Menyetrika Pakaian Sendiri (Seri Melatih Kemandirian Anak)
Remedi Zona 4 Melatih Kemandirian Anak
Hari ke-2
Menyetrika Pakaian Sendiri
Oleh: Zakiah, SS
Kami tinggal di rumah hanya bertiga, abi, ummi dan Fathimah kelas 1 SD. Selebihnya 4 saudara Fathimah sudah kuliah dan SMA di sekolah berasrama. Karena hanya bertiga untuk menyetrika pakaian kerja, ummi biasanya mulai mengansurnya sejak siang Jumat sepulang sekolah. Sengaja diansur agar tak terasa berat dan tidak menumpuk. Karena biasa melihat ummi menyetrika, Fathimah pun penasaran. Dia mulai ingin mencoba ikut menyetrika.
Awalnya ummi berikan pakaian yang kecil seperti sapu tangan abi dan beberapa baju kaos dan celana lejing miliknya sendiri. Volume setrika sengaja ummi kecilkan sekedar panas sedikit agar saat tersentuh tak membuatnya cidera. Karena ummi menyetrika di atas meja yang dulu bekas meja kasir di kadai yang ummi kelola, dia naik ke atas meja agar tak harus menjangkau. Ummi diminta membalikkan pakaian yang akan dia setrika. Dia juga meminta ummi memindahkan kain yang selesai disetrikanya ke atas kursi plastic yang sengaja ummi letakkan untuk tempat kain yang selesai di gosok.
“Ummi tolong balikkan bajunya, Immah gak pandai!” katanya merengek.
“Iya, sini ummi ummi bantu!”
“Ummi fotolah Immah sedang menyetrika, kirim ke grup keluarga, biar abang dan kakak melihat Immah sudah bisa menyetrika!”. katanya berharap.
“Iya, sebentar ummi ambil HP dulu ya!”
“Ayo, ummi foto, lihat ke ummi!”
“Sudah ummi foto, sudah ummi kirim juga!” kata ummi
“Coba Immah lihat dulu fotonya, bagus nggak?”
“Ini, bagus kok!” jawab ummi mencoba meyakinkannya.
Beberapa saat kemudian.
“Apa kata kakak, Mi?”
“Belum dibaca wa ummi sama kakak!”
“Kalau abang apa katanya, Mi?”
“Sebentar , ummi suruh kakak sama abang komen dulu ya!”
“Ok, Mi!”
Beberapa saat dia kembali bertanya.
“Udah dilihat kakak, Mi?”
“Udah, kata kakak, “Hebat dan pintar adik kakak!””
“Pakai emoji nggak Mi?”
“Ada, emoji love!” jawab ummi.
“Mana Mi?, lihat!” katanya sumringah.
Akhirnya ummi perlihatkan HP ke wajahnya. Dia tersenyum senang.
Begitu sederhananya bisa membuat anak senang. Dengan apresiasi beberapa buah kata dan emoji sudah membuatnya senang dan bahagia. Rasa percaya dirinya pun tumbuh. Merasa dihargai dan diperhatikan. Akankah kita sia-siakan rasa ingin tahu dan rasa ingin berbuat sang anak saat dia kecil. Tak bisa disalahkan dia saat sudah dewasa tak mau membantu kita bekerja atau kecewa saat dia tak bisa apa-apa. Kita orang tualah yang membuat mereka seperti itu. Tidak memberikan stimulus, tak memberikan kesempatan atau kurang sabar membiarkan dia berproses. Sabar menerima hasil yang tak sempurna dan sabar jua menunggui dia berproses.
Mari mulai melatih kemandirian anak dari hal-hal kecil secara konsisten untuk membantu anak menjadi mandiri dan percaya diri. Jadikan semua proses sebagai pengalaman yang menyenangkan dan membuat dia bangga karena bisa membantu.
Ada banyak cara lain untuk melatih kemandirian anak diantaranya adalah:
Pertama, Mulai dengan melakukan kebiasaan perawatan diri seperti menggososok gigi, berpakaian dan mencuci tangan
Kedua, belajar dan berlatih mengambil keputusan sendiri seperti memilih sarapan yang sehat, sayur atau menu yang disukai. Meminta pendapatnya tentang cemilan yang akan dimasak bersama. Termasuk memilih pakaian yang akan dia pakai tentunya dengan tidak melupakan rambu-rambu pakaian yang boleh dia pakai sebagai seorang muslimah bagi anak perempuan.
Ketiga, melibatkan kegiatan kerja rumah sesuai umur. Mungkin mengajak anak untuk membersihkan rumah, menyapu halaman, mengajarkan dan melatih dia membereskan lemari pakaiannya sendiri, menyimpan dan menyusun mainannya sendiri. Termasuk saat menukar alas kasur merupakan momen yang mneyenangkan bagi anak.
Keempat, Melibatkan anak dalam kegiatan luar ruangan seperti belanja. Melatih dia mengenal barang dan kegunaannya, memilih produk yang sehat dan halal dan belajar mengambil keputusan. Bermain peran termasuk permainan yang melatih kemandirian anak, melatih mengambil keputusan.
Ternyata banyak hal yang bisa kita lakukan bersama anak, melibatkannya dengan sadar dan bahagia agar kelak dia menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Kita hanya berusaha, hasil akhirnya Allah SWT yang menilai. Nantikan tulisan ummi lainnya pada seri melatih kemandirian anak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar