Aku, adalah anak yang pendiam ketika SD sampai SMA. Tidak punya banyak teman dan juga kegiatan. Satu satunya kegiatan yang aku suka adalah membaca buku. Buku apapun itu. Buku pelajaran atau buku – buku yang aku pinjam dari perpustakaan sekolah. Setiap hari hampir selalu ada buku yang aku pinjam dan baca. Ada lagi yang sangat aku suka, yang ini adalah majalah langganan kakekku, Jaya Baya dan Panyebar Semangat. Ini adalah Majalah Mingguan, yang berbahasa Jawa. Setiap Minggu, selalu menunggu majalah ini datang. Tapi, untuk membacanya, aku harus menunggu Kakek selesai membaca semuanya. Terkadang, karena segera ingin membaca, maka, ketika kakek sedang tidur siang, aku mengendap endap mengambil majalah itu di meja dekat tempat tidurnya. Kemudian aku baca cepat cepat. Kolom yang pertama aku baca adalah Taman Putra. Ini cerita untuk anak anak. Cerita yang selalu ada pendidikan karakter didalamnya. Satu lagi kolom yang aku suka adalah Roman Sacuil. Ini adalah cerita seputar kehidupan remaja. Setiap kali membaca cerita cerita itu, aku selalu membayangkan, kelak aku akan menulis seperti ini.

Time flies, cita citaku menjadi penulis hilang terbang tersapu tugas tugas kuliah dan juga kemudian tugas tugas menjadi guru. Sampai kemudian, setahun yang lalu, Guru SMP ku, Bapak Ufar Ismail, beliau meminta aku untuk menulis memoar ketika diajar beliau dulu. Itulah tulisan pertamaku yang berani aku tunjukkan ke orang lain. Kemudian, kesempatan kedua pun datang, ketika sekolahku menerbitkan antologi puisi dari bapak ibu guru dan siswa. Meski dengan tertatih dan tangan gemetar, akhirnya berhasil kupersembahkan 2 puisi dalam buku Merintik Hujan.

Hingga kemudian, dua Minggu kemarin Bu Anis, teman mengajar di sekolah memberikan brosur Diklat Menulis Buku, SAGUSABU, Satu Guru Satu Buku, yang diadakan oleh PGRI Jember. Bismillah, dengan tekad bulat, maka aku mendaftar untuk mengikuti diklat ini. Semoga Allah memberkahi keinginanku untuk belajar menimba ilmu, hingga bisa menghasilkan buku – buku yang bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.