#Tagur30 (Ke 2)#

"AlhamdulillaahiRobbil 'Alamiin, aku masih bisa menyambut pagi, terima kasih Ya Allah, ni'mat yang telah Engkau limpahkan kepada hamba, badanku terasa sehat dan bugar", gumam Ibu Zahiroh kala bangun tidur di sepertiga malamnya. Setelah dia bangunkan suami tercinta diapun bergegas menuju kamar mandi untuk mengguyurkan air bening di sekujur tubuhnya. Usai dari kamar mandi dia lihat sang suami masih tidur pulas, tak ambil pusing dia kenakan mukena, lalu menuju Mushollah keluarga yang berposisi di depan rumah, dekat kolam ikan yang sederhana namun terasa begitu sejuk, apalagi ada jembatan kecil yang menghubungkan antara rumah huni dan Mushollah. Itulah aktivitas rutin Ibu Zahiroh sambil menunggu adzan subuh tiba.

Ibu Zahiroh adalah seorang Ibu rumah tangga yg juga berprofesi sebagai guru honorer di sebuah Madrasah Ibtidaiyah sejak tahun 1993, pasangan Bu Zahiroh dan suaminya dikaruniai tiga anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Namun di rumahnya tinggal pula bersamanya dua keponakan putri, dua anak asuh yang masih umur 3 tahun dan 8 tahun. Selama pandemi covid-19 ini rumah terasa bagaikan asrama putri.

Saat Adzan subuh berkumandang, bergegas Bu Zahiroh membangunkan anak-anak untuk menunaikan sholat subuh berjama'ah. Semuanya bangun dan berebut kamar mandi, kecuali Eva yang selalu rewel ketika dibangunkan, maklumlah dia memang masih berusia tiga tahun, dan baru saja diangkat dari lingkungan keluarga yang sangat kurang memperhatikan pendidikan agama serta tidak berbapak alias yatim, harus sabar dan sabar, ini adalah amanah.

Pagi itu nampak begitu cerah, anak-anak ingin sekali menghirup udara pagi dengan jalan-jalan, setelah berpamitan pada Ayah dan Bundanya, merekapun melepas alas kaki dan berangkat jalan-jalan. Di tengah perjalanan berpapasan dengan seekor anak kucing yang lucu dan imut, kucing itupun mereka ikuti sampai pada sebuah rumah yang asri. Tiba-tiba Eva berlari mengikuti kucing manis masuk rumah tersebut, Kakak-kakaknya berlari hendak mencegah Eva, namun Eva sudah berlari keluar sambil menangis lalu nubruk Kak Muti' (Kakak tertua).

Evapun digendong sebentar lalu didudukkan pada sebuah batu yang lumayan besar dipinggir jalan, "ada apa Dik?" sambil menngis Eva menunjuk rumah tersebut dan berkata "ada hantu Kak". Spontan Kakak-kakaknya saling pandang serta melotot dan mengucapkan kata "hantu" bersama-sama. Kak Muti' cepat bertindak untuk menenangkan hati si kecil.

Kak Muti' mendatangi rumah tersebut dengan sopan dan mengucap salam, ingin tahu ada apa sebenarnya di dalam rumah tersebut. Setelah bertemu dengan pemilik rumah dan pemmilik rumah bercerita mengenai ketakutan Eva, merekapun tertawa bersama. Kemudian Kak Muti' memanggil adik-adiknya untuk masuk rumah. Pemilik rumah, putrinya yang sedang pakai masker kecantikan warna putih dan Kak Muti' bergandengan tangan menyambut anak-anak di depan pintu, lalu mempersilakan anak-anak duduk. Melihat Eva masih bingung, putri pemilik rumah yang dipanggil Halimah itupun cepat-cepat cuci muka dan kembali bergabung di ruang tamu.

Dengan senyum manisnya Halimah mendekati Eva, mengajaknya untuk duduk di pangkuannya dan bertanya "Adik masih takut sama Kakak? Eva bukannya menjawab tapi malah menyentuh pipi Halimah sambil berkata "hantunya kok jadi cantik. Spontan semuanya tertawa, tak lama kemudian rombongan anak-anak itupun minta maaf atas kejadian ini, dan berpamitan pulang.

Pagi ini benar-benar cerah secerah hati anak-anak yang baru saja mengalami peristiwa sedikit menegangkan dan berakhir dengan gelak tawa.

#Salam Literasi#