Bunda
75 tahun langkah terayun,
elok, anggun bait-bait pun mengalun.
"Tanah airku Indonesia. Negeri elok amat kucinta, … ".
Ayumu memesona, mengundang kerling mata dunia.
Teguh hatimu, cinta sucimu laksana pusaka,
kukuh, untuk anak-anakmu semata.
"Indonesia tanah air beta. Pusaka abadi dan jaya … "
Langit suram kala rautmu muram.
Alam tak kan terima, maka rotan dan rumpun-rumpun bambu pun meronta.
Mengusir para musafir,
meski banyak air mata, juga darah harus mengalir.
Bunda,
Aku ingin memelukmu hari ini,
sebagai bukti bakti,
karena aku telah menyesap berjuta-juta nutrisi,
dari tubuhmu.
Bunda,
dari balik masker itu,
"Ku lihat ibu Pertiwi sedang bersusah hati. Air matanya berlinang …"
Bunda,
aku tak mampu menghiburmu.
katakanlah, anak macam apa aku?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen sangat buuu
Terima kasih, Ibu...
Bagus sekali Bu Zaima, saya kok tidak ketemu tulisan Bu Zaima beberapa hari?
Terima kasih, Bu Mega. Seminggu lebih tidak nulis.
Siip Bu mantap keren bagus luar biasa solut salam sukses utk semuanya
Terima kasih, Bu Rini. Salam literasi.
Mantab sekali puisinya ...
Terima kasih, Pak Wid.
Mantap bun.salam sukses
Terima kasih....
Masyaallah joz bunda..sukses sllu
Terima kasih, Amin.....
Keren sekali Bu
Terima kasih, Bunda.