Jangan Hanya Karena Menulis Anda Jadi Lupa Kompetisi Sebenarnya
Tantangan hari ke-30
#Tantangangurusiana
Perjalanan hidup di dunia ini adalah suatu persaingan atau kompetisi. Sejak masih bayi orang tua sudah mengajarkan anaknya untuk hidup berkompetisi, kadang orang tua sendiri menjadikan anaknya yang masih bayi sebagai bahan kompetisi. Orang tua kadang tidak rela bila anaknya kalah dengan anak tetangganya walau hanya dalam hal pakaian, orang tua berlomba untuk membelikan baju terbaik hanya agar anaknya dibilang keren oleh tetangganya. Bila bayinya perempuan tentunya orang tua akan mendandani anaknya secantik mungkin misalnya dengan menambah pita-pita dirambutnya, cincin atau gelang serta kalung emas kalau bisa menghiasi tubuh balita yang belum tahu apa-apa. Semua itu agar dibilang cantik oleh orang lain. Memamng tidak ada salahnya perlakukan orang tua tersebut karena memang untuk kebaikan anak kebanggaannya.
Menginjak sekolah dasar kompetisi semakin ketat, orang tua berlomba agar anak kebanggaannya benar-benar menjadi anak terbaik di kelasnya. Tambahan pelajaran atau les privat beberapa mata pelajaranpun ditempuh agar anak kebanggaannya bisa pintar matematika, bahasa Inggris, IPA dan pelajaran lainnya. Biaya jutaan rupiah dikeluarkan dari kantong orang tua demi anaknya nanti bisa berprestasi bidang akademik di sekolahnya.
Keadaan seperti itu biasanya berjalan hingga nanti anak menginjak sekolah tingkat atas. Semakin banyak rupiah yang akan dikeluarkan guna mengejar keinginan untuk bisa kuliah di perguruan tinggi favorit. Apalagi saat ini biaya untuk masuk ke perguruan tinggi favorit tidaklah semurah zaman 10-12 tahun yang lalu. Saat ini orang tua rela untuk mengambil pinjaman ke bank demi anaknya agar bisa kuliah di perguruan tinggi favorit.
Semua yang dilakukan oleh orang tua tersebut adalah sebuah kompetisi yang banyak bersifat keduniaan. Orang tua kadang lupa bahwa ada kompetisi yang lebih penting yang harus diajarkan kepada anak-anaknya. Kompetisi yang hadiahnya lebih besar dan luar biasa jarang diajarkan oleh orang tua. Orang tua bersemangat agar anaknya pintar matematika dengan menambah jam pelajarannya tapi lupa menambah jam belajar membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Orang tua rela memasukkan anaknya ke lembaga kursus agar pintar IPA dan bahasa Inggris tapi lupa tidak mengajarkan pelajaran Fiqih dan Akidah Akhlak kepada anaknya.
Keinginan orang tua agar nanti anaknya bisa kuliah di perguruan tinggi favorit sehingga harapannya bisa kerja dan menghasilkan uang yang banyak, tapi orang tua lalai untuk mengajarkan anak-anaknya gemar bershodaqoh dan gemar masuk ke masjid untuk sholat berjamaah. Kadang orang tua menggebu-gebu agar anaknya hafal rumus-rumus matematika atau fisika tapi kurang greget menganjurkan anaknya untuk menghafalkan lafal-lafal Al-Qur’an.
Kenyataannya orang tua sering mendidik anaknya berlomba-lomba mencari kebahagiaan dunia tapi lupa mendidik anak-anaknya untuk berlomba-lomba mencari kebahagiaan akhirat. Orang tua panik bila anaknya belum mengerjakan PR yang diberikan oleh gurunya, tapi biasa saja bila anaknya dalam satu hari belum membaca Al-Qur’an sama sekali. Dalam keadaan hujan deraspun orang tua rela mengantar anaknya pergi ge tempat bimbingan belajar, tapi santai saja saat kumandan azan terdengar dari masjid atau musholla. Orang tua tetap bersantai di sofa rumahnya dan tidak ambil peduli apakah anaknya sudah menuju masjid apa belum. Ini menunjukkan bahwa orang tua lebih mengajarkan kepada anaknya bahwa kompetisi yang bersifat dunia lebih penting dari pada kompetisi yang bersifat akhirat yang tentunya akan lebih kekal.
Banyak orang tua lupa bahwa saat orang tua meninggal hanya amal jariyah, anak yang sholeh dan ilmu yang bermanfaatlah yang nantinya akan terus mengalir pahalanya. Bagaimana mungkin orang tua bisa mendapat aliran pahala dari anak yang sholeh bila orang tua selama hidupnya hanya mengajarkan kompetisi dunia saja. Bila ilmu agama hanya ala kadarnya yang diberikan kepada seorang anak tentunya sulit untuk mencetak anak yang sholeh kecuali Allah menghendaki. Anak sholeh harus dibentuk, harus diajari bukan tercipta dengan sendirinya,
Orang tua juga harus tahu bahwa anak sholeh nantinya bisa menjadi penolong kita saat di akhirat. Anak bisa saja tidak mau masuk surga tanpa kedua orang tuanya dan sebaliknya anak bisa tidak terima masuk neraka bila orang tuanya juga tidak masuk neraka bila anak tersebut dimasa hidupnya tidak pernah mendapat didikan agama orang tuanya.
Untuk itu marilah kita sebagai orang tua tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu dunia saja tapi ilmu akhirat juga harus benar-benar diajarkan kepada anak. Kompetisi yang sebenarnya yaitu berlomba-lomba mencari kebajikan harus selalu diterapkan kepada anak kita dari kecil dengan harapan anak kita mejadi anak yang sholih yang bisa menjadi penolong orang tua di akhirat nanti.
Dan Perlu dicatat oleh para gurusianer (utamanya saya pribadi) bahwa tantangan menulis ini bukanlah tujuan utama untuk itu jangan sampai gurusianer sedih bila belum menulis dalam satu hari tapi santai bila belum baca Al-Qur’an dalam sehari ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap dan trims atas pencerahannya
Maaf kalo keliru
Joss motivasinya pak, Alhamdulillah khotmil Qur'an tetap jalan one day one juz ditambah menulis
Matur suwun