Zaenal Arifin

Praktisi pendidikan matematika di SMPN 1 Bangorejo-Banyuwangi. Hidup di https://www.facebook.com/zaenal.math IG: @zaenal.math TW: @Arifna2014...

Selengkapnya
Navigasi Web
Puasa 'ala Dia
Ilustrasi Puasa. Sumber: Banjarmasinpost.co.id.

Puasa 'ala Dia

Puasa anak kecil bermacam-macam. Tidak sama dengan difinisi puasa 'ala Kitab Mabadi Fiqhiyah, Fiqih Wadeh, Taqrib, Fathul Mu'in, dan lain-lain. Jika Para ahli fiqih mengetahui arti puasanya berbeda dengan yang dijalankan anak-anak, saya yakin Beliau tidak marah-marah. Justru tersenyum, sambil manggut-manggut. Terpingkal-pingkal, kalau perlu terbahak ngakak.

****

Pukul lima pagi, bakda shubuh baru melaksanakan makan sahur. Pukul sembilan di waktu dhuha mantap melakukan buka puasa, "Allahumma laka shumtu, . . . ." Pasca buka puasa di pagi hari, bebas, free, makan minum layaknya tidak dalam Bulan Ramadan. Ah, maklum saja anak kecil yang masih usia empat tahun.

Ramai-ramai ikut makan sahur bersama keluarga. Waktu istirahat sekolah, pukul 10.00 WIB ramai-ramai makan minum bekal yang dibawakan ibu masing-masing. Dipimpin Bu Guru TK memanjatkan do'a buka puasa bersama-sama. Gayeng, akrab, tukar-menukar lauk, walaupun tentunya Bu Guru tidak ikut makan dan minum. Kecuali ketika ada tamu bulanan, itupun tetap sembunyi-sembunyi, agar tidak sibuk menjawab tanda tanya siswa-siswinya.

Terlelap, orang tua tidur pulas, terbangun waktu sudah shubuh, sehingga tidak makan sahur. Si anak meringik, menangis, takut tidak kuat, banting setir 180 derajat. Puasa dzuhur, cukup setengah hari saja. Tidak apa-apa, orang tua memakluminya, namanya juga anak masih delapan tahun. Sudah punya kesadaran berpuasa sesuatu banget.

"Byur! Byur! Byur!" Suara anak-anak bermain, berenang di sungai sebelah rumah. Bulan puasa, mereka tetap puasa sehari penuh. Begitu riang gembira ke tepi yang satu berenang pindah ke tepi lainnya. Hampir seharian berada di sungai. Mancing, berenang, sholat dzuhur, mancing lagi, berenang lagi. Hingga waktu ashar tiba. Suara kumandang azan dari Musholla Al-Amin terdengar jelas di telinga. Segera pulang, ambil baju pakai sarung, songkok hitam semu merah terlihat sedikit miring. Antri rapi menunggu giliran sorogan Al Quran kepada Mbah Haji Syamsudin. Kiai kampung yang sabar mengajari anak-anak mengaji, walaupun mbeling-mbeling.

Setelah mengaji, ngabuburit 'ala kampung. Bermain gobak sodor, loncat tali, petak umpet, atau semacamnya. Berakhir hingga beduk musholla dipukul Pak Supri, petugas setia memberikan isarat bahwa maghrib telah tiba. Saatnya berlari kencang, pulang ke rumah, buka puasa bersama keluarga.

****

Banyak kisah puasa di masa kanak-kanak. Tentu tiap orang mengalaminya walaupun berbeda. Kenangan masa-masa mengenal syariat puasa. Belajar menahan lapar dan dahaga, satu jam, dua jam, dan pada saatnya mampu menahannya sehari penuh. Sejak terbitnya fajar hingga waktu maghrib tiba.

Harapannya tidak hanya makan dan minum, nafsu, sikap dan perilaku tidak terpuji mampu ditahan selama sebulan penuh. Sebagai miniatur sebelas bulan yang lain, ketidak baikan, kemungkaran, sifat-sifat tercela, penyakit hati mampu ditahan selama-lamanya. Sepanjang sisa umur, hingga maut menjemput. Semoga. (*)

#Banyuwangi, 8052019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post