Sebuah Konfirmasi
Sebuah Konfirmasi
Oleh: Zakiah, SS
:Sore ini ummi di dapur bersama Fathimah. Ummi memasak dan Fathimah membantu ummi membersihkan ikan.
“Ummi, kenapa Immah panggil ummi dan abi? Teman Immah panggil mami dan papi sama orang tuanya?’ kata Fathimah di sela kerjanya.
“Ummi dan abi itu panggilan untuk orang tua dengan Bahasa Arab!” jawab ummi
“Kok nggak panggil papi atau mami atau mama dan papa aja Mi?”
“Immah mau panggilan itu?”
“Iya , Mi!”
“Kalau panggil mami dan papi uang jajannya lebih banyak!”kata ummi sambal tertawa
“Apa Mi? baguslah kalau gitu” katanya juga tersenyum. ” Ummi ini ada ada aja~”, katanya kemudian.
“Sebenarnya panggilan ummi dan abi itu kan Bahasa Arab. Sementara Bahasa Arab itu bahasa penghuni surga, jadi dengan begitu semoga jadi doa agar nanti kita semua berkumpul di surga,!”jawab ummi menjelaskan agak serius.
“O, begitu Mi. Kalau Bahasa Indonesianya apa mi?”
“Ayah Bunda atau bapak dan Ibu!” jawab ummi.
“Gimana, masih mau ganti dengan panggilan yang lain?” tanya ummi.
“Nggak Mi, tetap ummi dan abi ajalah!” katanya tersenyum.
Percakapan ummi dengan Fathimah tadi membuat ummi merenung. Ternyata saat anak sudah sekolah dan punya banyak teman, mereka akan bercerita dan saling berkomunikasi. Ketika ada perbedaan kondisi dibandingkan teman-temannya dia akan bertanya-tanya. Kenapa orang begini? Kenapa kita begitu? Itulah sebabnya sangat penting anak mau bertanya dan bercerita kepada kita agar pertanyaannya terjawab sesuai dengan yang seharusnya.
Jika dia bertanya kepada orang lain tentu jawabnya akan berbeda. Apalagi jika pertanyaan itu berhubungan dengan visi dan misi keluarga, tentu berbeda setiap keluarga. Anak perlu mengetahui latar belakang sikap dan keputusan yang diambil oleh kedua orang tuanya sehingga dia merasa yakin dan percaya diri dengan apa saja yang melekat pada dirinya termasuk masalah nama diri dan nama panggilan.
Ummi jadi teringat saat kecil dulu kurang percaya diri dengan nama yang diberikan bapak. Nama Zakiah dulu rasanya kurang modern dan terkesan ketua-tua-an. Apalagi abjad yang diberikan bapak adalah Zakiyah, rasanya tidak sesuai dengan ejaan Bahasa Indonesia. Apalagi di TV sering mendengar nama Ibu Zakiah Darajat. Sejak itu ummi ubah sendiri penulisan nama dengan Zakiah, karena akta kelahiran waktu itu belum ada. Sekarang baru tahu bahwa penamaan sesuai dengan Bahasa Arab harusnya memang Zakiyah. Apalagi ketika tahu arti nama yang diberikan bapak, baru jadi senang dan bersyukur.
Begitulah kita sebagai anak kadang tak tahu apa-apa, ilmu belum setahun jagung tapi sudah sok tahu. Kalau ada komunikasi yang baik tentu tak akan terjadi perbedaan pandangan yang ternyata memang apa yang diberikan oleh orang tua itulah yang terbaik.
Begitu juga yang terjadi dengan anak ummi yang ke-4. Namanya Rahmat Abdullah. Dia tidak suka dengan nama itu, karena dia ingin dengan nama Rahmat Ramadhan sesuai dengan saran “uwo”nya. Sampai sudah sekolah TK dia masih protes tak ingin dengan nama yang abi dan ummi berikan walau ummi dan abi sudah menjelaskan artinya. Akhirnya setelah gurunya TK nya memberikan penjelasan arti dan latar belakang namanya, baru dia yakin dan menerima. Kadang memang kata-kata guru lebih sakti dari kata-kata ummi dan abi walau umminya pun seorang guru, he,he.
Sepertinya kita memang harus bercerita banyak kepada anak-anak tentang masa kecil mereka, latar belakang pemberian nama serta arti nama mereka. mungkin saat santai atau dalam sebuah perjalanan, memanfaatkan momen untuk banyak bercerita kepada anak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar