Zaenal Arifin

Praktisi pendidikan matematika di SMPN 1 Bangorejo-Banyuwangi. Hidup di https://www.facebook.com/zaenal.math IG: @zaenal.math TW: @Arifna2014...

Selengkapnya
Navigasi Web
Absurd

Absurd

Jengah. Di Jumat pertama bulan Rajab 1441 hijriah. Aku terperangah. Info dan video menyusup pongah.

Guru menjadi tahanan. Viral, penonton banyak suka, dan bagikan. Berita diumbar seperti iklan. Seakan semua guru layak ditahan.

Pendidik dihardik. Bagaikan anjing bau kudik. Tak pernah berjasa pada tuannya. Layak dibuang bahkan dibunuh saja.

Diteriaki, dicaci, dan dimaki. Jika perlu ditelanjangi dan digebuki. Atau dilempari batu beribu kali. Bagaikan pezina tak tahu diri.

Ada juga cikgu dipaksa merangkak keliling kelas. Karena sifat intan payung, anak manja tak jelas. Lapor orang tua eksekutif kelas atas. Herannya, direkam sendiri dan di broadcast.

Wahai penduduk Bumi Pertiwi. Penghuni dunia maya dan nyata, segera sadar diri. Kita bisa begitu dan begini. Atas jerih payah guru, agar kita pahami.

Gurumu berpikir bagaimana mudah menjelaskan. Siswa bisa menerima tanpa kesusahan. Terkadang harus ngurusi anak tak karuan. Karena Bapak/ Ibunya telah pisahan.

Di tengah gaji minim. Maklum awal bulan banyak cicilan. Tak tega melihat siswa belum sarapan. Merogoh kocek tinggal selembar pun direlakan.

Terkadang susah payah datang ke rumah. Home visit, karena siswa tak sekolah. Keluarga siswa amburadul tak tentu arah. Berupaya maksimal agar siswa tetap sekolah.

Tentu tak hanya itu. Terbatasnya waktu tak peduli hari Minggu. Anak, istri, keluarga sudah menunggu. Acara penting rela ditunda bahkan ditinggalkan demi urusan sekolah ini dan itu.

Mengajar bukan transaksi jual-beli. Mengumpulkan pundi-pundi duniawi. Melainkan panggilan jiwa dan hati. Berharap kemantapan dan kebaikan ruhani.

Saat ini mendadak banyak orang suci. Komentar miring sana sini. Guru layak dibully. Jika perlu dikebiri.

Wahai orang yang sok suci! Tidakkah kau ingat diri. Sudahkah kau ucapkan sekadar terima kasih. Pada gurumu, yang mendidikmu sejak dini.

Di bulan Februari, Jumat terakhir penuh berkah. Coba ingat-ingat nama gurumu siapa saja. Sejak TK hingga SMA, jika perlu sampai kuliah. Untuk sekadar panjatkan doa.

Guru tetaplah guru. Layak selalu menerima doamu. Guru pun begitu. Dalam sunyi senyap memanjatkan doa spesial untukmu.

Pendidik tetaplah pendidik. Tidak perlu dihardik. Mereka sudah sadar diri. Tidak ada manusia yang suci.

Dalam sunyi malamku. Kupanjatkan doa spesial untukmu. Wahai Bapak Ibu guruku. Semoga kebaikan selalu melimpah padamu.

Dalam munajat cintaku. Kutitipkan seuntai doa pada malaikat Robbku. Sekadar salam takzim tulus dariku. Siswa yang tak mampu membalas jasamu.

Para guruku. Aku bukan siapa-siapa tanpamu. Tak akan jadi apa-apa tanpa ilmu. Sudah susah payah engkau sampaikan kepadaku.

Bapak Ibu guruku. Luar biasa engkau dedikasikan pada negerimu. Meski engkau menganggapnya biasa. Seakan tidak berjasa apa-apa.

Wahai Bapak Ibu guruku. Semoga sehat wal afiat selalu. Jika telah berpulang, tempat terbaik untukmu. Dari siswamu, si anak dungu.

Tuhan pasti Maha Tahu. InsyaAllah memberi Rahmat-Nya padamu. Syurga terbaik layak untukmu. Tak pantas diriku, sebelum engkau terlebih dahulu.

Aku yang tak tentu arah. Kutuliskan status ini dalam tetes mata Jumat Wage mubarokah. Sadar diri, selalu Al-Fakir ilallahi ta'ala. Berharap memperoleh penuh barokah.

Wassalam. [*]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post