Hati Nurani Seorang Pendidik Tidak Akan Tega
Tantangan hari ke-29
#tantangangutusiana
Di minggu-minggu terakhir ini penanganan terhadap peserta didik yang bermasalah cukup menyita waktu. Sebagai pendidik rasanya tak rela bila ada anak didiknya yang nantinya sampai ada yang tertinggal di kelas terakhir. Sejujurnya mereka tak ingin menjalani keadaan seperti saat ini. Ada peserta didik yang motivasinya untuk berangkat sekolah rendah karena sebenarnya tidak ingin bersekolah di sekolah pilihan orang tuanya yang jaraknya jauh namun tetap orang tua memaksakan. Adalagi yang malas berangkat sekolah karena sudah terpengaruh pergaulan dengan teman yang tidak sekolah. Saya yakin mereka kalau ditanya pasti ingin menjadi anak yang taat peraturan, taat pada guru dan taat kepada orang tua. Mungkin keadaan yang membuat mereka seperti itu.
Sebagai seorang pendidik tentunya ingin agar 12 tahun wajib belajar bisa terlaksana walaupun banyak masalah yang menyelimuti sebagian peserta didik. Guru dalam hati kecilnya ingin tetap agar anak didiknya berhasil membawa selembar kertas sebagai bukti telah tamat atau lulus dari sekolah menengah pertamanya sehingga bisa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Dari identifikasi terhadap beberapa anak yang bermasalah sebenarnya mereka tetap ada keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, Namun anak-anak tersebut belum benar-benar menyadari bahwa jalan yang harus ditempuh untuk bisa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi adalah wajib lulus dulu dari jenjang sebelumnya. Syarat untuk lulus adalah mengikuti segala proses yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.
Memang tidak semua siswa bermasalah, masih ratusan siswa yang benar-benar mengiukuti prosedur yang telah ditetapkan, namun rasanya bila kita sebagai pendidik nantinya meninggalkana siswa yang bermasalah tersebut untuk dinyatakan tidak lulus apakah mereka mau mengulang kembali satu tahun? apakah tindakan tersebut nantinya disebut sebagai penyelesaian masalah?. Kebanyakan anak yang tertinggal di kelas terakhir akan memilih tidak sekolah karena malu dan akhirnya tidak bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Jika sudah seperti itu kita juga seakan-akan ikut menentukan nasib anak tersebut tidak bisa sekolah ke tingkat yang lebih tinggi.
Jika boleh memilih dalam keadaan seperti ini saya akan menyatakan diluluskan aja dech...... itung-itung kita membantu agar anak tersebut masih mempunyai masa depan dan semoga nantinya akana menjadi anak yang lebih baik saat sekolah di tingkat yang lebih tinggi tapi dengan syarat harus mengikuti semua ujian dan menyerahkan tugas-tugas yang diberikan kepada bapak ibu guru.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar