang kampung. Mida dan Habib menemani adik laki-lakinya hingga malam.

Mereka makan-makan bersama sambil bercerita kesana kemari. Kemudian mereka pindah duduk ke teras. Tetangganya ikut nimbrung, maka semakin ramai. Mida dan Habib sudah terbiasa dengan adik-adik yang banyak, jadi mudah akrab.

Ada saat-saat tenang, berhenti bercerita. Lalu tetangganya menyetel musik. Musik Minang. Tiba-tiba Mida agak melow. Sedih-sedih gimana, gitu.

Entah kenapa, mendengar musik seperti itu, yang Mida tak tahu jenisnya apa, Mida jadi sedih. Mida ingat dulu ketika melepas suaminya pergi merantau. Meninggalkan Mida dan sang Permata yang masih bayi.

Kemudian musiknya berlanjut dengan lagu yang menceritakan tentang kepergian seorang ayah. Mida jadi sangat sedih, ingat sang papa yang tlah tiada. Namun, berusaha menahan netranya agar tak basah.

Akhirnya keceriaan tadi berubah jadi kesenduan. Semua tenang. Habib asyik menikmati lagu, entah juga teringat kenangan seperti Mida. Sementara adiknya sibuk menelepon, entah siapa. Tetangga sudah kembali sibuk dengan kegiatannya. Mida? Sibuk melukiskan isi hatinya, agar tak hanyut dengan kenangan sedihnya.

Adiknya yang selesai menelepon sesekali menegur dan memanggilnya. Entah mengerti kalau kakaknya sedih terbawa suasana, entah tidak. Mida berharap, semoga mereka tidak tahu saja dan tidak mau tahu.

Tiba-tiba adik perempuannya menelepon minta dibelikan kerupuk kuah. Aduh, gimana ngantarnya?

Bukittinggi, 03 Juni 2022.