Siti Fatimatuzzuhroh

Aku adalah putri pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Ibu Siti Amanah dan Abah Achmadi. Aku terlahir dilingkungan keluarga yang sangat sederhana, tapi penuh ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lir Ilir

Lir Ilir

#Tagur30 (k-3) #

Saat bersenandung tembang lir ilir tiba-tiba saya ingat bahwa hari ini belum menulis sesuatu di gurusiana. Kemudian saya berfikir untuk menulis tentang tembang lir ilir sekalian sambil mengenang kisah Mbah Kakung tentang tersebut.

Tembang Lir Ilir diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kali Jaga, sebagai media dakwah beliau di tanah Jawa ini. Sunan Kali Jaga menpunyai ciri khas dalam berdakwah, yakni menggunakan budaya Jawa yang disisipi nilai-nilai Islam agar lebih mudah diterima masyarakat Jawa, Sunan Kali Jaga menganut falsafah empan papan atau lokal seting, di mana bumi dipijak, di situ alat dijunjung.

Tembang Lir Ilir yang diciptakan pada abad 15-16 M ini sampai saat ini masih eksis, maka tidak heran jika banyak anak-anak kecil sampai orang-orang tua di Indonesia hafal dengan syair tembang tersebut. Syair tembang tersebut mengandung nulai-nilai luhur, moral dan budi pekerti sesuai dengan syariat Islam. Syair tembang Lir Ilir menggunakan bahasa Jawa yang terdiri dari empat bait dan dalam satu bait terdiri dari tiga sampai empat baris. Masing-masing baris mengandung makna yang sangat mendalam. Makna dari masing-masing baris saling sambung menyambung sehingga menciptakan pemahaman dalam satu syair.

Bait pertama

Lir Ilir, Lir Ilir (ngelilira, ngelilira/bangunlah, bangunlah)

Tandure wus sumilir (tanaman sudah bersemi)

Tak ijo royo-royo (demikian hijaunya/ hijau yang subuir)

Tak sengguh temanten anyar (bagaikan penganten baru)

Lir Ilir berasal dari kata ngelilir yang artinya bangunlah dari tidurmu, yang dimaksudkan adalah orang yang belum masuk Islam dianggap masih tidur, karena diajak bangun ke alam pemikiran yang baru, yaitu agama Islam. Tandure wus sumilir tanaman sudah mulai bersemi, yang dimaksud adalah Keimanan sudah ditanamkan dan tummbuh dalam jiwa, maka jika keimanan itu dirawat dengan baik, selalu mendekatkan diri kepada Allah, akan tumbuh dengan subur.

Tak ijo royo-royo melahirkan insan muslim yang baik, pribadi muslim yang menyenangkan, sehat jasmani dan rohani yang akan membawa kebahagiaan tak sengguh temmanten anyar bagaikan kemanten baru.

Bait kedua

Cah angon,, cah angon (anak penggembala)

Penekno blimbing kuwi (panjatkan belimbing itu)

Lunyu-lunyu ya penekno (licin-licin ya panjatlah/meskipun licin tetaplah memanjat)

Kanggo mbasuh dodotiro (untuk mencuci bajumu)

Cah angon, dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang menggembala hewan ternak, Dalam filosofi lagu ini, kita diperintahkan untuk menggembala sesuatu yang ada pada diri kita, yaitu hati, menggembalakan hati, menggembala nafsu agar tidak terjerumus pada kemaksiyatan yang menyesatkan.

Penekno blimbing kuwi adalah sebuah perintah memanjat buah belimbing yang mempunyai lima segi diibaratkan sebagai rukun Islam. Jadi makna yang tersirat dari perintah ini adalah panjatlah atau raihlah kesempurnaan keimanan dengan menjalankan lima rukun Islam.

Lunyu lunyu ya penekno, yang berarti licin licin ya panjatlah, maksudnya meskipun licin tetaplah memanjat, yang maknanya sesulit apapun rukun Islam tetaplah dilaksanakan dengan baik, termasuk menegakkan sholat lima waktu. Dalam melaksanakan rukun Islam memang harus ikhlas dan hati-nati agar tidak sampai tergelincir ke jurang kesengsaraan. Karena licin artinya banyak godaan dunia.

Kanggo mbasuh dodotiro, yang berarti untuk mencuci bajummu. Maknanya adalah untuk membersihkan pakaian kita, yaitu Taqwa kita kepada Allah SWT

Bait ketiga

Pada bait ketiga ini Kanjeng Sunan Kali Jaga menggambarkan situasi dan kondisi masyarakat pada waktu itu, masyarakat tidak lagi memperhatikan akhlaq dalamm kehidupan sehari-hari.

Dodotiro dodotiro (bajummu-bajummu)

Kumitir bedah ing pinggir (banyak robekan di bagian tepi)

Dondomono jlumatono (jahitlah, perbaikilah)

Kanggo seba mengko sore (untuk menghadap nanti sore)

Pada bait ini berisi nasehat untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat, sebagai bekal menghadap Illahi Robby. Pakaian (ketaqwaan/agama) sudah banyak yang rusak (karena dosa-dosa yang dilakukan), maka perbaikilah dengan taubat dan memperbaiki diri, sebagai bekal menghadap Allah SWT saat Allah memanggilnya..

Bait keempat

Mumpung padhang rembulane (mumpung terang sinar bulannya)

Mumpung jembar kalangane (mumpung luas areanya)

Yo surako sorak hiyo (bergembiralah)

Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane mengandung makna, mumpung masih ada kesempatan. Mumpung mmasih ada sinar Islam, mmasih ada tuntunan untuk membedakan yang salah dan yang benar, mmasih nudah membedakan antara yang halal dan yang haram, maka bertaubatlah.

Yo surako sorak hiyo menggambarkan hati yang sedang gembira, senang dan bahagia, Cah angon sudah melaksanakan perintah penekno belibing kuwi dengan baik, berakhirlah dengan mendapatkan bahagia, yaitu surga.

*Salam Literasi*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post