Hari pertama masuk sekolah pastilah banyak cerita. Hari ini sekolahku mengadakan silturrahim wali santri dan santri baru sekaligus seminar parenting. Tema seminar kali ini adalah “Sinergi Wali, Santri, dan Lembaga dalam Mencetak Generasi Qur’ani di Era Digital”. Undangan tertulis pukul 07.30. Tapi kenyataannya, pukul 07.00 sekolah sudah ramai dipenuhi para santri dan walinya. Dua tahun terakhir ini, sekolahku membuka kelas tahfidh. Kelas ini bukan berarti semua pelajarannya adalah menghafal Al-Qur’an, tapi kelas ini memperoleh prioritas jam yang lebih untuk menghafal Al-Qur’an. Santri kelas ini diwajibkan untuk tinggal di pondok, dan diperboleh kan pulang tiap dua bulan sekali.

Hari ini aku mendapat tugas sebagai penerima tamu. Sampai pukul 08.00, ternyata aula sekolah sudah penuh. Memang tahun ini sekolah kami mendapat kenaikan jumlah murid sekitar dua puluh persen dari tahun sebelumnya. Lumayan memang. Hingga kulihat hampir semua tempat duduk yang disediakan sudah terisi. Kulanjutkan tugasku sampai pukul 09.00. Beberapa saat kemudian, aku meminta anak OSIS menggantikanku.

Hari ini anak kelas VIII dan IX pun sudah masuk. Apel pagi menjadi kegiatan pertama mereka disusul dengan merapikan kelas baru. Tahun ini aku diamanahi sebagai wali kelas IX. Karena merasa ada tugas yang harus aku lakukan, aku sesegera mungkin menuju kelas. Kulihat anak-anak dengan semangat merapikan kelas. Rasa senang terpancar dari senyum indah mereka yang akan menjalani tahun terakhir di sekolah ini.

Aku mengecek absensi, ternyata satu anak tidak masuk, Rahma Fitri. Memang beberapa hari terakhir ini nomor ponselnya tidak dapat dihubungi. Begitu juga dengan ibunya. Rahma seorang anak yatim. Ayahnya meninggal setengah tahun yang lalu karena komplikasi sakit yang dialaminya. Sengaja aku menunggu hari ini untuk menemui Rahma. Namun ternyata tak kudapati ia di sekolah. Jika ia besok masih tak ada di kelas, maka aku siap dengan tugas selanjutnya, menuju rumah Rahma.

Selamat pagi semua, Semangat pagi guru, terkhusus bapak dan ibu wali kelas J