Sungguh Tega Guruku
"Ayo! Kemari bersihkan lingkungan masjid. Sebentar lagi salat Jumat dimulai!"
Kalimat itu terasa begitu mencabuk Kang Kadir (begitulah ia biasa dipanggil). Santri satu-satunya yang tertinggal di pesantren Jumat siang itu. Para santri lain sudah berangkat sekolah. Kang Kadir, anak ketiga dari enam bersaudara sedang cuti sekolah. Cuti? Kata itu tidak nyaman di telinga Kang Kadir. Sebenarnya bukan cuti, alfa, atau bolos sekolah. Lebih tepat berhenti sekolah. Konsekuensi Kang Kadir jadi anak keluarga miskin.
Bersamaan Kang Kadir harus melanjutkan SMA, adik Kang Kadir waktunya masuk SMP. Ayah Kang Kadir (Pak Sumitro), meminta Kang Kadir untuk tidak melanjutkan SMA sementara waktu. Alasan klasik, keterbatasan keuangan yang membuat Ayah dan Ibu Kang Kadir keberatan. Bayangkan saat ekonomi keluarga terpuruk, harus menyekolahkan Kang Kadir, adiknya yang SMP, dan dua adik bungsunya masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah. Kang Kadir harus rela tidak melanjutkan sekolah. Entah, apakah ia akan bisa melanjutkan sekolah lagi atau tidak. Kang Kadir hanya pasrah. Merasa kasihan melihat ayah dan ibunya. Kalaupun tidak bisa sekolah di SMA atau kuliah yang jadi mimpinya, Kang Kadir harus ikhlas.
Sejak kelas satu SMP, Kang Kadir masuk pesantren. Sejak ia tidak sekolah, Kang Kadir daftar menjadi khodam Kiai. Tiap hari Kang Kadir membantu Pak Kiai dan keluarga. Membersihkan lingkungan rumah, mengisi bak mandi, dan membantu Pak Kiai di kebun. Sekadar mencari kayu bakar, menanam singkong, atau mencari daun pisang untuk jualan di pasar. Semua pekerjaan sebagai khodam, ia lakukan setelah mengaji, kitab Tafsir Jalalain dan Fathul Qarib. Kedua kitab kuning tersebut sudah menjadi wirid, wadifah, dan diistikamahkan. Pak Kiai yang alumnus Pondok Pesantren Al Falah Ploso-Kediri, merutinkan membaca kedua kitab tersebut setiap bakda asar dan subuh.
*****
Pagi itu hari Jumat, sejak bakda salat subuh Kang Kadir tidur berselimutkan dua sarung. Entah kenapa, badan Kang Kadir begitu panas dan menggigil. Ia tidak segera melaksanakan tugas sehari-harinya. Bu Nyai yang biasanya menyuruh Kang Kadir sarapan, sampai berulang kali memanggilnya. Namun Kang Kadir tetap bergeming. Ia tetap tidur mlungker hingga waktu salat Jumat hampir tiba.
Lurah pondok yang juga ustaz Kang Kadir merasa tidak enak melihat halaman rumah kiai yang tepat di utara masjid masih kotor. Begitu juga dengan halaman dan ruangan masjid. Pengeras suara, mikrofon, dan kaset audio belum disiapkan. Melihat Kang Kadir tidur, sang ustaz seakan marah. Berteriak, menggerak-gerakkan, dan membangunkan Kang Kadir. Memerintah dan menyeret tubuh Kang Kadir agar segera melaksanakan tugas rutinnya.
Sambil tubuhnya panas dan menggigil, Kang Kadir memakai celana panjang dan dua sarung sekaligus. Baju lengan panjang, jaket, dan tidak lupa ikat kepala. Bak pendekar akan berperang, tidak lupa ia ambil sapu lidi panjang. Kang Kadir memaksakan diri, ia lupakan sakit yang dideritanya.
Kang Kadir berusaha untuk menyelesaikan tugas. Secepat mungkin agar tidak terlalu lama merasakan sakit, apalagi sambil bersih-bersih.
*****
Dalam keadaan sambil merasakan sakit, Kang Kadir terpaksa namun tetap rela hati menyelesaikan tugas. Ia berprinsip sami'na wa atha'na. Apa yang diperintahkan Pak Kiai, ustaz, dan gurunya selama tidak melanggar syariah agama, ia tetap melaksanakan. Walaupun dalam kondisi sakit keras. Atau bahkan (maaf) menantang maut sekalipun.
Setelah menyelesaikan tugas, Kang Kadir segera mandi besar. Ia niatkan mandi taubat atas dosa dan salah yang telah diperbuat juga niat mandi menyambut hari Jumat. Baju putih lengan panjang, sarung hijau kesukaan, dan songkok hitam nasional ia kenakan. Tidak lupa, minyak wangi khas pesantren, sepuluh ribuan, ia teteskan pada telapak tangan. Sedetik kemudian ia ratakan ke seluruh pakaian yang dikenakan.
*****
Kang Kadir masuk masjid pesantren setelah menyalakan qiraah H. Muammar ZA pada kaset audio. Masuk masjid, ia niatkan iktikaf, kemudian salat tahiyat al-masjid. Ia duduk bersila dan membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW. Entah berapa kali ia membaca, Kang Kadir membaca berulang-ulang dan terus-menerus. Hingga ia tertidur.
*****
"Kang, Kang!" Seorang jemaah di belakang Kang Kadir mencolek dan membangunkannya. Suara ikamah terdengar sudah dilantunkan. Saatnya salat jemaah Jumat. Berarti Kang Kadir tidur lumayan lama. Ia tidak mendengar suara azan dua kali dan khotbah. Ia bergabung dan laksanakan salat jemaah hingga selesai. Wirid rutin sang imam bakda salat Jumat pun ia ikuti. Bacaan surat Al-Fatihah, Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas, masing-masing dibaca tujuh kali. Setelah berdoa bersama-sama, ia lanjutkan membaca Shalawat Abu Nawas.
Seperti biasa setelah salat Jumat, Kang Kadir bergegas menuju dapur Pak Kiai. Makan siang bersama-sama para khodam yang lain. Tidak begitu lama, Pak Kiai dan Bu Nyai nimbrung bertanya pada para khodam, termasuk saya.
"Le Kadir, katanya kamu sakit Le?" Tanya Pak Kiai pada Kadir.
"Kadir tadi pagi juga tidak sarapan." Bu Nyai ikut bicara.
"Inggih Pak, Bu." Jawab Kang Kadir.
Aneh, Kang Kadir baru sadar bahwa ia tadi sakit. Heran, setelah melaksanakan salat Jumat, Kang Kadir sudah lupa akan sakitnya. Kang Kadir tiba-tiba sembuh. Baru ingat pagi tadi ia sakit, setelah ditanya Pak Kiai dan Bu Nyai. Aneh, betul-betul aneh. Apa penyebabnya? Kang Kadir hanya membatin keanehan dan ketakjubannya. Kang Kadir semakin yakin, bahwa niat baik jadi baik. Berkah mengabdi, jadi pesuruh, manut dawuh guru semakin kelihatan nyata. Walaupun di kemudian hari tidak tampak, harapannya di akhirat dapat dirasakan. Amin. Wasalam. (*)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar