Ayah Si Raja Tega Ibu Pembasuh Luka
Ayah Si Raja Tega, Ibu Pembasuh Luka
Oleh: Zakiah, SS
“Ummi mana Abi?” tanya Fathimah.
“Di belakang, dekat kandang ayam!” jawab ummi.
“Immah mau main catur sama abi, kemarin Immah main sama abi, Immah yang menang!” katanya antusias.
“O, ya, hebat Immah, Ummi aja gak pandai main catur!” jawab ummi
Setelah menjemput abi ke belakang mulailah mereka main catur Saat main terdengar abi mengajarkan dan menyemangati Fathimah.
“Ayo jalankan ke sini!” seru abi.
Rupanya di akhir permainan Fathimah kalah. Dia marah dan merajuk sambil mengacak-acak papan catur yang sudah disusun abi untuk permainan selanjutnya.
“Immah gak mau!” katanya terus merajuk dan menundukkan kepalanya ke lantai serta terus merengek
“Iya begitu kalau main, kadang menang kadang kalah!” kata abi
“Immah gak mau!” katanya lagi
“Sekarang kita main lagi ya, kalau tadi abi yang menang, sekarang Immah lagi yang menang!” kata abi terus membujuk.
Dia masih belum bisa terima, tapi abi terus memberikan intruksi agar Fathimah menjalankan anak caturnya.
“Ayo Immah bisa, ayo serang abi!” kata abi
“Nah kan, sudah mulai menang Immah, Abi baru dapat dua Immah sudah dapat lima!” kata abi.
“Ayo serang lagi abi!” kata abi terus membujuk.
Fathimah masih belum semangat, dia tetap malas-malasan sambil merebahkan badannya di lantai.
“Ayo serang lagi abi, Immag mulai bertambah jadi tujuh!” kata abi.
Fathimah masih tetap dengan aksi merengutnya ‘
“Baa pulo ndak amuah kalah tu?” kata abi nyeletuk.
“Itu yang perlu dilatih!” kata ummi menyela sambil terus menyetrika pakaian.
“Ayo serang abi, Immah tinggal skak abi, Immah langsung menang. Nah, skak, abi kalah Immah menang, coba hitung berapa Immah menang!” kata abi terus “baciracau”
Lalu dihitunglah anak caturnya oleh Jannah (sepupunya yang dari tadi jadi penonton)
“Sepuluh!” kata Jannah.
“Mana pula, sembilan cuma!” kata Fathimah. Rupanya walaupun ingin menang Fathimah pun tetap jujur menyebutkan jumlah anak caturnya.
“Permainanpun usai. Jannah membantu membereskan papan catur sementara Fathimah masih terus berguling di lantai. Sesekali merenggut dan menghentakkan kakinya. Kadang menendang plastik mainan yang ada di dekatnya. Melihat keaadaan seperti itu ummi pun menghentikan kegiatan menggosok. Setelah mengecilkan volume gosokan, ummi mendekatinya lalu menggendong.
‘Iya sperti itu kalau kita main, namanya saja baru belajar!” kata ummi sambil menciumnya
“Abang Rahmat dulu juga seperti itu. Awalnya sering kalah oleh abi tapi karena sering berlatih akhirnya malah abi yang sering kalah. Abang zaki dan kakak juga sering kalah oleh abang Rahmat!” kata ummi menjelaskan.
“Benar Mi, Abang Rahmat seperti itu, sering kalah saat main catur? Tanyanya serius.
“Iya, makanya jangan sedih jika kalah saat masih belajar. Lama-lama kalau sering main kita bisa menang!” jawab ummi sambal menatapnya lekat.
“Immah hebat bisa main catur, ummi aja gak pandai, ke mana arahnya saja ummi gak tahu kata ummi meyakinkannya.
Fathimah mulai sumringah, dia mencium pipi ummi dan mulai turun dari pangkuan ummi. Akhirnya pun sibuk dengan mainan yang lain Bersama Jannah.
Ummi jadi tersenyum sendiri. Inilah ternyata makna dari kata-kata yang ummi dapatkan di Ibu Profesional bahwa Ayah si raja tega, Ibu pembasug luka. Ada saatnya anak bermain dan beraktivitas dengan sang ayah tapi endingnya kita yang membujuk dan memberi penguatan
Banyak peristiwa dalam interaksi anak, ayah dan bunda yang menggambarkan kata-kata di atas. Ada saatnya anak bermain dan berkegiatan dengan sang ayah, mengajarkan keterampilan tapi insightnya si ibu yang menjelaskan kepada sang anak.
Ummi jadi teringat dulu ketika anak-anak masih usia SMA, abi sudah mengajarkan mereka untuk membawa kendaraan. Setiap bulan Ramdhan ba,da subuh mereka sudah diajak keliling kampung belajar menyetir. Ummi awalnya keberatan dan khawatir, takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tapi Alhamdulillah semuanya berjalan lancer dan sekarang anak-anak sudah bisa nyetir. Jika perjalanan agak jauh atau abi sedang butuh istirahat, anak-anak sudah bisa menggantikan abinya untuk membawa kendaraan. Alhamdulillah sekarang ummi baru sadar bahwa memang si Ayah itu cocok disebut si raja tega, karena kita para ibu banyak bapernya sehingga ada hal-hal tertentu yang kita tidak tega untuk mengajarkannya kepada anak. Tapi para ayah mampu melakukannya. Jika terjadi sesuatu kitalah para emak yang menghibur serta menguatkan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisah yg menarik