Zaenal Arifin

Praktisi pendidikan matematika di SMPN 1 Bangorejo-Banyuwangi. Hidup di https://www.facebook.com/zaenal.math IG: @zaenal.math TW: @Arifna2014...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kurimen

Kurimen. Kata ini kuucapkan saat home visit ke rumah salah satu peserta didik. Kurimen, kata dalam bahasa Jawa bermakna kondisi tubuh yang lemah, kurang tenaga, dan potensi mudah terserang penyakit.

"Tura-turu ae Nak! Cah enom wes awan kok sek turu. Esuk ndhang tangi, jalan-jalan, opo sepedahan pancal. Ben sehat, ora kurimen." Kataku pada anak didik.

Terjemahan: "Tidur melulu. Anak muda sudah siang masih tidur. Pagi cepat bangun, joging, atau bersepeda. Biar sehat, tidak mudah sakit."

Pukul 9.30 pagi, saat aku tiba di rumah tersebut. Hujan lebat, aku memakai APD anti basah sejak dari rumah. Sepeda motor kuparkir di halaman (bukan di garasi). Pasalnya, aku masih ragu. Apakah rumah yang kucari tepat sasaran.

Tolah-toleh, tidak ada orang. Aku telepon berulang kali tidak diangkat. Padahal malam hari sudah kuhubungi, aku akan home visit. Kuucapkan salam nada tinggi, kuketok-ketok pintu yang sudah terbuka lima centimeter tetap tidak ada jawaban. Mau pulang, hujan.

Dua rumah tetangga tertutup rapat. Kucoba melongok ke belakang rumah. Alhamdulillah, ada seorang kakek di teras rumahnya.

"Mbah, niki nopo daleme A? Si A teng pundhi?" Tanyaku tidak sabar.

"Kowe arep nyapo?" Tanya kakek curiga.

"Kulo gurune Si A. Saking SMP setunggal. Bade home visit." Aku berusaha menjelaskan.

"Ooo, bocahe sek turu neng kamar. Gugahen!" Kata Mbah.

Apa kurang waras kakek ini, pikirku. Pak guru, orang lain, bukan saudara disuruh membangunkan sendiri. Apalagi tidurnya di kamar. Perempuan lagi. Buset!

"Panjenengan gugah Mbah! Kulo sinten, kok dikengken gugah. Pripun tho Jenengan?" Kataku agak protes.

Si Mbah hanya mringis, sambil berjalan menuju kamar. Aku mengikuti di belakangnya sambil bertanya status beliau. Ternyata kakek buyut Si A. Koplak tenan, podo karo putune.

"Jam segini kok masih tidur? Gak ikut daring?" Tanyaku menyelidik, setelah Si A keluar kamar sambil mengusap-usap mata.

Yang ditanya hanya menundukkan kepala. Wajah kusut, tubuh kecil, kuku-kuku dicat hitam, dan kelopak matanya agak cowong. Belum bertanya lebih lanjut aku sudah tahu dari Mbah. Si A sering tidur larut malam. Tidak tahu perginya kemana, pulang hingga sepertiga malam terakhir. Hebat tenan, qiyamul lail.

Pelan-pelan kutanya Si A.

Apakah punya HP untuk pembelajaran daring?

"Punya," Jawabnya pelan.

Memakai jaringan wifi atau paket data internet?

"Paket data Pak."

"Serumah dengan siapa saja?"

"Kakek nenek dari ibu."

"Sekarang kemana kakek nenek?"

"Jualan di pasar. Berangkat setelah subuh. Pulang menjelang zuhur."

"Ayah dan ibu?"

Diam sejenak. Menarik napas panjang. "Ibu kerja di Hongkong."

"Ayah?" Tanyaku.

Belum ada jawaban. Aku pun inisiatif.

"Ayah dan ibu pisahan?" Si A hanya menganggukkan kepala.

Si Mbah menambahkan, "Pisahan sejak A kelas tiga SD Dik guru."

"Pernah datang kesini Mbah?" Tanyaku.

"Mboten nate. Wong sampun simah maleh. Gadah yuga setunggal." Mbah menjelaskan.

"Si A pernah kesana?" Tanyaku pada A, yang sejak tadi menundukkan kepala.

Yang ditanya hanya geleng-geleng kepala.

Akupun terbawa suasana. Meskipun tidak tahu menahu duduk permasalahannya, aku tak bisa menerima sikap laki-laki yang seperti ini. Darah dagingnya sendiri, kok tidak dirumat.

Aku berpesan pada Si Mbah, untuk ikut menjaga Si A. A hari itu mendapatkan siraman rohani dari Ustaz Dik Guru.

"Jaga kesehatan. Jangan tidur terlalu malam. Anak perempuan, dirumat awak e. Doakan Ibumu, semoga sehat selalu. Pulang bawa uang banyak untuk beli pesawat terbang." Ada senyum tersungging Si A dan ketawa Si Mbah. Alhamdulillah.

"Ndok, Aku rene adoh-adoh. Home visit demi Kamu. Buktikan bahwa Kamu anak didik Pak Zaenal yang tahan banting. Tunjukkan, Kamu anak Ibu yang tangguh dan hebat. Bangun pagi senam, biar tubuhmu singset dan seksi." Sekali lagi kulihat pipinya agak merah.

Ada tetes air mata di tanganku. Saat aku pamit pulang.

"Tuhan, jaga Anak ini. Anak yang harus menanggung akibat ulah kedua orang tuanya." Amin. (*)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang sangat menarik

26 Jul
Balas



search

New Post