Zainul Abidin

Pengajar yang masih mencari jati diri...

Selengkapnya
Navigasi Web
Trauma Nency Yang Tak Kunjung Hilang (Bagian ke-2)

Trauma Nency Yang Tak Kunjung Hilang (Bagian ke-2)

Tantangan hari ke-15

#tantangangurusiana

Mereka berduapun keluar dari rumah makan tersebut setelah menghabiskan nasi yang dipesannya, Rudi menuju ke arah barat dan Nency menuju ke arah Timur. Tampak Nency lebih lega setelah menyampaikan semua masalah yang dialami kepada Rudi teman lamanya.

Satu minggu setelah pertemuan dua teman SMA tersebut Rudi mencoba bertanya kepada Nency tentang kelanjutan hubungannya dengan laki-laki 54 tahun tersebut. Rudi mengirim pesan WA ke Nency, Rudi menanyakan sudah menentukan hari pernikahan apa belum. “Ping” Rudi mulai mengirim pesan ke Nency, tampak satu centang abu-abau yang menunjukkan bahwa WA belum tersampaikan ke HP Nency. Rudi-pun miletakkkan HP-nya di atas tas kerjanya dan Rudi melanjutkan pekerjaan dengan laptopnya. Lima belas menit berlalu notifikasi muncul di android Rudi menunjukkan ada pesan WA yang masuk. “Ping” itulah balasan WA dari Nency. “Bagaimana Nen... udah ditentukan tanggal mainnya?” Rudi menanyakan udah ditentukan belum tanggal pernikahan Nency dengan laki-laki tersebut. “Udah Rud, dua minggu lagi tanggal pernikahanku” Jawab Nency. “Rud kamu jangan jauhi aku ya bila aku udah nikah nantinya...” Nency mulai ragu lagi bila sesudah nikah nanti Rudi tidak mau berteman lagi dengannya. Memang selama ini Nency merasa nyaman berteman dengan Rudi yang selalu mampu memberikan rasa ketenangan dan penyelesaian masalah yang melanda Nency. “Gimana kamu udah diajak kemana aja sama calon suamimu?” tanya Rudi ke Nency. “Biasa cuma jalan-jalan ngantar aku belanja dan makan. Hemmmmm Rud... aku saat jalan dengan dia aku kurang pede karena orang-orang pada ngeliatin ke aku Rud...” Nency bercerita kepada Rudi karena selalu menjadi pusat perhatian saat jalan berdua. Memang kalau dilihat berbeda jauh sih... yang cewek cantik tapi yang laki-laki udah berumur. “Gak usah dihiraukan Nen... yang penting punya suami naik Honda Jazz” Goda Rudi. “Iya sih....gajinya juga lumayan Rud cukuplah untuk hidup berdua dan juga membiayai sekolah anakku” Nampak Nency sangat berharap nantinya kalau sudah menikah bisa hidup lebih baik daripada sebelumnya. “Semoga hidupku tidak seperti saat bersama suamiku yang dulu dimana sering bersikap kasar. Kalau yang sekarang kan udah tua gak mungkinlah bersikap kasar seperti yang dulu” Tampak Nency sudah benar-benar bisa yakin untuk hidup berumah tangga lagi. Trauma terdahulu hampir tidak adalagi karena tinggal menunggu hari, surat-suratpun sudah lengkap semua. Pernikahan dilaksanakan secara sederhana cukup kenduri dan nikahan sudah cukup.

Lima hari menjelang pernikahan Nency mengajak bertemu lagi dengan Rudi, “Rud aku ingin ketemu sekarang Rud, aku bingung” itu adalah pesan yang dikirim oleh Nency ke Rudi. “Ada apa lagi to sayang....” Rudi menjawab WA dengan sedikit menggoda. Di benak rudi ada segudang pertanyaan ana apa lagi nengan orang ini kok ingin bertemu dan bilang dia lagi bingung. “Aku ingin ngomong berdua saja Rud” satu pesan lagi terkirim ke HP Rudi. “Ya udah kutunggu kamu di tempat parkir terminal ya” Rudi mencoba menenangkan Nency.

Dua puluh menit Rudi dengan mobil sedan merahnya sampai di depan terminal. Sosok perempuan dengan rambut sebahu dengan tubuh yang masih dibilang seksi walaupun sudah diatas 30 tahun masuk ke mobil keluaran tahun 1998 tersebut. Rudi meluncurkan mobil kesayangannya menuju pinggir pantai. Dicari tempat yang teduh untuk tempat santai. Hari itu pantai tampak sepi karena waktu menunjukkan pukul 12.45. Rudi dan Nency-pun duduk di bawah pohon rindang. Nency menyandarkan kepalanya ke pundak kiri Rudi dengan posisi tangan Nency berada di pangkuannya sendiri. “Rud... aku.... mau batalkan pernikahanku” Rudi kaget dengan kata-kata yang barusan keluar dari mulut Nency. “Apa..? gak jadi..??!! emang ada apa?” tanya rudi kepada Nency. “Rud... ternyata dia tidak seperti yanag aku harapkan. Dia ternyata itung-itungan” jelas Nency. “Itung-itungan gimana maksudnya?” Rudi dengan mimik penasaran bertanya kepada Nency.“"Aku kan bertanya pada laki-laki tersebut kalau udah nikah aku diberi jatah berapa perbulan? Dia jawab 500 ribu per bulannya” Nency berusaha menjelaskan dengan posisi kepala tetap bersandar di pundak Rudi.

Semilir angin di tepi pantai membuat rambut Nency terurai, seorang wanita paruh baya dengan kerudung warna coklat mendekati mereka lalu memberikan satu kelapa muda dengan dua sedotan. Nency diam sejenak sambil menunggu wanita paruh baya tersebut meninggalkan kembali mereka berdua.

“Rud... uang segitu mana mungkin cukup untuk makan sebulan dan membayar tagihan rekening listrik, PDAM, telepon belum kebutuhan lainnya. Mau saya gajinya itu saya pegang dan kalau dia butuh tinggal minta ke aku” Rudi mendengarkan uneg-uneg yang membuat Nency akan membatalkan pernikahannya. “Ya gak apalah Nency kalau kurang kan kamu tinggal minta lagi” ucap Rudi kepada Nency. “Tidak hanya itu Rud, ada lagi yang lebih menjengkelkan udah tua gak mau nurut” Kejengkelan tampak semakin terlihat di raut muka Nency. “Aku bercerita kepada dia kalau aku juga punya hutang yang harus aku cicil setiap bulannya, tapi dia tidak mau bayari padahal hanya sejuta perbulannya selama 9 bulan. Dia mau membantu bayar tapi ada hitungannya, aku dianggap hutang pada dia setiap bulannya dan harus membayar nantinya” Rudi kaget mendengar cerita Nency, Rudi berpikir kok bisa sama istri itung-itungan seperti itu. “Masak sih Nen dia bersikap seperti itu padamu?” Rudi ingin memastikan lagi pada Nency. “Bener Rud, aku juga sampai mikir kok ada laki-laki seperti itu pada istrinya nanti. Saya mau nikah dengan dia yang sudah tua itu kan dengan harapan hidup saya bisa terbantu, bisa lebih ringan beban hidupku. Tapi kalau seperti ini ya tidak ada bedanya dengan sebelumnya, saya harus mencari uang sendiri pada siang hari dan malamnya saya harus tidur dengan orang setua itu. Lebih baik hidup sendiri aja Rud, trauma Rud aku kalau seperti ini” Nency menutup pembicaraannya dengan Rudi dan kembali air kelapa muda yang masih separuh di sedot dalam-dalam. “Ya sudah Nen.. lakukan saja apa yang kamu anggap baik untuk kehidupanmu, jika pernikahan membuatmu tersiksa maka hidup sendiri adalah pilihan terbaik untukmu” Rudi mencoba menenangkan jiwa Nency yang terlihat masih menyimpan trauma dan kesedihan. “Terima kasih ya Rud kamu selama ini selalu membatu aku disaat aku kesulitan”.

Tidak ingin kepahitan hidup dirasakan lagi seperti saat masih berumah tangga, Nency minta tolong pada kenalan yang berprofesi sebagai pengacara untuk membatalkan serta mencabut semua berkas pernikahan. Nency tidak mau minta tolong Rudi untuk urusan pengambilan berkas agar tidak ada omongan miring tentang Rudi, takut nanti bila ada yang berpikir ada hubungan khusus antara Nency dan Rudi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

.....???

19 Feb
Balas

????......

20 Feb



search

New Post