Zakiah,SS

Zakiah, SS, mengajar di MTsN 3. Lima Puluh Kota...

Selengkapnya
Navigasi Web

Buta Huruf di Thailand Negeri Gajah Putih

Buta Huruf di Thailand Negeri Gajah Putih

Pagi ini, Jumat 16 Februari 2024 kami akan berkunjung ke Thailand. Setelah sarapan dan checkout dari hotel Taiping Perdana di Perak, tempat kami menginap melepas penat setelah seharian melakukan perjalanan. Kami pun berangkat menuju Thailand perjalanan lebih kurang 4 jam dengan bus pariwisata atau bas persiaran."Mi ada cemilan?" tanya Fathimah"Gak ada Nak, nanti kita belanja di rest area ya, sekalian tukar uang!" jawab ummi.Kemarin setelah belanja cemilan untuk oleh oleh pulang, uang ringgitnya habis he he.Nanti setelah cek di imigrasi bapak ibu bisa tukar uang Baht kata guate kami yang orang malaysia. Rupanya 1 Baht Thailand 433.5 rupiah.Dua kali pemeriksaan imigrasi kamipun masuk daerah Thailand. Terlihat seorang guate lagi karena guate malaysia tak berlaku lagi di Thailand. Orangnya ramah dan dari segi penampilan kental sekali muslimnya. Beliau pernah pertukaran pelajar ke Indonedia, Unpad dua semester sehingga bisa berbahasa Indonesia.Imigrasi masuk Thailand terletak di Songkhla provinsi bagian selatan Thailand. Thailand terdiri 77 propinsi, Songkhla terdiri atas 16 kab. Waktu Indonesia = waktu Thailand, kalau malaysia beda satu jam dengan waktu Indonesia.Thailand negara yang tidak pernah dijajah jadi bahasanya tersendiri tidak dipengaruhi oleh bahasa negara manapun. Oleh sebab itu negara Thailand juga tidak memiliki hari merdeka.Rakyat Thailand mayoritas beragama Budha, muslim hanya 10% tapi ketua parlemennya muslim. Di lihat dari kondisi daerahnya tak jauh beda dengan kota Padang tapi semua bacaan yang terlihat tak satupun yang kita pahami. Bahkan ketika kami makan siang di restoran muslim D'Haythai hanya bisa menggunakan bahasa isyarat atau bahasa Inggris. Begitulah repotnya jika tak memahami bahasa daerah setempat atau sama sama tak memahami satu bahasa pengantar.Lunch Halal dan Shoping Makan siang cukup nikmat dengan menu Tom yam atau seperti asam padeh nya orang Minang. Telur dadar juga ada goreng ikan krispi. Alhamdulillah bisa makan nikmat walau tanpa rendang dan samba lado. Agenda selanjutnya shoping ke supermarket Haythai, menyediakan semua produk khas daerah Thailand seperti baju kaos, tas, souvenir dengan gambar gajah dan tulisan Thailand. Ada juga aneka makanan kering seperti kacang dan coklat. Diberi waktu satu jam setelah itu sudah harus kembali ke bus. Baru masuk toko terdengar suara csnya berbahasa Indonesia. Ha ha, jangan jangan orang Minang yang punya toko he he. Pegawai lain pun saat ditanya tentang barang dia mengerti dan bisa cakap Indonesia. Wah, kalau sudah shoping, ibu ibu sudah gak bisa nahan keinginan. Untung uang Baht yg ditukar tidak banyak jadi cukup hati hati saat mengambil barang. Asyiknya di halaman toko ada tempat untuk duduk santai dengan beragam bunga serta spot foto yang cantik. Hal unik yang ditemukan di Thailand adalah penjual buah yang menyajikan dagangannya yang siap santap, sudah dibersihkan dan di potong- potong lalu dikemas dalam.plastik. Satu lagi yang keren bahwa di setiap tempat kita berhenti tak ditemukan tukang parkir. Sepertinya Songkhla ini daerah penghasil nangka karena banyak ditemukan penjual buah nangka masak, termasuk yang kering.Selesai shoping kami lagi lagi diantar ke toko makanan kering. Beragam makanan dari hasil laut, buah yang sudah dikeringkan, coklat dan kacang-kacangan ada di sini.Ada kejadian lucu disini. Kata guate, selesai belanja, di toko ini bisa packing barang gratis. Selesai belanja ummi dengan kakak pun mendatangi guate untuk menanyakan kepada siapa bisa minta tolong packing. Penjaga toko mempersilahkan kami untuk mengambil kardus kosong yang berjejer di sana. Kami pun mengambil salah satu kardus dan mengambil belanjaan sebelumnya. Kami pun asyik menutup kardus dengan lakban yang terletak di meja. Melihat kami mem-packing datang juga ibu2 yang lain mengambil kardus. Rupanya yang lain jadi ikut termasuk Bapak2. Melihat semuanya pada packing kaget si empunya toko. Dia mungkin melarang tapi kami tak mengerti yang dibicarakan nya. Para ibu masih terus melanjutkan packingan, tapi masih terdengar "caco" pemilik toko. Kami pun tak enak hati akhirnya langsung menuju bus. Malah ada yang belum selesai packing tapi buru buru naik bus sambil tertawa. Semua penumpang jadi ikut tertawa. Mengerti kalau mereka marah tapi tak tahu apa yang dibicarakan. Ummi justru tertarik dengan buah yang dijual, bersih dan dipotong langsung. Ada jambu madu warna merah hati, harganya 16 Baht. Ternyata manis dan segar sekali, sampai sampai Bu Dini yang ummi tawarkan satu potong jadinya ikut membeli.Lelah berbelanja, kami pun diajak salat ke sebuah masjid di tengah kampung penganut Budha ini. Sebuah masjid tua didirikan tahun 2504 tahun negara Thailand. Jadi mereka punya tahun sendiri tak terpengaruh hitungan negara manapun. Kami pun jamak qasar salat asar dan zuhur di sana.Agenda selanjutnya singgah sebentar berfoto di situs agama Budha. Di sana ada patung Budha kuning keemasan dalam posisi tidur . Ada juga jajaran patung Budha duduk yang dihadapannya tempat ibadah mereka. Uniknya lagi ada keterangan berbahasa Indonesia di sana mungkin karena banyak pelancong Indonesia dan Malaysia datang ke sana.Eh, salah kata guate yang memandu kami orang Melayu Malaysia tidak mau datang ke sini mungkin karena ini tempat ibadah mereka. Lagi-lagi tak ada ditemukan tukang parkir dan pengemis di sini. Tak ada penjual yang memaksa pembeli untuk membeli dagangannya dan tak terlihat juga sampah yang berserakan. Cukup 15 menit berfoto, perjalanan dilanjutkan ke pantai SamilaSamila BeachMenjelang sore bus kami sampai di Samila Beach. Memasuki kawasan pantai kami disambut laki-laki yang sedang memegang pelana kuda. Mereka menawarkan jasa naik kuda juga untuk berfoto. Sayangnya Fathimah takut kecuali kalau ditemani kakak. Kakak tidak mau karena kostum tak mengizinkan. Akhirnya kami tak jadi menerima tawaran mereka. Lagian kita memang sedang berhemat Baht. Serba tanggung, ditukar kan banyak takut gak habis, ditukar sedikit harus berhemat. Karena kita memang hanya 2 hari 1 malam di sini. Yang namanya pantai, dimana pun pemandangannya hampir mirip. Pantai ini tak bisa dijadikan tempat berenang karena ada ubur-ubur. Terlihat dari peringatan yang tertulis di papan yang ditancap kan di pinggir pantai. Ada bendera merah juga, peringatan bahwa pantai ini berbahaya, larangan berenang. Memang terlihat ombaknya cukup besar dan pinggir pantai nya tidak landai. Fathimah menikmati pantai dengan mengumpulkan kulit kerang, sementara ummi dan abi duduk sambil memandang mereka dari jauh. "Kalau duduk disini harus bayar gak Bi?" tanya ummi saat akan menduduki bangku cantik seperti kursi dari kayu Jepara."Gak lah, ini bukan Indonesia, apa apa serba di bayar. Kursi bayar, tikar pun dibayar?!" jawab abi yakin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya

21 Feb
Balas

Tulisannya keren dan inspiratif. Salam Literasi.

21 Feb
Balas



search

New Post