Edan! Mahfud Aly edan tenan. Dan kata itu saya tuliskan dengan jelas, juga tegas. Tanpa ragu sedikitpun. Bahkan saya bold dan saya beri tanda seru. Saya tuliskan sekali lagi: “Mahfud Aly Edan!” Menunjukkan bahwa saya tidak bergurau dalam hal ini. Saya bersungguh-sungguh, menuliskan kata-kata ini. Camkan itu Mahfud Aly!

******

Di Asrama Haji Sukolilo cerita ini bermula. Untuk memudahkan cerita, saya tidak memakai kata sapaan Pak/ Bapak/ Mas dan sebagainya. Tanggal 26 – 28 Oktober 2018, saya dan Mahfud Aly terdaftar sebagai salah satu peserta MWC X Jatim di Surabaya. Saya, Mahfud Aly, Muniri dan Bambang ditempatkan dalam satu kamar. Kamar D-112, kami pun sepakat membuat WA Grup untuk memudahkan komunikasi. Terutama berhubungan dengan kunci kamar yang hanya satu-satunya.

Kami berempat berasal dari wilayah yang berbeda. Saya dari Banyuwangi, Mahfud Aly dari Lamongan, Muniri dari Madura, dan Bambang dari Kediri. Kami baru pertama kali bertemu, sehingga bersikap jaim-jaim sedikit. Saling berusaha menjaga sopan santun, lemah lembut dan andap asor.

Penampilan kami pun punya ciri khas masing-masing. Saya memakai celana hitam formal, kaos kasual. Mahfud Aly celana jin, baju kotak-kotak berkerah. Muniri celana formal, baju koko, dan bersongkok. Bambang celana jin, kaos kasual.

Perilaku kami pun juga tidak begitu sama. Saya cenderung suka di kamar, berusaha bergegas menuju masjid ketika adzan berkumandang. Ya lah, anak sholeh gitu loch.

Mahfud Aly suka menyendiri di belakang kamar. Sambil ‘menelan’ rokoknya, hehehe. Buss, asap putih dibuat bulatan-bulatan. Sukanya sholat di kamar sendirian. Tapi saya salut, Beliau membawa ‘bekal’ alat sholat lengkap. Sarung, sajadah, dan songkok. Seperti mahar waktu akad nikah. “Saya terima nikah dan kawinnya Fulanah bin Fulan dengan mas kawin perlengkapan alat sholat, dibayar tunai. Syah!” Hahaha, guyon Bro.

Muniri, sering menerima telepon. Beliau seorang dosen Hukum Islam, mungkin para mahasiswa sering konsultasi skripsi. Atau Beliau Komandan Banser, selalu menerima laporan anggotanya. Waktu itu bersamaan dengan kegiatan Harlah NU di Stadion Delta Sidoarjo, tentu sibuk. Karena acara tersebut dihadiri oleh Calon Wakil Presiden Dr.KH.Ma’ruf Amin. Senangnya sholat di atas tempat tidur. Mentul mentul mentul. Seperti orang kena gempa. Hehehe.

Bambang, senangnya tidur berlama-lama. Bangunnya waktu jam pelatihan, dan maaf Bro, juga waktu jam makan tiba. Tapi cerdasnya luar biasa, analisanya moncer. Tutur katanya tertata rapi, seperti para anggota dewan, upzz.

******

Actornya, Mahfud Aly. Dia memperkenalkan diri sebagai guru dan komedian. Jujur, sebenarnya Dia memang anggota komunitas stand up comedy. Temannya sekelas Dodit Mulyanto yang sering nongol di televisi. Untuk memperkuat actingnya dia pun menunjukkan nomor handphone Dodit, dan fotonya bersama komunitas stand up comedy.

Gurauan di kamar pun renyah ger geran. Pelakunya ya Mahfud Aly. Dia pun sering menceritakan artis-artis stand up comedy. Ernest, Cak Lontong, Abdel, Temon, Raditya Dika, dan teman-temannya. Kami pun hakul yakin percaya, terutama saya yang jauh dengan dunia stand up comedy. Rencana buku yang ditulis oleh Mahfud Aly di pelatihan tersebut juga berkaitan erat dengan dunia perlawakan.

Diantara empat peserta sekamar, yang paling bodoh tentang tulis menulis adalah saya. Muniri, M.Hi jelas, Beliau seorang dosen. Rutin menulis kajian hukum islam di Majalah Kampusnya. Buku yang akan ditulis tentang kalimat tauhid, juga sudah dijadikan bahan diskusi di grup facebook kampus Beliau.

Bambang? Jangan ditanya. Beliau sudah terbiasa dengan dunia tulis menulis. Bahkan Beliau salah satu kandidat terkuat guru prestasi se-Kabupaten Kediri.

Saya, hanya guru matematika SMP. Jarang bersentuhan dengan dunia penulisan. Apalagi penerbitan buku. Betul-betul hal baru bagi saya. Pernah dapat kritikan Pak Eko, ketika saya ikut tertawa di WA Grup MWC X. Saya tuliskan “ha-ha-ha,” itu tertawanya orang sakit mengi. Makanya saya sangat bersyukur, meskipun sebagai peserta satu-satunya dari Banyuwangi. Mendapatkan kawan, dan ilmu penulisan dan penerbitan buku.

******

Buyar. Bunda Isti, panggilan Bu Istiqomah memberikan testimoninya. Widya Iswara P4TK PKn dan IPS tersebut sudah mengetahui sepak terjang Mahfud Aly. Makanya berulang-ulang Beliau menyebut nama Mas Aly, Mas Aly dan Mas Aly. Mutiara yang belum muncul di permukaan.

Saya biasa-biasa saja. Sampai kami berpisah dan menuntaskan misi masing-masing menyelesaikan satu judul buku.

Mahfud Aly, lagi-lagi membuat geger. Provokasi agar menulis pada penerbit yang lebih murah. Gila, edan tenan. Tapi Dia mengumpulkan naskah bukunya pertama kali. Kemudian Pak Dosen Muniri. Saya dan Bambang entah duluan siapa. Seingat saya, saya yang ketiga. Tidak berselang lama foto Pak Bambang menerima anugerah guru berprestasi tingkat Kabupaten Kediri muncul di WA Grup MWC X. Alhamdulillah.

Mahfud Aly meminta ijin kepada kami untuk mengikuti seleksi kelas editor. Gapleki tenan Mahfud Aly. Setelah WA Grup kamar D-112 dinyatakan buyar. Beliau mulai upload tulisan-tulisan bernasnya. Pujian memuncah datang dari Pemred MediaGuru, Mr. Eko Prasetyo secara khusus mengulas tentang Mahfud Aly. Tulisannya disejajarkan dengan mantan Direktur Jawa Pos Dahlan Iskan.

Gapleki tenan Mahfud Aly, selama ini Kau bersembunyi. Kau tutup rapat-rapat wajah bagusmu dengan gombal mukiyo.

Gak apa-apa, saya tertipu. Saya banyak belajar dari Dirimu. Go Kill Man! Saya suka gaya Lo Man. Maju terus semoga sehat wal afiat selalu. Semoga lancar dan sukses selalu. Do’a Pak Guru Banyuwangi yang tidak tahu tulis menulis menyertaimu. Aamiin.

My Zannati Home-Banyuwangi

Senin, 25 Februari 2019

Pukul : 02.10 WIB